Jumat, 26 November 2010

Nani, Gadisku dari Kampung Pemuasku


Kala itu aku numpang kost di rumah temanku yang sudah berkeluarga, sedang seorang gadis adik temanku kebetulan numpang juga di rumah itu, sebagai pengasuh anak-anak temanku itu, berhubung suami istri bekerja.

Pada awalnya aku memandang gadis itu Nani namanya, biasa-biasa saja, maklum aku walaupun sudah cukup dibilang dewasa (27) tetapi sekalipun belum pernah mengenal wanita secara khusus apalagi namanya pacaran, maklum orang tuaku menekankan menuntut ilmu lebih utama untuk masa depan. Apalagi setelah aku selesai kuliah dan langsung bekerja, aku merasa berhasil menikmati hasilku selama ini. Itu sekedar background kenapa gadis itu aku pandang biasa saja, karena dia hanya lulus SD sehingga aku kurang peduli bila aku menyadari tingkat pendidikanku sendiri. Namun dari hari kehari Nani si gadis itu selalu melayaniku menyediakan makan, menjaga kebersihan kamarku, dan bahkan mencuci bajuku yang terkadang tanpa aku minta walaupun aku sebenarnya biasa mencuci sendiri, namun adakalanya aku cukup sibuk kerja, sehingga waktuku terkadang serasa di buru-buru.

Rupanya gadis itu sedikit menaruh hati, tapi aku tidak tanggap sekali. Terlihat dari cara memandangku, sehingga aku terkadang pura-pura memperhatikan ke arah lain. Sampai pada suatu saat, dimana temanku beserta anak istrinya pulang kampung untuk suatu keperluan selama seminggu, sedangkan adik perempuannya karena harus menyediakan makan setiap kali untukku, tidak diikutkan pulang, sehingga tinggal aku dan si gadis Nina itu di rumah.

Rupanya kesendirian kami berdua menimbulkan suasana lain di rumah, dan hingga pada suatu pagi ketika gadis itu sedang menyapu kamarku yang kebetulan aku sedang bersiap berangkat kerja, masuklah gadis itu untuk menyapu lantai. Sebagai mana posisi orang menyapu, maka saat gadis itu membungkuk, aduhh..., rupanya perh yang sedang bercermin tersapu juga oleh pemandangan yang menakjubkanku. Dua buah melon yang subur segar terhidang di depanku oleh gadis itu, dengan sedikit basa basi gadis itu menyapaku entah sadar atau tidak dia telah menarik perhatianku karena payudaranya yang tidak terbungkus BH, kecuali dibalut baju yang berpotongan dada rendah. Dengan tidak membuang kesempatan aku nikmati keindahan payudara itu dengan leluasa melalui cermin selama menyapu dikamarku.

Menjelang dia selesai menyapu kamarku, tiba-tiba dia dekap perutnya sambil merintih kesakitan dan muka yang menampakkan rasa sakit yang melilit. Dengan gerak refleks, aku pegang lengannya sambil aku tanya apa yang dia rasakan. Sambil tetap merintih dia jawab bahwa rasa mules perut tiba-tiba, maka aku bimbing dia ke kamarnya dengan tetap merintih memegangi perutnya sampai ditempat tidurnya. Kusuruh dia rebahan dan memintaku untuk diberikan obat gosok untuk perutnya. Segera aku ambilkan dan sambil berjaga dia gosok perutnya dari balik blousenya.

Tetapi tiba-tiba saat menggosok lagi-lagi dia mengerang dan mengaduh, sehingga membuatku sedikit panik dan membuatku segera ikut memegangi perutnya dan sambil ikut mengurut juga. Dan nampak sedikit agak berkurang rintihannya, sambil masih tetap kuurut perutnya. Kepanikanku mulai hilang dan aku mulai sadar lagi akan keindahan payudara gadis itu bersamaan dengan bangkitnya perasaan gadis itu selama aku urut tadi mulai menelusuk ke tubuhnya merasakan kenikmatannya juga dan dengan tiba-tiba tanganku dipegangnya dan dibimbingnya tanganku ke taman berhiaskan buah melonnya yang subur segar dan aku turuti saja kenikmatan bersama ini untuk mengusap buah melon yang tidak terbungkus itu, dan tanganku terus menelusup diantara buah-buah itu sambil memetik-metik putingnya.

Gadis itu mulai merintih nikmat, dan erangan halus dan memberi isyarat tanganku untuk terus dan terus memilin puting buahnya yang semakin menegang. Baru aku sadari bahwa untuk kali pertama aku merasakan puting gadis yang menegang bila sedang terangsang dengan erangannya yang membuat penisku yang dari tadi ikut mengeras tambah menekan di dalam celanaku yang sebenarnya sudah siap untuk berangkat kerja, namun untuk sementara tertunda. "Eehh... Mas.. gelii.. tapi nikmat, aahh.. eehmm aduuhh nikmat mass.." Posisi dia saat itu sambil duduk membelakangiku, dan tiba-tiba dia menyandar ke dadaku sambil menengadahkan mukanya dan mulutnya mengendus-endus leherku.

Tanpa buang waktu, mulutku pun kuenduskan ke lehernya dan selanjutnya mulut kami saling berpautan, saling mengulum dan saling menjulurkan lidah dengan penuh nafsu, sementara tanganku terus menyusuri buah-buah yang subur itu untuk meningkatkan kegairahannya, sedang tangan gadis itu mulai hilang kesadarannya oleh kenikmatan itu dengan ditandai kegairahannya untuk melepas kaitan rok bawahannya dan dilanjutkan ke kancing-kancing blousenya.

Kembali kesadaranku tertegun untuk pertama kali aku menikmati keutuhan tubuh seorang gadis yang hanya mengenakan CD-nya. Namun untuk saat itu juga aku terperanjat, "Eiitt, Nina ini sudah jam delapan, aku harus berangkat kerja wahh, aku terlambat", kataku. Kami saling tertegun pandang dan saling senyum tertahan dan kemudian kami berpeluk cium, sambil aku berkata, "Entar aku berangkat dan aku segera kembali, hanya untuk minta ijin kalau aku ada keperluan yahh, gimana?".
"He.. eh, Mas entar kita terusin lagi ya Mas, tapi janji lho, ehh tapi Mas?".
"Kenapa Nan..." tanyaku.
"Mas kemot dulu dong buah dadaku, ntar baru boleh berangkat".
Achh lagi-lagi kenikmatan yang tak bisa ditunda pikirku, dengan "terpaksa" aku kemot putingnya dan dengan penuh gairah aku kemot buah dadanya sampai hampir merata bekas kemotan di kedua buah dadanya, sampai-sampai si Nani tak percaya keganasanku. Kami saling melepas pelukan yang seolah adalah kerinduan yang selama ini lama terpendam.

Kebetulan kantorku hanya beberapa ratus meter dari rumah kost yang aku tempati. Selesai aku menyampaikan alasan yang dapat diterima atasanku, segera aku bergegas pulang lagi. Ketika aku sampai dirumah, yang memang setiap harinya sepi pada jam-jam kerja, maka menambah kegairahanku waktu aku membuka pintu depan yang tidak terkunci, dan langsung kukunci saat aku masuk. Tetapi pintu-pintu kamar tertutup. Maka yang pertama aku tuju adalah kamarku. Aku buka kamarku untuk ganti baju kerjaku dengan maksud akan ganti baju kaos dengan celana pendek saja.

Aku buka baju dan celanaku satu persatu, dan saat aku hanya kenakan celana dalamku, tiba-tiba dari belakang, Nina si gadis itu sudah di belakang mendekapku dan ohh, menakjubkan..., rupanya sedari tadi dia aku tinggalkan, dia tidak lagi kenakan bajunya sambil terus menunggu di kamarku. Maka kembali kenikmatan pagi itu aku teruskan lagi, dengan saling meraba dan dengan ciuman yang penuh nafsu dan kami masing hanya mengenakan celana dalam saja, sehingga kulit kami bisa saling bergesekan merasakan dekapan secara penuh, sementara kami berpelukan dan mulut berciuman, penisku merasakan keempukan tonjolan daging di selangkangan Nani yang seolah terbelah dua memberikan sarang ke batang penisku. Sedangkan dadaku merasakan tonjolan buah dadanya yang lembut dan torehan puting susunya di dadaku. Tanganku bergerak dari punggungnya beralih ke pantatnya yang bulat untuk aku remas-remas, sedang tangannya tetap memegang leher dan kepalaku dengan mulut, bibir dan lidah saling mengulum. Lama kami pada posisi berdiri "Eeehh... mmaas eehh eegh enaak sayang ngg..., teruss, teruss... gelii... egghh eenaak" erangnya yang setiap saat keluar dari mulutnya.

Kegairahan pagi itu kami lanjutkan di lantai kamarku untuk saling berguling dan tetap saling peluk menaikkan gairah petting kami yang pertama kali di lantai kamarku. Maklum kamar indekost dengan tempat tidurku yang seadanya dan pas-pasan yang pasti kurang pas untuk kegairahan petting yang memuncak di pagi itu.

Dengan leluasa tangan kami saling bergerak ke buah dada, penis, puting dan satu hal selama ini yang jadi obsesiku adalah keinginan yang terpendam untuk mengemot puting bila melihat buah dada wanita yang sedemikian montok dan menggairahkan, maka aku tumpahkan obsesiku pada kenikmatan pagi itu untuk pertama kalinya. "Mass sayang terruss kemot pentilku.. mmaass gelii, geelii,... eehm Mas nikmat.. terus jilatin pentilku teruss aku peengin di jilatin terus pentilku..". Dengan penuh gairah pertama aku puaskan menjilati putingnya yang aku rasakan semakin menegang dan demikian juga dengan penisku, sambil aku gesek-gesekkan ke tonjolan daging di selangkangannya.

Aku kembali agak kaget ketika batang penisku merasa basah saat aku gesekkan di tonjolan daging selangkangan Nina yang masih memakai CD, yang bahkan penisku sendiri belum mengeluarkan cairan sperma. Maka sambil mulutku mengemot dan menjilati puting susunya, tanganku mencoba meraba selangkangan Nina diantara belahan daging, namun tiba-tiba dia memekik "A'aa ehh jangan dulu Mas nggak tahan gelinya".

Maka sementara aku lepaskan kembali dan tangan ku kembali meremas buah dadanya sambil memilin-milin putingnya "Mass... he'eh begitu kemotin pentilku teruss.., susuku diremass-re'eemas... e'eenak eeh... ehghhm... yangg geli...". Penisku terus aku gesek-gesekkan dicelah selangkangan Nina, "eeh,,eehh... eehh... eehh... eeheh... eh". Demikian lenguhannya setiap aku gesek selangkangannya. "Mas... tarik CD-ku dan lepaskan celanamu...", sampai pada ucapan Nina tersebut maka sementara kami lepas pergumulan itu sambil aku dengan ragu dan deg-degan menarik pelan-pelan CD-nya yang masih dalam keadaan telentang sementara aku duduk dan dia mulai angkat kakinya ke atas saat CD-nya mulai bergeser meninggalkan pantatnya, sambil terus kutarik perlahan-lahan dengan saling berpandangan mata serta senyum-senyumnya yang nakal, maka aku dihadapkan dengan sembulan apa yang disebut clitoris yang ditumbuhi rambut-rambut halus sedikit keriting dan bllaass, lepas sudah CD-nya tinggalah celah rapat-rapat menganga semu pink dan semu basah dengan sedikit leleran lendir dari lubang kenikmatan itu.

"Nin.. kenapa sih" tanyaku nakal, "Apanya... Mas" sahutnya sambil senyum, "Kalau dikemot-kemot payudaranya sama pentilnya tadi". "Aduh rasanya geli banget, rasanya kaya mau mati saja tapi nikmat iih geli". "Enggak sakit dikemot dipentilnya tadi" tanyaku, "Enak.. Mas, rasanya pingin terus, kalau sudah yang kiri, terus pingin yang kanan, rasanya pingin dikemot bareng-bareng sama mulut Mas. Terus di liang kewanitaanku jadi ikut-ikutan geli nyut-nyutan sampai aku eeghh.. hemm gimana yach bergidik. hhmm" akunya. "Terus pingin lagi nggak dikemot-kemot?" tanyaku penasaran. "Iiih... Mas nakal, ya.. Pingin lagi dong", sambil tangannya merayap ke selangkanganku yang masih pakai CD, memencet penisku yang menonjol dan juga meremas. "Kalau adik Mas rasanya gimana tuh kalau kupegang-pegang gini?, geli nggak?" keingin-tahuannya besar juga. "Sama nikmat rasanya, pengin terus dielus-elus sama Nina terus, geli eh-eh... eh" dengan penasaran dia mengesek-gesek pas lubang penisku, jadi geli rasanya.

"Kalau ininya dipegang-pegang gini gimana Mas?" sambil dia pegang dan raba-raba buah pelirku." Yah nikmat juga" tegasku sambil aku elus-elus pahanya yang tidak begitu putih tapi mulus. "Eh.., Mas tadi kutipu, pura-pura sakit, habis Mas kelihatannya cuek saja", sambil dia senyum nakal menggoda. Brengsek juga nih anak batinku, nekat juga ngerjain aku. "Mas.. selama seminggu ini kita hanya berdua saja dirumah, terus gimana enaknya Mas?" tanyanya sambil iseng meremas-remas penisku yang tetap tegak sedang aku memilin-milin puting susunya yang juga tetap tegang, "Kita kelonan terus saja seminggu ini siang ataupun malam".

Kebetulan kerjaku selama ini hanya sampai jam 14.00 sudah pulang. Dia menggoda "Terus nanti kalau kelonan terus Mas nanti nggak ada yang nyediain makan gimana dong". "Yah nggak usah makan asal kelonan terus sama Nina entar kenyang". Dia bangkit dan memelukku erat-erat dan diciuminya bibirku sambil lidahnya dijulurkan ke kerongkonganku. Sambil melepas dia berkata "Mas kita kelonan lagi yuk sampai sore, terus nanti mandi bareng". Tanganku mulai mengelus clitorisnya dan mulutku terus mengulum bibirnya dan kembali dia telentang di lantai dan aku mulai menindihnya "Mas.. kalau gini terus aku rasanya mau pingsan kenikmatan eehh... M eghhmm... aduuh... nikmat Mas di memekku.. geli rasanya teruuss eeghh... eghh". Dan aku rasakan clitorisnya semakin basah, dan dengan lahapnya jari tengahku aku cabut dari clitnya untuk kujilati jariku dan aku rasakan nikmat gurihnya lendir seorang perempuan pertama kalinya. "Eeehh.. eennak... aahh.. aahh uuhhgg uughhg uuhh... ehhehh" saat jariku kembali menelusup kedalam lubang clitorisnya.

Lenguhan mulutnya dan dengus napasnya menaikkan gairahku yang kian meningkat tapi aku ragu untuk menuruti naluriku mencoba memasukkan penisku ke lubang senggamanya. Maka sementara aku tahan walupun penisku pun juga sudah semakin basah oleh lendirku juga. Aku mulai merayap kebawah selangkangannya dan mulutku berhadapan dengan clitorisnya tanpa dia sadari karena matanya terpejam menikmati gairah yang dirasakan, saat lidahku mulai menjilatlubang clitorisnya, kembali dia terpekik "aahhuughh huu... hu... egghh aduh... eggh nikmat, aduhh aku gimana nih Mass aahh aku nggak kuat, Mass... Mas.. eghh.. egh hhgeehh... Mas." sambil dia aku perhatikan pantat, paha, perut dan kakinya seolah kejang seperti kesakitan tetapi aku sangsi kalau dia sakit, dan malahan kepalaku dia tekan kuat ke selangkangannya sambil terus berteriak "hehehggheh ahh... ehhehh... huhh... mass... aku.. akuu rasanya... eghh" dan dia bangkit sambil menarik CD-ku yang masih aku kenakan, dan blarr, penisku menantang tegak "Mas masukkan Mas.. eeghheghh" dan dia angkat kakinya sambil telentang dia bentangkan lebar selangkangannya sambil tangannya membimbing penisku memasuki clitorisnya. "Mas.. kocok Mas eghh Mas yang dalam... kocok terus selangkanganku aduhh eghh Mas enakk.".

Sambil menekuk kaki, sementara tanganku sebagai tumpuan dan dengan berat tubuhku aku tindihkan dan kuamblaskan penisku ke lubang yang sedari tadi sudah menunggu, dan aku rasakan sedotan lubang yang sangat kuat pada batang penisku yang rasanya dikemot-kemot. "Eehhgehhg... teruss. teruss Mas... maass nikmat kocok terus aduuh rasanya aku nggak kuat mass ada yang keluar eghh.. eeghh. eehhgg aduuhh.. mass..." "ahhgg-agh... Nani aku aduh egghh, Nani rasanya memekmu ngemot eghh eehhmm... nikmat... terus sedot" "Mass nikmat... sekali nikmat... dalam sekali. Aahh aduh... hhaghhah Mass.., aku mau keluarrr". "Aku juga Nan... ahhgh aku sudah mau keluar.. ahgghhah". Dan aku cabut penisku saat dia demikian bergetar dan menyedot sedot penisku sehingga aku tak tahan lagi untuk menyemburkan spermaku dan saat itu aku merasa dia terlepas dari penisku, dia bangkit dan menyongsong batang penisku dengan mulutnya menyambut semburan spermaku sambil tangannya menggosok lubang clitorisnya, ditimpali dengan lenguhannya yang tidak beraturan dimulutnya "Cppokklep.. plekk.. clepk... clkek.. cslckek" bunyi mulutnya mengemot dan menyedot penisku sementara aku terasa bergetar dan tenagaku berangsur-angsur lemas, sampai dia menjilati sisa sperma pada penisku dengan bersih..

Sesaat kemudian aku tidur ditempat tidurku siang itu kelonan berdua yang tidak terasa telah jam 3 sore, dan baru kemudian bangun dengan badan terasa agak pegal. Kami kembali berpagut lama dengan saling rabaan dan remasan masih dalam keadaan tanpa busana. Akhirnya kami mandi bersama dengan air yang sebelumnya kami. Itulah pengalaman pertama kaliku menikmati hubungan seks dengan seorang gadis kampung bernama Nani.

Selasa, 23 November 2010

barangku didalam kemaluan Vina

Aku adalah seorang "Computer Engineer" yang selalu dinas keliling Indonesia guna melayani customer perusahaan tempatku bekerja. Satu saat tepatnya bulan Juni 1994, aku ditugaskan ke kota Y. Sesampai di stasiun kereta api jam 8 pagi aku langsung naik becak dan melintas jalan M yang cukup terkenal lalu meminta kepada tukang becak untuk segera diantar ke hotel yang mempunyai cukup fasilitas. Aku menurunkan tas koperku di depan hotel M. Setelah cukup istirahat aku berniat ingin sarapan, karena semalam di kereta api aku tidak makan. Namun ketika keluar dan akan mengunci pintu kamar, aku terkejut melihat beberapa wanita memakai pakaian swimsuit melintas dibelakangku. "Ada apa gerangan?", dalam hati aku bertanya.

Rasa ingin tahuku begitu besar, sehingga membuat perutku rasanya menjadi kenyang. Aku coba mengikuti para wanita tersebut dari belakang dan..., woww..., betapa bahenolnya pantat mereka. Sesaat aku berhenti dan..., ternyata mereka adalah pengujung biasa yang hanya ingin latihan fitness.

Beberapa saat aku memperhatikan mereka, dan ketika itu juga terdengar suara wanita menggoda menyapaku "Mau fitness juga Mas?", aku mencoba berbalik badan..., ya ampun!, seorang wanita memakai swimsuit warna pink dengan body yang aduhai dan mempunyai rambut lurus terurai hingga pundak menghampiriku sambil tersenyum.
"Wah senyumnya begitu menggoda pikirku dalam hati", hingga aku sejenak terdiam bagai patung tapi biji mataku berjalan dari atas ke bawah memperhatikan wanita tersebut yang mempunyai kaki begitu panjang dan indah. "Ohh..., tidak!, hanya lihat-lihat saja", jawabku.
"Mas..., dari Jakarta?" wanita tersebut kembali bertanya.
"Iya..., saya sedang tugas ke sini, dan kebetulan saya menginap di hotel ini, anda sendiri sedang apa disini?" aku memberanikan diri balik bertanya.
"Sebenarnya aku ke sini mau fitness, tapi sudah full..., jadi aku mengubah rencana ingin berenang saja, kebetulan kolam renangnya bersebelahan dengan ruangan fitness".

Kesunyian memecahkan pembicaraan kami sejenak..., dan "Oh, ya.., Bambang namaku.., kamu siapa?", aku mencoba berkenalan.
"Namaku Vina..., aku juga orang Jakarta, aku kuliah di sini, aku sering ke hotel ini hanya untuk fitness dan berenang" jawab Vina.
"Kalau begitu kita sama-sama saja ke kolam renang," aku coba mengajak.
"Emang Mas Bambang mau berenang juga", tanya Vina. Aku terkejut sambil menelan ludah..., gawat! aku kan nggak bisa berenang yachh..., ",pikirku dalam hati. "Oh, tidak..., tidak! kamu saja yang berenang, aku pesan makanan dan minuman, kebetulan aku belum sarapan", jawabku sambil memanggil pelayan.
"Oke dech kalau begitu..., Vina sekalian minta minuman berenergi boleh nggak..?".
Langsung aku jawab, "Boleh-boleh..., mau berapa botol?", Byuurr Vina menjatuhkan badannya ke kolam", aku pesan satu botol saja yach...", jawab Vina manja dari dalam kolam.

Setelah 30 menit Vina baru beranjak dari kolam renang dan langsung glek.., glek.., glek.., satu botol kecil minuman berenergi langsung kering diteguk Vina. "Pantas Vina mempunyai body begitu aduhai, dan pasti mempunyai gairah seks yang tinggi", aku mengira-ngira.
"Mas Bambang berapa lama di sini?", tanya Vina sambil mengusap-usap rambutnya dan menjatuhkan pantatnya di kursi malas di sampingku.
"Enggak lama kok, hanya 2 hari" jawabku berbohong, padahal aku harus 1 bulan menetap di kota Y, karena tugas yang akan aku lakukan cukup berat.
Angin sepoi-sepoi mengusap pembicaraan kami berdua, rasanya kami sudah cukup akrab meskipun perkenalan kami baru berlangsung beberapa jam dan tak terasa waktu menunjukan pukul 10 pagi.
"Kamu mandi dan ganti pakaian di kamarku saja", aku memberanikan diri memberi tawaran pada Vina yang sejak tadi melonjorkan badannya dengan tangan ke atas sehingga dengan bebas bulu ketiaknya menari-nari tertiup angin.
"Boleh dech...", jawab Vina singkat. Sampai di kamar, timbul rasa birahiku karena tergoda bentuk tubuh Vina yang menggigit seluruh persendianku.
"Mas..., nanti malam aku boleh ke sini nggak?, karena sekarang aku mau kuliah dulu, Mas juga kan mau tugas dulu kan..?", tanya Vina ketika keluar dari kamar mandi dengan pakaian sudah rapi. Pertanyaan Vina itu sekaligus mengundang ribuan setan mempengaruhi pikiranku mencari akal untuk merayu Vina agar dapat aku setubuhi. "Boleh..., datang saja", jawabku sambil memegang pundak Vina yang mempunyai umur 21 tahun tinggi badan 163 cm. Vina diam saja saat aku pegang pundaknya, malah dia menatapku tajam. Aku tak berdaya akan tatapan matanya yang begitu indah. Suasana hening..., dan perlahan aku goyangkan kepalaku untuk mencoba menyentuh bibirnya.
"Jangan Mas..., aku sudah pakai lipstik, nanti berantakan lagi" jawab Vina menolak dengan halus. Aku jadi penasaran, tapi aku yakin dari tatapan matanya tersembunyi ada kesan frustasi dalam diri Vina, tapi aku tidak mau mencoba berusaha tau ada apa sebenarnya yang terjadi tehadap diri Vina. Karena pikiranku sudah kacau termakan keindahan lekuk tubuh Vina yang begitu menggoda.

"Ting tong..., ting tong..., ting tong...", tepat pukul 7 malam suara bell kamar berbunyi 3 kali, aku segera menghampiri pintu dan saat kubuka..., wuuaahh kulihat Vina berdiri manis dengan mengenakan gaun tipis panjang warna biru muda dengan tali kecil di pundak hingga terlihat anggun. Terlihat bercak dua bulatan BH di dadanya dan celana dalam mungil yang tembus pandang tersorot lampu utama saat aku nyalakan.
"Mau mengajak jalan ke mana yach...? Kalau ke disco tidak mungkin, pasti makan malam, sebab Vina mengenakan pakaian resmi untuk pesta", dalam hati aku bertanya-tanya.
"Silakan masuk..., aku masih pakai handuk dan mau ganti pakaian dulu, aku baru selesai mandi", jawabku sambil menarik tangan Vina yang mulus putih bersih.

"Blaakk!" pintu kamar kututup dan..., terkejut aku tiba-tiba jemari lentik nan lembut memegang jemariku yang kasar yang setiap hari memegang obeng dan solder ketika aku mengunci pintu. Aku berbalik badan dan sambil berdiri langsung aku belai rambut Vina yang halus lurus terurai..., aku teruskan belaianku ke wajah Vina yang berbentuk oval dan terlihat ada rasa penyesalan bercampur keputus-asaan juga keinginan untuk melakukan persetubuhan yang paling melekat..., kulanjutkan belaianku menyusuri pundak..., "Ohh Mas...", jawab Vina lirih sambil memejamkan matanya isyarat meminta untuk dicium. Aku tatap bibirnya tidak berwarna merah muda lagi saat Vina pakai di siang hari tadi, mungkin ini menandakan aku boleh menciumnya. Aku dekap Vina dengan mesra seperti layaknya seorang istri di malam pertama. Dengan lembut aku hunjamkan ciuman dengan deras ke bibir Vina yang tipis menggoda. Tak disangka..., Vina membalas dengan menjulurkan lidahnya kedalam mulutku dan memainkannya dengan lihai. Aku segera membelai dan menciumi tengkuk leher panjang Vina sampai pundak dan..., ting..!, aku lepas tali gaunnya, hingga gaun terusan sampai kaki itu terjatuh ke lantai.

Kini hanya BH ukuran 36B tanpa tali ke pundak yang ada di hadapanku siap aku mangsa. "Ahh..., ouuhh..., Mass..., beri aku kepuasan.." terdengar suara Vina meminta dengan pasrah yang saat itu juga terdengar degupan jantung Vina yang berdetak keras dengan nafas terengah-engah apalagi disaat aku mencoba membuka BH-nya yang yang tipis berwarna putih. Wooww..., indah sekali buah dada Vina yang menonjol ke depan dengan puting kecil dan dikelilingi aurora yang kecil pula dan penuh kehangatan itu.
"oouuhh..., Mass..., isap..., isap dong Mass..." pinta Vina memelas.
Aku langsung melahap dua buah gunung kembar itu dengan hisapan dan jilatan yang liar sehingga membangunkan kemaluanku yang bersembunyi di balik handuk, sepertinya kemaluankupun sudah tidak sabar menggedor-gedor dan menjatuhkan handuk hingga aku kini telanjang bulat. Aku semakin gencar melancarkan serangan ke seluruh tubuh Vina yang wangi khas parfum true love, aku meremas buah dada kiri Vina dan menjilati buah dada kanan Vina sambil memeluk dan mengelus-eluskan tanganku di punggung Vina sampai ke pantat. Vina mendengus keenakan dan membuang kepalanya ke belakang dengan otomatis dadanya membusung ke depan dan makin tampak pula keindahan buah dadanya yang menonjol membesar. "Terus Mass..., ouugghh..., yang keras isapnya Mass...", Vina memaksa.

Perlahan aku pelorotkan celana dalam Vina yang tipis berwarna putih dan berbunga di tengahnya hingga dengkul dan tanpa dikomando aku telah benamkan kepalaku di hadapan liang kewanitaan Vina yang tersembunyi dibalik bulu-bulu halus yang lebat tak terkira. Ohh..., honey..., please go on..., ouuhh..., sepertinya Vina kurang bebas, akhirnya dia pelorotkan sendiri celana dalamnya sampai kini dia benar-benar bugil tanpa sehelai benangpun menempel di tubuh indahnya itu. Sambil berdiri Vina membuka kakinya lebar-lebar untuk menyerahkan lubang kenikmatannya yang menganga agar segera dijilat.
"sstt..., sluupp..., eehhmm..., ohh... Vina betapa sempitnya memekmu", pikirku yang terus membungkuk dan menjilati clitoris Vina yang nangkring di pintu gua yang penuh misterius namun penuh kenikmatan itu.
"uugghh..., oouuhh..., eehhmm..." Vina mendesah dan..., sseerr..., cairan madzi membanjiri liang kewanitaan yang membuatku semakin mudah meluncurkan kemaluanku untuk menembus liang kewanitaan Vina. Kebangkitan birahi Vina makin membara dan mulai memutar-mutarkan pantatnya yang gempal dan bulat seirama dengan jilatan lidahku yang lincah menari-nari di sekitara clitoris dengan sekali-sekali memasukan lidahku ke dalam gua yang gelap gulita. Vina menggelinjang keenakan. Aku begitu merasakan kenikmatan begitupun Vina yang menarik-narik rambutku dengan ganas..., bagai seorang wanita yang sudah lama haus menantikan kenikmatan yang tiada tara itu. "Oohh..., honey masukin cepat kemaluannya", pinta Vina tak sabar sambil menjatuhkan kedua tangannya ke sofa dan menjulurkan pantatnya ke belakang dengan kaki mengangkang.

Kini Vina dalam posisi berdiri menungging kebelakang siap menerima kemaluanku dari belakang. Sleebb..., kemaluanku menembus lorong gelap menuju singgasananya dengan perlahan.
"oouuhh..., nikmat sekali Maass..., terus perlahan Maass..., acchhkk..., jangan berhenti Maass..." Vina memohon lirih, diputar-putarkan pantatnya dari kiri ke kanan dan sebaliknya, sehingga rasa geli menyelimuti kemaluanku yang keluar masuk di liang senggama Vina yang sempit tapi lembut. Aku semakin mengganas tatkala aku dengar desahan Vina yang tiada hentinya.
"Oouugghh..., acchhkk..., yang cepat..., yang keras..., Mass..., Mass..., oouugghh..., Maass...!". Seerr..., terasa basah mengguyur kemaluanku yang masih berdiri tegak dengan panjang 14 Cm dan diameter 3.5 cm itu. Sehingga terdengar bunyi clep..., clep..., liang surga Vina mulai becek, Vina mengeluarkan kemaluanku dan..., slupp..., sluupp..., sstt..., Vina langsung melahap kemaluanku dan mengisap dengan rakusnya, sesekali dia julurkan lidahnya untuk menjilati dua buah biji kemaluanku hingga lubang anus yang membuatku mengelinjang kegelian.

Setelah puas memainkan kemaluanku, sepertinya Vina meminta kembali untuk diserang dan dia menarikku ke kamar mandi hingga ke bath tab dengan memegang kemaluanku.. Aku seperti kerbau dungu yang mau menuruti perintah tuannya, namun jika kerbau yang ditarik hidungnya, tapi aku yang ditarik kemaluanku yang sedang menegang. Vina membuka kran air dingin tanpa air panasnya, jadi terasa dingin sekali tatkala kami berdua menjatuhkan diri kedalam bath tab tersebut..., namun tidak mengecilkan semangat kemaluankku yang masih terus menjulang tegang. Vina menutup air kran setelah bath tab terisi sedikit sekedar membasahi alas bath tab. Vina kembali menjilati kemaluanku..., selangkanganku. Aku tidak mau kalah, akhirnya aku bangkit dan aku tidur kembali membalikkan tubuhku sehingga kepalaku kini berada tepat di depan liang kewanitaan Vina yang telah dari tadi menganga minta dijilat. Dalam keadaan posisi 69, Vina berada di bawah dengan kaki merenggang diangkat ke sisi-sisi bath tab, Vina mengangkat pantatnya sambil digoyang-goyang dengan dengan cepat karena semakin geli oleh jilatan lidahku yang menusuk-nusuk hingga dalam.
"oouuhh...., Maass..., masukin sayang..., aku sudah nggak tahan nich...", Vina mengeluh minta dimasukin.

Akhirnya kami merubah posisi, giliran Vina yang berada di atas, sedang aku di bawah. Dengan posisi berjongkok Vina langsung menangkap kemaluanku dan menuntunnya masuk kedalam lubangnya yang sudah basah dengan campuran madzi dan air kran juga air ludahku. Sleebb..., sleebb..., perlahan Vina menaik-turunkan tubuhnya sambil memegang dadaku yang plontos tanpa bulu sedikitpun. Aku lihat mata Vina merem-melek keenakan sambil mengigit-gigitkan bibirnya yang mungil itu dengan sesekali mendesah. "Aahh..., acchh..., oouucchh..., Mass..., nikmat sekali, kamu hebat mass..., bisa bikin aku puas..., oouuhh! acchh...! uuhh..., baru kali ini aku merasakan kepuasan..., oouugghh...!", Vina mengerang merasakan kenikmatan yang tiada tara. Vina semakin mempercepat gerakannya dan terdengar suara bleb.., bleb.., yang begitu keras antara pantat Vina yang besar dengan pahaku, berpadu dengan suara teriakan Vina yang meminta ampun merasakan ngilu atas gesekan kemaluanku dengan liang kewanitaan Vina.

"Mass..., aku mau keluar lagi..., kita keluarin sama-sama yach say..?", pinta Vina lagi memelas dengan suara sedikit gemetaran menahan rasa nikmat yang segunung.
"uugghh..., honey..., aku mau keluar..., ayo sayang.., lebih cepat, lebih cepat lagi sayang..., ouugghh...!", aku mendengus. "oouuhh..,. aacckkhh...!!", Vina berteriak keras sambil menggaruk dadaku kuat-kuat merasakan kenikmatan dunia yang hebat itu. Cret.., cret.., cret..., cret..., cairan maniku membasahi lubang kenikmatan Vina dan terasa becek sekali, tapi rasa itu menghilang dengan secara mendadak kemaluanku yang masih mendarat di lubang kemaluan Vina dipijit dengan keras oleh liang senggama Vina yang kembang kempis. "Terima kasih ya Mas...., sudah memberi kepuasan kepada Vina" ucapan Vina membisik di telingaku dan Vina langsung terkulai lemas di atas tubuhku dan tanpa sadar dia terbaring lelap dengan keadaan telanjang bulat, indah dan mulus sekali tubuhnya walau sudah 3 kali orgasme, bau aroma True Love-nyapun tetap melekat di tubuhnya. Aku peluk tubuhnya dengan mesra dan akupun mulai tertidur, sebelumnya aku buka penyumbat air bath tab supaya airnya mengalir keluar dan tidak menggenang di dalam bath tub. "Kalau airnya nggak dibuang bisa masuk angin aku..., apalagi dalam keadaan capek begini", pikirku dalam hati

Kamipun tertidur lelap sampai pagi di dalam bath tab. Ternyata Vina wanita yang kawin diusia muda dan melanjutkan kuliah di kota "Y", tapi tidak pernah mendapatkan kepuasan seks dari suaminya, karena kemaluan suaminya lama sekali untuk bangun, sehingga kadang-kadang Vina sudah mencapai 3 kali orgasme sebelum rudal scud suaminya bangun dan masuk ke liang kewanitaan Vina. Jadi masih bisa dihitung baru 5 kali kemaluan suami Vina menyelam ke dalam liang senggama Vina. "Pantes..., memek Vina sempit seperti perawan", pikirku dalam hati. Dan semenjak itu setiap ada tugas ke kota "Y" aku selalu mengambilnya, dan sebelum berangkat aku telepon Vina dahulu.

Kisah ni berawal dari kesukaanku yang suka chatting. Pada waktu itu aku elihat nama yaitu Lina. tanpa basa-basi aku berkenalan dengan dia. kita ngbrol2 panjang lebar sampai2 perkataan kita tidak terkontrol. Lalu aku bertanya apakah kamu pernah phone sex? dan dya pun menjawab “ngpain phonesex gak enak ya kan lebih enak langsung ML gtu..”. Wah anak ini ternyata hebat juga ya dalam hatiku. Lalu kita saling bertukaran No.tlp. dan kita pun saling bercerita2. lalu aku rayu2 dya agar mau aku ajak ML. Pertamanya dya gak mw tp aku rayu2 ternyata mau dan kita janjian bertemu di salah satu Monumen di tengah Kota Surabaya. Wah ternyata chattingQ gak sia2 cz dia anknya cantik, manis, dan yang pasti toketnya pas untuk tangan yang pengen remes toketnya yang imut itu. Lalu akhirnya qta berdua mencari hotel dan ketemulah hotel tersebut yang berada disamping salah satu tempat Mall yang terbesar di Surabaya. Lalu kita check in langsung dan masuk kamar. Pertama dia menelpon seorang cowok dan ternyata itu cowoknya. Alamak aku akan ML dengan cewek yang sudah pnya cowok tapi gpplah yang penting aku bisa ML ma dia. Dhit Knp kok bengong gtu ayo lepas bjumu itu kita mandy bareng gtu”ujar Lina yang udah ga sbar itu. Tanpa basa-basi dya copot semua pakainQ dan q pun bgil lalu q pun juga ikut mncopoti semua pkaian dia tanpa tersisa satupun. dan WAWW. . .toketnya yang imut itu mengundang nafsu birahiQ yang sudah mulai naik. Lalu tangan nakalQ nie ga bsa di ajak kompromi dan q pun lgsg meremas toketnya dan dia langsung kaget. “adhit kan kita mau mandi ntar az ya qta maennya”ujar Lina. yawdah qt lgsg az mandi berdua. aku ambilkan sabun lalu aku gsok2kan di toketnya yang putingnya itu uwdah tegang bgd yang berwarna coklat itu.”ahhhh sssstttt Geli aDhitQ sayang…..aaaaahhhhhhhhh …..ooogghhh…sssssttt…”erangan Lina semakin menjadi ketika sabun itu q usap2 ke memek lina yang ckup chubby tersebut aaaahhhh….enK bgd nie dit…apalgi klo tgkatmu masuk pzty enak bgd dhit….aaahhhhh….ssssssssttttttt….Lalu dia juga gak sabar dia pun lgsg menyabuni tgkatQ yang uwdah tegang nie…aaahhh…..eeennnkk bgd sayang…aaaahhhh”erangan desahanQ. Setelah qta selesai mdy qta sma2 mngeringkan bdan qta yg bsah abiz ndy itu…
Lalu qta sama2 ke tmpt tdur dalam keadaan bugil terus dia rayu2 q dengan tgnnya yang mengelus2 badanQ. Tanpa byk bicara lgsg q daratkan kecupan dibibirnya dan qt saling bercumbu. Lalu q ciumin kelehernya lalu kebawah terus mnuju toketnya yang imut itu. aaaauuuu,,,,……..ssssslllluuupppzzzz….ssssllllluuupppzzzz….q sedot2 putingnya itu. aaahhhhh adhit nakal tpi enk bgd kok aaaaaaaaahhhhhhhhhh…..sssssssttttttt desahannya yang begitu menggoda. Adhit sayang emut2 terus ya n remes2 juga toket lina ni. lalu q pun meremas kedua toket tersebut yang sangat kencang. Lalu kita merubah gaya menjadi 69. Dia pun lgsg mengulum tgkatQ dengan nafsunya..aaaauuuummmm….ssslllluupppzzz.. gmn enk ga sayang?? Q pun jawab enk bgd say. Lalu q pun tidak mw kalah q emut2 juga memeknya itu yang uwdah bsah dengan cairan yg kluar dari vagina lina..ssssssllllluuuuuuuppppppppzzzzzzzz…….ssslllouuuppzzzz….aaahhhhhh geLi yank desahan Lina. Lalu qt uwdah puas saling emut. Lgsg deh dia terbaring dan lgsg az tgkatQ nie Q tancapkan ke memeknya. Pelan-peLan ya sayank” tanya Lia. Iya LinaQ sayank Q pelan2 kok.SSSlleeppzzz…..ssllleepppzzz aaahhh ckit sayyy…erangan Lina. Wah ternyata memeknya smpit bgd jd q harus pelan2 mskin tgkatQ nie…aaaahhhhhh….ooooggghhhh… tpi enk kok say agak cepat ya yank…”ujar Lina. lalu q percepat sdokanQ dan dia pun mengerang2 tapi nikmat bgd…aaaahhhhh…tttrrruuussss yyyaannkk enkk bgd kkokk yyaannkk….aaahhhhhhhh….yyeeeesss…..aaahhhhh…ooowwwwgggghhh…”desahan Lina yang uwdah mengebu-gebu. Yank kita gani gaya yank Q diatas chayank dibwah ya??”ujar Lina. q jwab iya. Q sebenarnya pengen dia az yang kreatif gitu. Lalu dia naik diatasQ dan TgkatQ dia gsek2kin ke memeknya yg bsah itu…aaaaaahhhhhh….oooowwwgggghhhh….Q genjot ya sayank…..aaaahhhhhh….yyeeesss. . . yyeeesssss…..aahhhhhh gmn yank genjotan Lina enk kan?”tanya Lina. Iya enk bgd terus az ssaayyyy…smbil goyang ya..”tanyaQ. aaaaahhhhhh……..oooowwwwhhhh…ooooooooooooooooggggggghhhhh……….yyeeeessssssssssssss………mpok….pok…..pok bunyi pantat Lina bertabrakan dengan tubuhQ aaaahhhhhh….ooooooowwwwgggghhhhh…..Lina ssaayyyaannkk q mw KKlluuaarr nniieee…. .Kluarin didalam jga gpp kok yank…Tanpa bisa q bendung spermaQ yang panas itu akhirnya kluar seiring orgasme Lina aaaaaaaaahhhhhhh….kluar yaannkk… iya Q jg kluar aaaaahhhhhhh………ooooooooooowwwwwwwwwgggggghhhhhhhh…. Dia beranjak dari gaya qta itu dan dia lgsg mengulum batang TgkatQ yang masih ad spermanya itu….aaauuuuuuummmmmmm……..sssssssssllllluuuuuupppppppppppppppzzzzz…..ssssllluuuppzzzz…sssslllluuuppppzzz… dan Akhirnya pun kita lemas. Adhit ternyata hebat ya daripada co.Q. Q puas banged Ml ma adhit”ujar Lina.Q juga enk bgd ML ma Lina. Lalu qt tertidur dalam keadaan masih btlanjang bulat. Lalu wktu sudah menunjukkan jam 7 Mlm dan q harus cpt2 ke kampus soalnya ada kuliah. dan Lina pun terbangun dan qt sama2 berpaikain lalu mngglkan hotel tersebut dengsn perasaan seng. Adhit kpn2 Qt maen Lgy ya?”tanya Lina padaQ. Oh tentu saja qt kpn2 maen lagi kok. Dan sampe skg pun qt sering bgd ML gtu hehehe. . .

Nama saya James. Sekarang saya kuliah di US. Kejadian ini waktu saya masih SMA di Jakarta. Waktu itu saya sudah punya pacar namanya Sisti. Kita sudah pacaran kurang lebih 2 tahun semenjak awal masuk SMA di Bandung. Gara-gara saya berantem sama kepala sekolah akhirnya saya pindah ke Jakarta. Hubungan kita masih lancar-lancar saja waktu itu. Kalau nggak saya yang telepon kadang dia. Dan kalau saya kangen, pulang sekolah langsung cabut ke Bandung untuk menengok dia, pagi-pagi jam 2 langsung dari Bandung ke sekolah lagi. Soal menginap, biasanya saya sering tidur di kamarnya kalau di rumah sepi banget. Ibunya sih sudah liberal banget, maklum blasteran bule. Masih muda banget tuh ibunya. Waktu itu masih 35 tahun, kadang malah kalau jalan sama saya berdua menemani dia belanja disangka teman-teman.. "Eh James, siapa tuh cewek loe, tua amat?" Hahahahhaha.. dia punya anak dua, kembar, Sisti dan Siska. Kembar, putih, tinggi, lucu, soal body nggak usah saya ceritakan deh, tahu Jeniffer Lopez? nah kayak gitu tuh si kembar. Siska juga sudah punya pacar kebetulan sobat saya juga.
Hubungan kita sudah dekat banget. Sejak awal memang saya sudah "ngeseks" sama dia. Dan orang tuanya sama saya sudah nggak ada masalah kalau misalnya salah satu datang terus menginap (soal "ngeseks" nggak tahu tentu saja). Ceritanya nich kembar berdua datang ke Jakarta mau belanja. Jadi minta ditemani oleh saya untuk jalan-jalan keliling Jakarta. Kebetulan di Jakarta rumah mereka lagi direnovasi. Saya suruh saja menginap di rumah saya. Lagian orang tua saya lagi pergi, jadi kosong. "Ok deh", kata mereka. Malamnya terus kita jalan-jalan ke Zanzibar, janjian sama teman. Saya nggak berani minum banyak-banyak soalnya pulangnya nyetir. Tapi tuh si kembar dicekokin sama teman-teman banyak banget sampai nggak kepalang maboknya. Akhirnya jam 4 kita pulang dan setelah berusaha keras merayu Siska buat turun joget-joget dari meja, terus menggotong Sisti ke mobil bla.. bla.. bla.. sampai deh di rumah. Sampai di kamar akhirnya tanpa ba bi Bu lagi kita langsung tidur bertiga, biarpun AC jalan tapi gara-gara mabok tetap saja kepanasan. Akhirnya saya buka celana panjang saya hingga tinggal CD saja, terus saya menggeletak di tengah-tengah mereka. Tapi berhubung kepala saya pusing dan tahu dong, kalau mabok bawaannya tegang mulu. Saya mulai meraba-raba Sisti (biar mabok tapi saya bisa bedain pacar saya yang mana).
Pertama-tama saya selipkan tangan saya kedalam kemejanya. Terus jemari saya menjelajah kemana-mana di dalam BH-nya. Lama banget saya memainkan putingnya, dipelintir-pelintir terus dielus-elus lagi. "James.. buka saja belakangnya biar lega", kata Sisti tiba-tiba. "Tapi jangan ribut ya, nggak enak sama Siska, lagian kamu gila ya.. sodaraku disebelah!" bisiknya. "Ah biar saja, kamu juga mau khan.." kata saya nggak sabar sambil melepaskan tali BH-nya sama buka kemejanya, habis itu saya cium-ciumi payudaranya, kadang-kadang saya jilat-jilat pentilnya pakai lidah membuat lingkaran di buah dadanya. Kemudian naik lagi ke lehernya, saya cium-ciumi belakang kupingnya sampai si Sisti menggelinjang-gelinjang. Lalu turun lagi ke bawah mencium-ciumi ujung dadanya yang merah kecil sambil saya cubit-cubit kecil ujung satunya dengan tangan kanan saya. "Sudah James.. cepet donk.. buka celanaku sudah nggak kuat nih, ahh James.. tega ih kamu! jangan lama-lama dong say..!" Karena saya juga nggak tahan, saya buka juga celana hipster hitamnya sekalian sama celana dalamnya. Terus terang saya paling suka memainkan kelentit wanita, bukan karena nikmat tapi saya suka banget lihat tampang mereka kalau dimainin pakai lidah terus bibir vaginanya digigit-gigit, sepertinya kejatuhan surga, nikmat banget.
Sekitar sepuluh menit saya memainkan vaginanya sampai kepala saya didekap sama kakinya, keras banget. Tangannya mendorong-dorong kepala saya buat menjilat lebih dalam lagi. "Jamess, masukiin dongg! cepet!" katanya. "Mm.. tapi basahin dulu punyaku.. mau nggak?" kata saya. "Iya.. sini Sisti isepp!" Akhirnya kita tukar posisi, saya di bawah dan dia mulai menghisap penis saya. Biarpun saya sering senggama sama wanita lain, kalau soal menghisap kayaknya cewek saya masih paling jago. Penis saya sih nggak panjang-panjang amat hanya 15 cm tapi gede dan berhubung bibir cewek saya kecil jadi dia rada-rada kesusahan buat menghisapnya. Ujungnya sama dia dijilat-jilat dulu terus dimasukan sebagian. di dalamnya sama Sisti dimainkan pakai lidah, dikeluarkan lagi, dihisap lagi sampai ke ujungnya terus didiamkan di mulutnya. Yang membuat saya paling nggak kuat kalau sama dia penis saya dikenyot-kenyot kayak menghisap jolly. Serasa isinya mau keluar semua. Saking saya keenakan sampai nggak sadar tangan saya pegang kepalanya buat menahan agar penis saya nggak dikeluarkan dari mulutnya. "Aahh mm.. teruss sayangg!" desah saya sambil masih menahan kepalanya, kayaknya dia sudah mulai kesusahan napas.
Tiba-tiba bibir saya dicium dan begitu buka mata ternyata Siska. Dia ternyata kebangun mendengar erangan kita tapi diam saja, tapi nggak kuat juga akhirnya. Saya cium juga dia. "James, jahat ih kamu berdua.. nggak mikir apa aku lagi bobo?" katanya. "Sis.. sorry habis sudah konak neh.." "Tahu nggak James jadinya.. Siska khan jadinya horny banget!" "Ok deh Sis.. ma'ap.. jadi mesti gimana dong?" "mm.. kamu cium-cium punyaku kayak ke Sisti lagi dong? mau nggak?" "Ok.. buka gih celananya aku isepin sini.." Siska buka celana sama kaosnya, terus naik ke atas mukaku. Sisti ternyata nggak keberatan, sama-sama sudah horny berat sih berdua. Akhirnya kita main threesome, saya hisap vagina Siska terus Sisti naik ke penis saya. "Aahh Jamess.. emang kamu top banget deh.. teruss jilat itunya sayang..!"
Enggak lama kita tukar posisi, saya suruh Sisti tiduran, terus Siska saya minta telungkup. Jadi saya masukin penis saya lewat belakang (doggy style), ahh ternyata nggak kalah sama vagina kembarannya, sama-sama masih rapat! Sambil saya mensetubuhi si Siska, tangan saya menjelajah vagina Sisti, saya masukan jari tengah saya kedalam sambil jari saya yang lain mulai berusaha memegang analnya, saya nggak pernah senggama lewat anal cuma kalau sekarang pegang-pegang doang sih sering, nambah sensasi. Ternyata saking keenakan, mereka berdua ciuman, sambil tangannya memegang payudara kembarannya, saya jadi tambah napsu sekali melihatnya. Akhirnya saya pindah ke Sisti, saya angkat salah satu kakinya terus saya masukan penis saya dari samping. Huwii, ini salah satu favorit saya juga. Enggak kebayang rasanya paha saya kegesek-gesek sama pahanya, terus penis saya masuk lewat pinggirnya, rasanya lain banget daripada saya di atas. Siska kemudian mulai memainkan lidahnya di payudara Sisti sambil memegang vaginanya. "Ahh Jammess bentar lagi sayangg.. aahh.." ternyata Sisti sudah sampai klimaks, saya pindah untuk melakukan hal yang sama-sama Siska cuma kali ini saya minta dia membalikkan badan sambil tiduran, terus saya masukan dari belakang. "Aahh Jamess tegaa ih kamu.. nikmat banget tuhh truss truss!" "Siska.. rapetin kaki kamu donk.. iya gitu sayang..!" Ini posisi yang buat saya cepat keluar. Kakinya dirapatkan terus saya kocok-kocok dari belakangnya. "Siska aku mau keluar nich.. di dalem yaa.." kata saya. "Jangan Jamess!" kata Siska. "Sini aku isep saja ya.. dikeluarin di mulut Siska!" saya masukan ke mulutnya, ternyata Sisti juga nggak mau kalah, yang ada kayak rebutan. Gila juga ternyata Siska menghisapnya. Sambil menghisap tangannya mengocok-ngocok penis saya. Sisti lagi menciumi biji saya. "Ahh Siss.. Jamess keluarr nichh!" Akhirnya saya keluarkan sperma saya di mulutnya sambil saya tahan kepalanya dia agar menghisap terus..
Selesai itu kita bertiga langsung tidur kecapaian. Pagi-paginya bangun, yang ada malah cekikikan. "Eh Siska bandel ya! ngapain saja sama si Aryo kalau berdua yo hahahah", goda saya sama Sisti. "Ah kalian juga sama hihihihhih", katanya.
Lain kali saya ceritakan pengalaman saya sama pacar saya yang lain, juga sama ibuya. Sorry kalau saya ceritanya rada-rada ngelantur kemana-mana, tapi ini kejadian benar.

Senin, 22 November 2010

Anak Manja....

"Jii..Ajii..kesini sebentar!" itu suara Dino, aku memanggilnya Mas Dino, anak majikanku.
Usianya sama denganku, kami sama-sama masih duduk di kelas 2 SMU. Aku segera bergegas memenuhi panggilannya, soalnya anak ini rada-rada manja. Kalau dia ngambek gara-gara aku terlambat memenuhi panggilannya, bisa berabe. Aku bakalan kena omelan Nyonya seharian.
"Ya, sebentar Mas," jawabku, kuletakkan buku Matematika yang sedang kubaca.
"Perasaan bukan cuman dia doang yang ujian, aku juga ujian besok," sungutku dalam hati.
Pasti anak manja ini bakalan minta aku ajarin matematika lagi. Jujur aja, males aku kalo harus ngajar dia. Dibilang bego, bisa berabe, cuman kalo diajarin emang gak bisa ngerti-ngerti dia. Aku gak tahu apa yang ada dikepalanya. Ngerepotin aku aja nih. Sambil bersungut aku berjalan cepat menaiki tangga rumah besar milik Tuan Arifin Wijaya, majikanku, kamar Dino ada di lantai dua rumah itu..

Majikanku sebenarnya orang baik. Buktinya aku disekolahkan olehnya. Memang sih bukan sekolah bonafit seperti sekolah Mas Dino. Tapi dibiayai sekolah saja olehnya, aku sudah cukup senang. Soalnya ketika dibawa dari kampung, aku tak pernah punya fikiran Tuan Arifin Wijaya seorang pengusaha tionghoa yang cukup sukses di medan dan istrinya yang asli sunda itu bakalan menyekolahkan aku. Paling aku hanya akan dijadikan tukang kebun di rumah gedung miliknya yang sekarang aku tinggali ini. Makanya aku sangat tidak enak hati kalau Nyonya Wijaya kesal padaku hanya gara-gara anak bungsunya yang manja ini.

"Tok..tok..tok.., " tanganku mengetuk pintu kamar Mas Dino pelan sebelum pintu kamar itu kubuka. Kemudian aku berdiri di pintu kamarnya yang luas dan dipenuhi dengan berbagai poster tokoh komik seperti spiderman, superman, batman itu. Nih anak badannya aja yang gede, tapi masih aja demen ama komik, kataku dalam hati. Dan seperti biasa aku disambut dengan omelannya yang sama dan sebangun setiap kali aku dipanggilnya,
"Lama banget sih lo,"
"Maaf Mas Dino, aku tadi lagi konsentrasi baca buku Matematika, kan besok ujian, saking konsennya baca buku, panggilan Mas Dino agak sayup-sayup ku dengar," jawabku membela diri.
"Alasan lo," katanya tanpa perlu memandangku, matanya tak lepas dari layar komputer yang ada didepannya.
Lo, aku pikir dia lagi belajar, tak tahunya sedang asik main komputer anak manja ini. Lalu untuk apa aku dipanggilnya.
"Ada apa Mas, kok aku dipanggil?" tanyaku.
"Kapan Papi sama Mami balik dari Hongkong?" pertanyaanku tak dijawabnya, malah dia menyampaikan pertanyaan kepadaku.
"Bukannya masih seminggu lagi Mas," jawabku, masih berdiri di pintu kamarnya.
"Hmm," gumamnya. "Masuk sini! Tutup pintunya!" katanya.

Aku masuk lalu menuju meja belajarnya yang bulat dan berkaki rendah itu. Biasanya juga kalau ke kamarnya aku langsung menuju ke meja itu. Mataku tidak berani melirik monitor komputer, soalnya pernah sekali aku melirik monitor dan disana terpampang tubuh bugil indah milik Pamela Anderson. Aku malu sekali waktu itu, wajahku merah, sementara dia ngeledek aku karena malu ngelihat gambar begituan. Akhirnya kami tidak jadi belajar waktu itu, karena konsentrasiku benar-benar hilang gara-gara melihat gambar itu. Penisku ngaceng sejadi-jadinya waktu itu.

Ketika aku baru saja lesehan menghadap ke meja itu, tiba-tiba dia memanggilku,
"Sini Ji," katanya. "Gua mo nunjukin lo gambar bagus,"katanya.
"Enggak usah mas," jawabku pelan.
Tapi dia membalas jawabanku dengan suara keras,
"Kalau lo gua suruh liat gambar, maka lo harus liat gambar! Sini!" katanya marah.

Daripada urusannya panjang segera aku bangkit dan mendekatinya, berdiri di belakangnya dan melihat ke monitor komputernya. Betapa kagetnya aku, jantungku serasa copot melihat gambar yang terpampang di monitor komputer itu. Seorang cowok bule, muda, ganteng, kekar dalam keadaan bugil sedang menungging dengan bertumpu pada kedua tangan dan kakinya. Dibelakangnya seorang cowok yang juga bule, muda, ganteng, kekar, dan juga bugil memasukkan penisnya yang besar dan panjang kedalam lobang pantat cowok yang sedang menungging itu. Mataku berkunang-kunang melihat gambar yang "tak biasa" buatku itu.

Aku terpaku, dan ketika tersadar aku bersegera untuk pergi dari tempatku berdiri, namun tangan putih berbulu halus, kekar milik Dino menahan tanganku.
"Jangan kemana-mana. Lihat aja baik-baik," katanya tegas.
Selanjutnya berganti-ganti gambar-gambar berbagai posisi persenggamaan sesama laki-laki disuguhkan Dino di depan mataku. Aku hanya bisa melotot melihat gambar-gambar itu. Pelan-pelan jantungku mulai normal detakannya, namun bulu romaku terasa merinding, pelan-pelan aku merasakan penisku mulai bergerak-gerak, mengeras dan semakin keras.
"Mas, kenapa lihat gambar beginian..??" tanyaku pelan, dan aku yakin suaraku terdengar sangat bergetar.

Dino tak menjawab, namun kemudian ia memandangku dengan pandangan yang menurutku aneh, tiba-tiba aku risih dengan pandangannya. Selama ini bila aku memandangnya yang muncul hanya perasaan kesal, keqi, dongkol atas gaya manjanya saja. Selain aku risih melihat tatapan anehnya itu, tiba-tiba wajah gantengnya juga menggangguku. Ada getaran aneh di hatiku ketika aku memandang wajahnya. Dino memang ganteng. Kegantengannya sudah diakui, kenapa? Soalnya bulan lalu saja dia mendapat predikat Juara I pemilihan model sebuah majalah terkenal.

Hidungnya mancung, bulu matanya tebal, bibirnya tipis dan kemerahan, kulitnya putih bersih dan ditumbuhi bulu-bulu halus di pergelangan tangan, betis, dan mungkin sampe pahanya. Aneh, aneh, selama ini aku tidak pernah memperhatikannya secara fisik. Kenapa kok tiba-tiba aku jadi begini sekarang?? Tubuhnya tinggi kokoh, mungkin sekitar 185 cm karena kalau aku berdiri disampingnya tubuhku lebih pendek sedikit darinya, sedangkan tinggiku 175 cm. Tubuhnya atletis, mungkin karena dia rajin renang dan rajin main volli, dia anggota tim inti volli di sekolahnya. Bukannya nyombong, tubuhku juga kekar dan atletis, bukan karena olahraga namun karena bekerja. Dulu di kampung pekerjaanku apalagi kalau bukan mencangkul sawah. Karenanya tubuhku lebih hitam dari Dino. Waktu baru tiba di rumah ini, tubuhku lebih hitam dan kulitku lebih kasar dari sekarang. Namun setelah hampir setahun aku tinggal disini kulitku sudah tidak terlalu hitam lagi, dan juga tidak sekasar dulu lagi, mungkin karena pengaruh makanan dan kini kulitku jarang terpanggang panas matahari.

Tiba-tiba tangan Dino menggenggam tanganku erat, lalu aku ditariknya ke tempat tidurnya yang empuk. Aku didudukkannya, kami duduk berhadapan. Dipegangnya daguku yang terbelah. Lalu dengan menatap mataku dalam-dalam Dino berkata,
"Aku pengen nyobain apa yang kita lihat di gambar-gambar tadi dengan kamu. Kamu mau kan?!!" tanyanya lembut namun tegas.
Sosok Dino sekarang benar-benar berubah kurasa. Bukan seperti Dino yang selama ini aku kenal. Kali ini dia begitu tegas dan matang tidak manja dan menjengkelkan seperti biasanya. Tatapannya elangnya benar-benar menyihirku, sehingga tanpa ada perlawanan aku mengangguk, mengiyakan permintaannya itu.

Selanjutnya wajahnya semakin dekat mendekati wajahku. Nafasnya yang hangat berhembus diwajahku. Tiba-tiba aku merasa bibirnya lekat di bibirku. Bibirku terasa basah oleh air hangat. Rupanya lidahnya mulai menyapu bibirku. Pelan-pelan lidah itu mendesak ingin masuk kedalam mulutku. Secara alami mulutku mulai membuka membiarkan lidah Dino mencari lidahku. Mulut kamu kemudian saling melumat, menghisap, dan lidah kami beradu dengan dahsyat. Baru sekali ini aku berciuman, dan gilanya dengan seorang cowok. Namun ciuman itu terasa sangat nikmat kurasakan. Kami terus melumat, lama.

Setelah selesai acara lumat-melumat dilanjutkan dengan cupang mencupang. Bergantian kami saling menyerbu leher, telinga, belakang leher untuk mencupang satu sama lain. Aku yakin baik Dino dan aku baru sekali ini melakukan hubungan sejenis, namun entah kenapa kok dia cepat pintar dalam hal ini. Entah siapa yang memulai, tangan kami sudah menjelajah entah kemana-mana. Karenanya jangan kaget kalau kami sekarang sudah dalam keadaan telanjang bulat saling bergantian menindih. Aku sendiri bingung entah siapa tadi yang pertama memulai aksi buka baju, aku tak ingat. Tapi kok ketika aku melirik sekilas ke lantai kamar pakaian kami sudah bertebaran disana.

Tubuh kami yang berkeringat saling bergesekan. Kami mengerang-erang, gesekan-gesekan tubuh kami menimbulkan rasa yang nikmat. Tidak bisa kukatakan bagaimana nikmatnya, namun arghh. Sekarang ini aku sedang menindih Dino, melumat bibirnya, meremas rambutnya, menggesek-gesekkan dadaku yang bidang ke dadanya. Menggesek-gesekkan penisku yang keras ke penisnya. Meskipun kami berdua belum saling melihat penis masing-masing, tapi aku yakin kalau penis kami sama-sama besar, keras dan panjang. Ini bukannya nyombong lo. Ganjalan di perutku ini yang mengatakan itu.

Bosan dengan aksi gesek-menggesek Dino mengajakku bermain 69. Aku menungging bertumpu pada dua tanganku dan kakiku, sementara dibawahku Dino telentang dengan kepala mengahadap ke atas ke selangkanganku memandang penis kerasku yang tegak sampai ke pusar. Sementara dihadapanku sekarang tegak penis Dino. Dugaanku ternyata benar. penis Dino besar, meskipun belum sebesarpunyaku. Tanganku menggenggam penis itu, namun jari-jariku tak bisa bertemu. Batangnya berwarna kuning langsat kemerahan. Kepala penisnya berwarna lebih gelap. Di pangkal penis itu bertebaran bulu jembut halus, namun lebat, tumbuh hingga ke lobang pantatnya.
"Besar banget penis mu, Ji..hmmpp." desah Dino sambil mulutnya menyelomoti batang keras ku itu. Aku hanya tersenyum.

Lalu mulutku pun mulai mengerjai batang kejantanan anak majikanku yang keras ini. Entah kenapa mengemut, menghisap, menjilat penis ini sangat nikmat kurasa, dan Dino pun kayaknya juga sangat menikmatinya. Padahal penis ini tak manis rasanya seperti permen atau es krim. Rasanya asin, dan baunya pun sebenarnya tak enak, karena sudah bercampur bau ludah, precum, dan mungkin sedikit air kencing. Tapi entahlah.. Kok aku menyukainya. Lidahku tak berhenti-henti menjilat, mulutku tak berhenti-henti mengulum, menyedot, menghisap. Srupp. Dino pun begitu. Malah dia lebih nakal lagi, lidah dan mulutnya mulai berani-beranian mengekspansi ke arah lobang pantatku.

Lobang pantatku terasa basah dan hangat karena jilatan lidahnya.
"Arghh.." Aku mendesah kegelian, gesekan lidahnya yang kasar di lobang pantatku benar-benar nikmat rasanya jeck. Saking nikmatnya aku jadi melupakan penis gede dihadapanku ini. Aku konsentrasi menikmati kenakalan mulut dan lidah Dino dibawah sana, eh jarinya pun mulai nakal juga rupanya. Ngapain tuh jari menusuk-nusuk pantatku?? Aku mendelik, bukan karena marah, tapi karena keenakan. Aku benar-benar lupa dengan penis Dino, aku mengerang-erang keenakan. Dan Dino pun tak memaksaku untuk mengrejai penisnya lagi. Rupanya dia pun sedang keasikan mengerjain lobang pantatku. Malah tiba-tiba dia membebaskan dirinya dari kangkanganku.

Dari lobang celah antara kedua pahaku dia beringsut keluar. Lalu dia menungging dibelakangku. Dan mulai merimming pantatku dengan mulutnya. Ohh..shitt..mulutnya nakal banget, lidahnya nakal banget, jari-jarinya itu juga. Kok enak bangetthh..Ohh..Aku memejamkan mataku menahan rasa nikmat itu. Lidah, mulut, dan jari Dino tak putus-putus mengerjain lobang pantatku, sekali-kali dikocoknya juga batang penisku. Tapi tiba-tiba aku merasa Dino menghentikannya. Aku kebingungan, aku menunggu siapa tau dia akan melanjutkan lagi. Tapi tak ada tanda-tanda Dino melanjutkan lagi. Aku menoleh ke belakang mencari tahu apa yang terjadi, kenapa Dino menghentikan aksinya.

Kulihat dibelakangku Dino sedang memasangkan kondom ke penisnya yang besar dan mengacung itu. Aku kaget, Mas mau ngapain..?" tanyaku bergetar. Dino tak menjawab. Dino benar-benar lain, biasanya dia cerewet, namun sepanjang persenggamaan ini dia benar-benar jadi orang yang banyak bekerja sedikit bicara. Jari telunjuknya diletakkannya ke mulutnya, memberi isyarat kepadaku agar tidak bicara lagi. Akupun diam. Tak lama aku merasakan lobang pantatku mulai dijejali dengan sebuah bongkahan benda keras, kenyal dan besar. penis Dino mencoba memasuki lobang pantatku yang masih perjaka.
"Orgghh..orghh..orghh." aku mengerang-erang, kesakitan.

Namun Dino tak memperdulikannya, terus saja dia mencoba menjejali lobang pantatku. Sedikit demi sedikit penis besar berkondom itu memasuki lobang pantatku. Lobang pantatku terasa panas, perih. Aku memejamkan mata menahan sakit. Namun untuk menolak keinginanannya aku tak mau. Karena aku juga menikmatinya. Aku menahan rasa sakitku itu hingga akhirnya aku rasakan bulu jembut Dino menggesek belahan pantatku. Rupanya seluruh penisnya telah masuk semua. Tak kusangka anus sempitku sanggup juga menelan batang keras dan besar itu. Arghh.. Dino mendiamkan penisnya sesaat. Aku mengambil kesempatan itu untuk meralakskan lobang pantatku sekaligus mengatur nafasku.

Tiba-tiba tanpa pake woro-woro terlebih dahulu Dino menarik penisnya dan segera membenamkannya lagi. Memang tak seluruh penis itu bisa ditariknya karena sempitnya lobang pantatku namun gesekan itu cukup membuatku untuk menjerit. "Akhh.." aku benar-benar kesakitan. Dino tak memperdulikan jeritanku, malah aksi tarik sorong itu kemudian dilakukannya terus berulang-ulang. Awalnya pelan namun setelah penisnya dapat beradaptasi dengan lobang pantatku, gerakannya cepat dan semakin cepat. Aku pun menjerit-jerit. Untunglah kamarnya itu kedap suara, sehingga jeritanku tak perlu mengganggu orang lain di rumah. Soalnya selain kami, Bi Ijah tukang masak dan urusan dapur, Mang Diman supir dan Mbak Ayu dan Mbak Jumi tukang bersih-bersih rumah, juga ada di rumah itu.

Tak lama jeritanku mereda, bukan karena Dino menghentikan gerakannya, namun memang kemudian gesekan penis Dino itu tak lagi kurasakan sakit seperti tadi. Gesekan itu semakin lama semakin enak kurasakan. Akhirnya jeritanku pun beralih menjadi erangan-erangan. "engg..engg..engg..engg.." Keringat memabsahi tubuh kami berdua.

Goyangan Dino semakin binal dan cepat, nafasnya liar dan tak beraturan, tangannya meremas pinggangku kuat-kuat. penisnya mengaduk-aduk lobang pantatku. Mulutnya melumat-lumat leher belakangku, giginya menggigit-gigit kecil disana. Tiba-tiba Dino melakukan gerakan hentakan penis di lobang pantatku, dibenamkannya penisnya sedalam-dalamnya di lobang pantat ku itu. Lalu kurasakan ada yang menggelembung didalam pantatku. Aku yakin itu pasti ujung kondomnya yang sudah dipenuhi dengan sperma. Gelembung itu terus membesar. Dino mengeluarka sperma yang banyak kurasa. Dino lalu lemas, kelelahan setelah menguras tenaga dan rebah diatas tubuhku. Tak tahan menahan tubuhnya yang berat aku pun merebahkan diri di kasur empuk itu dengan tubuh Dino diatas tubuhku. penisnya masih tersimpan dengan aman di lobang pantatku.

Nafas Dino tak beraturan. Pelan-pelan dia mulai mengatur nafasnya kembali. Aku tergeletak telungkup, menyadari apa yang baru terjadi. Aku baru saja kehilangan keperjakaan pantatku. namun bagaimana dengan keperjakaan penisku. Aku belum keluar apa-apa. Aku juga ingin merasakan apa yang baru saja dirasakan oleh Dino, tapi bagaimana? Apakah dia mau?

Pelan-pelan aku mendengar dengkuran halus Dino diatasku. Dia sudah tertidur rupanya. Benar-benar dia hanya memikirkan dirinya sendiri saja. Tiba-tiba kembali aku kesal padanya. penisnya saja masih menikmati kenyamanan lobang pantatku namun ia sudah melupakanku. Aku marah padanya. Tanpa memperdulikan dia anak majikanku, kemudian aku menolak tubuhnya kasar. penisnya terlepas dari lobang pantatku. Dia terbangun. "Ada apa?!!" tanyanya bingung.

Tak kupedulikan dia lalu dengan kasar aku terlentangkan tubuhnya dan aku tindih. Dino meronta-ronta. Mau dia rajin olahraga tetap saja tubuhku lebih kuat darinya. Akhirnya seperti aksi UFC di televisi aku berhasil membuatnya telentang pasrah dengan kedua paha mengangkang lebar. Dengan paksa kumasukkan penisku yang besar itu ke lobang pantatnya, tanpa kondom. Dia kelihatan protes, terlihat dari delikan matanya, tapi mulutnya tak lagi bisa bersuara akibat telah kusumpal dengan sobekan celana dalam miliknya. Dia terus mencoba melawan, tangannya mencakar-cakar punggungku, namun itu malah semakin membuatku bergairah. Dengan paksa penisku kubenamkan ke lobang pantatnya, delikan Dino semakin lebar, aku yakin dia sangat kesakitan namun tak bisa menjerit.

Aku sendiripun kesusahan memasukkan penisku ke lobangnya. Entah karena penisku yang sangat besar atau karena lobang pantatnya yang sangat sempit, sangat susah penis ku terbenam kesana. Keringat ku kembali bercucuran. Namun aku paksa terus. Akhirnya batang itupun dapat masuk namun hanya ¾ nya saja kurasa. Segera penis itu ku goyang tarik tusuk. Sangat susah aku melakukaannya, aku merasakan penisku dicengkeram sangan ketat. Namun terus kulakukan gerakan itu. Tapi dalam tempo yang masih sangat lambat. Dibawahku Dino mencakarku dengan sangat keras, aku rasa punggungku berdarah, mungkin dia sangat kesakitan. Kondomnya terlepas akibat gesekan penisnya di perutku, spermanya tumpah ruah di perut kami, menyebabkan daerah perut kami licin.

Tak lama goyanganku semakin lebih lancar, rupanya penisku sudah dapat beradaptasi disitu. Akhirnya peniskupun dapat masuk seluruhnya, goyanganku pun dapat kupercepat. Aku pandangi wajah Dino dengan senyum menyeringai, sementara dia menatapku dengan tatapan sangat marah. Goyanganku semakin pelan, dan aku lihat mata Dino mulai terkatup-katup, aku buka sumpalan mulutnya. Dari mulutnya terdengar erangan-erangan, dia sudah keenakan juga rupanya. Ketika dia membuka matanya aku tersenyum seindah mungkin padanya, namun dia malah membuang muka meskipun erangannya tak bisa disembunyikannya. Buktinya kedua tangannya asik meremas belahan pantatku, dan pantatnya juga bergoyang lembut membalas goyangan ku. "Dasar muna," kataku dalam hati. Tapi aku tak peduli dia mau buang muka lagi atau enggak yang penting aku enak. Goyanganku tetap kulakukan seintens mungkin. Dan dari erangannya aku tahu si anak manja ini bener-bener keenakan.

Buktinya sekarang dia malah dengan bernafsu menggoyangkan pantatnya naik turun menduduki penisku. Sementara aku telentang dibawah meremas-remas dadanya. Wajahnya tetap saja tak mau melihatkau, kalau tiba-tiba kami bertemu pandang dia cepat mengalihkan pandangannya, namun tetap saja dia menggenjot-genjot.

Tiba-tiba aku merasa penisku akan meledak. Aku dorong dia, kupaksa dia telentang tak kucabut penisku dari lobangnya. Lalu aku tindih dia, kupegang kedua pipinya, kupandangi matanya. Aku ingin ketika muncrat memandangi matanya. Kupaksa dia memandangiku. Lalu pantatku bergoyang cepat-cepat-cepat.
"Hoh..hoh..hoh..hoh..hoh..hoh..hoh..hoh..,'" suara deru nafasku.
Kucium mulutnya dengan penuh nafsu ketika aku merasakan spermaku melompat ke luar, menyembur-nyembur membasahi dinding-dinding anusnya. Semburan spermaku begitu deras dan banyak. Aku merasakan lobang pantatnya berkedut-kedut saat menyambut semburanku. Aku memejamkan mataku menikmati sensasi semburan spermaku. Lalu kami pun ambruk diatas tempat tidur. Tertidur, kelelahan.

kontol mas bob membuatku ketagihan

Waktu itu usiaku 23 tahun. Aku duduk di tingkat akhir suatu perguruan tinggi teknik di kota Bandung. Wajahku ganteng. Badanku tinggi dan tegap, mungkin karena aku selalu berolahraga seminggu tiga kali. Teman-¬temanku bilang, kalau aku bermobil pasti banyak cewek yang dengan sukahati menempel padaku. Aku sendiri sudah punya pacar. Kami pacaran secara serius. Baik orang tuaku maupun orang tuanya sudah setuju kami nanti menikah. Tempat kos-ku dan tempat kos-nya hanya berjarak sekitar 700 m. Aku sendiri sudah dipegangi kunci kamar kosnya. Walaupun demikian bukan berarti aku sudah berpacaran tanpa batas dengannya. Dalam masalah pacaran, kami sudah saling cium-ciuman, gumul-gumulan, dan remas-remasan. Namun semua itu kami lakukan dengan masih berpakaian. Toh walaupun hanya begitu, kalau “voltase”-ku sudah amat tinggi, aku dapat “muntah” juga. Dia adalah seorang yang menjaga keperawanan sampai dengan menikah, karena itu dia tidak mau berhubungan sex sebelum menikah. Aku menghargai prinsipnya tersebut. Karena aku belum pernah pacaran sebelumnya, maka sampai saat itu aku belum pernah merasakan memiaw perempuan.
Pacarku seorang anak bungsu. Kecuali kolokan, dia juga seorang penakut, sehingga sampai jam 10 malam minta ditemani. Sehabis mandi sore, aku pergi ke kosnya. Sampai dia berangkat tidur. aku belajar atau menulis tugas akhir dan dia belajar atau mengerjakan tugas-tugas kuliahnya di ruang tamu. Kamar kos-nya sendiri berukuran cukup besar, yakni 3mX6m. Kamar sebesar itu disekat dengan triplex menjadi ruang tamu dengan ukuran 3mX2.5m dan ruang tidur dengan ukuran 3mX3.5m. Lobang pintu di antara kedua ruang itu hanya ditutup dengan kain korden.
lbu kost-nya mempunyai empat anak, semua perempuan. Semua manis-manis sebagaimana kebanyakan perempuan Sunda. Anak yang pertama sudah menikah, anak yang kedua duduk di kelas 3 SMA, anak ketiga kelas I SMA, dan anak bungsu masih di SMP. Menurut desas-desus yang sampai di telingaku, menikahnya anak pertama adalah karena hamil duluan. Kemudian anak yang kedua pun sudah mempunyai prestasi. Nama panggilannya Ika. Dia dikabarkan sudah pernah hamil dengan pacarya, namun digugurkan. Menurut penilaianku, Ika seorang playgirl. Walaupun sudah punya pacar, pacarnya kuliah di suatu politeknik, namun dia suka mejeng dan menggoda laki-laki lain yang kelihatan keren. Kalau aku datang ke kos pacarku, dia pun suka mejeng dan bersikap genit dalam menyapaku.
lka memang mojang Sunda yang amat aduhai. Usianya akan 18 tahun. Tingginya 160 cm. Kulitnya berwarna kuning langsat dan kelihatan licin. Badannya kenyal dan berisi. Pinggangnya ramping. Buah dadanya padat dan besar membusung. Pinggulnya besar, kecuali melebar dengan indahnya juga pantatnya membusung dengan montoknya. Untuk gadis seusia dia, mungkin payudara dan pinggul yang sudah terbentuk sedemikian indahnya karena terbiasa dinaiki dan digumuli oleh pacarnya. Paha dan betisnya bagus dan mulus. Lehernya jenjang. Matanya bagus. Hidungnya mungil dan sedikit mancung. Bibirnya mempunyai garis yang sexy dan sensual, sehingga kalau memakai lipstik tidak perlu membuat garis baru, tinggal mengikuti batas bibir yang sudah ada. Rambutnya lebat yang dipotong bob dengan indahnya.
Sore itu sehabis mandi aku ke kos pacarku seperti biasanya. Di teras rumah tampak Ika sedang mengobrol dengan dua orang adiknya. Ika mengenakan baju atas “you can see” dan rok span yang pendek dan ketat sehingga lengan, paha dan betisnya yang mulus itu dipertontonkan dengan jelasnya.
“Mas Bob, ngapel ke Mbak Dina? Wah.. sedang nggak ada tuh. Tadi pergi sama dua temannya. Katanya mau bikin tugas,” sapa Ika dengan centilnya.
“He.. masa?” balasku.
“Iya.. Sudah, ngapelin Ika sajalah Mas Bob,” kata Ika dengan senyum menggoda. Edan! Cewek Sunda satu ini benar-benar menggoda hasrat. Kalau mau mengajak beneran aku tidak menolak nih, he-he-he..
“Ah, neng Ika macam-macam saja..,” tanggapanku sok menjaga wibawa. “Kak Dai belum datang?”
Pacar Ika namanya Daniel, namun Ika memanggilnya Kak Dai. Mungkin Dai adalah panggilan akrab atau panggilan masa kecil si Daniel. Daniel berasal dan Bogor. Dia ngapeli anak yang masih SMA macam minum obat saja. Dan pulang kuliah sampai malam hari. Lebih hebat dan aku, dan selama ngapel waktu dia habiskan untuk ngobrol. Atau kalau setelah waktu isya, dia masuk ke kamar Ika. Kapan dia punya kesempatan belajar?
“Wah.. dua bulan ini saya menjadi singgel lagi. Kak Dai lagi kerja praktek di Riau. Makanya carikan teman Mas Bob buat menemani Ika dong, biar Ika tidak kesepian.. Tapi yang keren lho,” kata Ika dengan suara yang amat manja. Edan si playgirl Sunda mi. Dia bukan tipe orang yang ngomong begitu bukan sekedar bercanda, namun tipe orang yang suka nyerempet-nyerempet hat yang berbahaya.
“Neng Ika ini.. Nanti Kak Dai-nya ngamuk dong.”
“Kak Dai kan tidak akan tahu..”
Aku kembali memaki dalam hati. Perempuan Sunda macam Ika ini memang enak ditiduri. Enak digenjot dan dinikmati kekenyalan bagian-bagian tubuhnya.
Aku mengeluarkan kunci dan membuka pintu kamar kos Dina. Di atas meja pendek di ruang tamu ada sehelai memo dari Dina. Sambil membuka jendela ruang depan dan ruang tidur, kubaca isi memo tadi. “Mas Bobby, gue ngerjain tugas kelompok bersama Niken dan Wiwin. Tugasnya banyak, jadi gue malam ini tidak pulang. Gue tidur di rumah Wiwin. Di kulkas ada jeruk, ambil saja. Soen sayang, Dina”
Aku mengambil bukuku yang sehari-harinya kutinggal di tempat kos Di. Sambil menyetel radio dengan suara perlahan, aku mulai membaca buku itu. Biarlah aku belajar di situ sampai jam sepuluh malam.
Sedang asyik belajar, sekitar jam setengah sembilan malam pintu diketok dan luar. Tok-tok-tok..
Kusingkapkan korden jendela ruang tamu yang telah kututup pada jam delapan malam tadi, sesuai dengan kebiasaan pacarku. Sepertinya Ika yang berdiri di depan pintu.
“Mbak Di.. Mbak Dina..,” terdengar suara Ika memanggil-manggil dan luar. Aku membuka pintu.
“Mbak Dina sudah pulang?” tanya Ika.
“Belum. Hari ini Dina tidak pulang. Tidur di rumah temannya karena banyak tugas. Ada apa?”
“Mau pinjam kalkulator, mas Bob. Sebentar saja. Buat bikin pe-er.”
“Ng.. bolehlah. Pakai kalkulatorku saja, asal cepat kembali.”
“Beres deh mas Bob. Ika berjanji,” kata Ika dengan genit. Bibirnya tersenyum manis, dan pandang matanya menggoda menggemaskan.
Kuberikan kalkulatorku pada Ika. Ketika berbalik, kutatap tajam-tajam tubuhnya yang aduhai. Pinggulnya yang melebar dan montok itu menggial ke kiri-kanan, seolah menantang diriku untuk meremas¬-remasnya. Sialan! Kontholku jadi berdiri. Si “boy-ku” ini responsif sekali kalau ada cewek cakep yang enak digenjot.
Sepeninggal Ika, sesaat aku tidak dapat berkonsentrasi. Namun kemudian kuusir pikiran yang tidak-tidak itu. Kuteruskan kembali membaca textbook yang menunjang penulisan tugas sarjana itu.
Tok-tok-tok! Baru sekitar limabelas menit pintu kembali diketok.
“Mas Bob.. Mas Bob..,” terdengar Ika memanggil lirih.
Pintu kubuka. Mendadak kontholku mengeras lagi. Di depan pintu berdiri Ika dengan senyum genitnya. Bajunya bukan atasan “you can see” yang dipakai sebelumnya. Dia menggunakan baju yang hanya setinggi separuh dada dengan ikatan tali ke pundaknya. Baju tersebut berwarna kuning muda dan berbahan mengkilat. Dadanya tampak membusung dengan gagahnya, yang ujungnya menonjol dengan tajam dan batik bajunya. Sepertinya dia tidak memakai BH. Juga, bau harum sekarang terpancar dan tubuhnya. Tadi, bau parfum harum semacam ini tidak tercium sama sekali, berarti datang yang kali ini si Ika menyempatkan diri memakai parfum. Kali ini bibirnya pun dipolesi lipstik pink.
“Ini kalkulatornya, Mas Bob,” kata Ika manja, membuyarkan keterpanaanku.
“Sudah selesai. Neng Ika?” tanyaku basa-basi.
“Sudah Mas Bob, namun boleh Ika minta diajari Matematika?”
“0, boleh saja kalau sekiranya bisa.”
Tanpa kupersilakan Ika menyelonong masuk dan membuka buku matematika di atas meja tamu yang rendah. Ruang tamu kamar kos pacarku itu tanpa kursi. Hanya digelari karpet tebal dan sebuah meja pendek dengan di salah satu sisinya terpasang rak buku. Aku pun duduk di hadapannya, sementara pintu masuk tertutup dengan sendirinya dengan perlahan. Memang pintu kamar kos pacarku kalau mau disengaja terbuka harus diganjal potongan kayu kecil.
“Ini mas Bob, Ika ada soal tentang bunga majemuk yang tidak tahu cara penyelesaiannya.” Ika mencari-cari halaman buku yang akan ditanyakannya.
Menunggu halaman itu ditemukan, mataku mencari kesempatan melihat ke dadanya. Amboi! Benar, Ika tidak memakai bra. Dalam posisi agak menunduk, kedua gundukan payudaranya kelihatan sangat jelas. Sungguh padat, mulus, dan indah. Kontholku terasa mengeras dan sedikit berdenyut-denyut.
Halaman yang dicari ketemu. Ika dengan centilnya membaca soal tersebut. Soalnya cukup mudah. Aku menerangkan sedikit dan memberitahu rumusnya, kemudian Ika menghitungnya. Sambil menunggu Ika menghitung, mataku mencuri pandang ke buah dada Ika. Uhhh.. ranum dan segarnya.
“Kok sepi? Mamah, Ema, dan Nur sudah tidur?” tanyaku sambil menelan ludah. Kalau bapaknya tidak aku tanyakan karena dia bekerja di Cirebon yang pulangnya setiap akhir pekan.
“Sudah. Mamah sudah tidur jam setengah delapan tadi. Kemudian Erna dan Nur berangkat tidur waktu Ika bermain-main kalkulator tadi,” jawab Ika dengan tatapan mata yang menggoda.
Hasratku mulai naik. Kenapa tidak kusetubuhi saja si Ika. Mumpung sepi. Orang-orang di rumahnya sudah tidur. Kamar kos sebelah sudah sepi dan sudah mati lampunya. Berarti penghuninya juga sudah tidur. Kalau kupaksa dia meladeni hasratku, tenaganya tidak akan berarti dalam melawanku. Tetapi mengapa dia akan melawanku? jangan-jangan dia ke sini justru ingin bersetubuh denganku. Soal tanya Matematika, itu hanya sebagai atasan saja. Bukankah dia menyempatkan ganti baju, dari atasan you can see ke atasan yang memamerkan separuh payudaranya? Bukankah dia datang lagi dengan menyempatkan tidak memakai bra? Bukankah dia datang lagi dengan menyempatkan memakai parfum dan lipstik? Apa lagi artinya kalau tidak menyodorkan din?
Tiba-tiba Ika bangkit dan duduk di sebelah kananku.
“Mas Bob.. ini benar nggak?” tanya Ika.
Ada kekeliruan di tengah jalan saat Ika menghitung. Antara konsentrasi dan menahan nafsu yang tengah berkecamuk, aku mengambil pensil dan menjelaskan kekeliruannya. Tiba-tiba Ika lebih mendekat ke arahku, seolah mau memperhatikan hal yang kujelaskan dan jarak yang lebih dekat. Akibatnya.. gumpalan daging yang membusung di dadanya itu menekan lengan tangan kananku. Terasa hangat dan lunak, namun ketika dia lebih menekanku terasa lebih kenyal.
Dengan sengaja lenganku kutekankan ke payudaranya.
“Ih.. Mas Bob nakal deh tangannya,” katanya sambil merengut manja. Dia pura-pura menjauh.
“Lho, yang salah kan Neng Ika duluan. Buah dadanya menyodok-nyodok lenganku,” jawabku.
lka cemberut. Dia mengambil buku dan kembali duduk di hadapanku. Dia terlihat kembali membetulkan yang kesalahan, namun menurut perasaanku itu hanya berpura-pura saja. Aku merasa semakin ditantang. Kenapa aku tidak berani? Memangnya aku impoten? Dia sudah berani datang ke sini malam-malam sendirian. Dia menyempatkan pakai parfum. Dia sengaja memakai baju atasan yang memamerkan gundukan payudara. Dia sengaja tidak pakai bra. Artinya, dia sudah mempersilakan diriku untuk menikmati kemolekan tubuhnya. Tinggal aku yang jadi penentunya, mau menyia-siakan kesempatan yang dia berikan atau memanfaatkannya. Kalau aku menyia-siakan berarti aku band!
Aku pun bangkit. Aku berdiri di atas lutut dan mendekatinya dari belakang. Aku pura-pura mengawasi dia dalam mengerjakan soal. Padahal mataku mengawasi tubuhnya dari belakang. Kulit punggung dan lengannya benar-benar mulus, tanpa goresan sedikitpun. Karena padat tubuhnya, kulit yang kuning langsat itu tampak licin mengkilap walaupun ditumbuhi oleh bulu-bulu rambut yang halus.
Kemudian aku menempelkan kontholku yang menegang ke punggungnya. Ika sedikit terkejut ketika merasa ada yang menempel punggungnya.
“Ih.. Mas Bob jangan begitu dong..,” kata Ika manja.
“Sudah.. udah-udah.. Aku sekedar mengawasi pekerjaan Neng Ika,” jawabku.
lka cemberut. Namun dengan cemberut begitu, bibir yang sensual itu malah tampak menggemaskan. Sungguh sedap sekali bila dikulum-kulum dan dilumat-lumat. Ika berpura-pura meneruskan pekerjaannya. Aku semakin berani. Kontholku kutekankan ke punggungnya yang kenyal. Ika menggelinjang. Tidak tahan lagi. Tubuh Ika kurengkuh dan kurebahkan di atas karpet. Bibirnya kulumat-lumat, sementara kulit punggungnya kuremas-remas. Bibir Ika mengadakan perlawanan, mengimbangi kuluman-¬kuluman bibirku yang diselingi dengan permainan lidahnya. Terlihat bahkan dalam masalah ciuman Ika yang masih kelas tiga SMA sudah sangat mahir. Bahkan mengalahkan kemahiranku.
Beberapa saat kemudian ciumanku berpindah ke lehernya yang jenjang. Bau harum terpancar dan kulitnya. Sambil kusedot-sedot kulit lehernya dengan hidungku, tanganku berpindah ke buah dadanya. Buah dada yang tidak dilindungi bra itu terasa kenyal dalam remasan tanganku. Kadang-kadang dan batik kain licin baju atasannya, putingnya kutekan-tekan dan kupelintir-pelintir dengan jari-jari tanganku. Puting itu terasa mengeras.
“Mas Bob, Mas Bob buka baju saja Mas Bob..,” rintih Ika. Tanpa menunggu persetujuanku, jari-jari tangannya membuka Ikat pinggang dan ritsleteng celanaku. Aku mengimbangi, tali baju atasannya kulepas dan baju tersebut kubebaskan dan tubuhnya. Aku terpana melihat kemulusan tubuh atasnya tanpa penutup sehelai kain pun. Buah dadanya yang padat membusung dengan indahnya. Ditimpa sinar lampu neon ruang tamu, payudaranya kelihatan amat mulus dan licin. Putingnya berdiri tegak di ujung gumpalan payudara. Putingnya berwarna pink kecoklat-coklatan, sementara puncak bukit payudara di sekitarnya berwarna coklat tua dan sedikit menggembung dibanding dengan permukaan kulit payudaranya.
Celana panjang yang sudah dibuka oleh Ika kulepas dengan segera. Menyusul. kemeja dan kaos singlet kulepas dan tubuhku. Kini aku cuma tertutup oleh celana dalamku, sementara Ika tertutup oleh rok span ketat yang mempertontonkan bentuk pinggangnya yang ramping dan bentuk pinggulnya yang melebar dengan bagusnya. Ika pun melepaskan rok spannya itu, sehingga pinggul yang indah itu kini hanya terbungkus celana dalam minim yang tipis dan berwarna pink. Di daerah bawah perutnya, celana dalam itu tidak mampu menyembunyikan warna hitam dari jembut lebat Ika yang terbungkus di dalamnya. Juga, beberapa helai jembut Ika tampak keluar dan lobang celana dalamnya.
lka memandangi dadaku yang bidang. Kemudian dia memandang ke arah kontholku yang besar dan panjang, yang menonjol dari balik celana dalamku. Pandangan matanya memancarkan nafsu yang sudah menggelegak. Perlahan aku mendekatkan badanku ke badannya yang sudah terbaring pasrah. Kupeluk tubuhnya sambil mengulum kembali bibirnya yang hangat. Ika pun mengimbanginya. Dia memeluk leherku sambil membalas kuluman di bibirnya. Payudaranya pun menekan dadaku. Payudara itu terasa kenyal dan lembut. Putingnya yang mengeras terasa benar menekan dadaku. Aku dan Ika saling mengulum bibir, saling menekankan dada, dan saling meremas kulit punggung dengan penuh nafsu.
Ciumanku berpindah ke leher Ika. Leher mulus yang memancarkan keharuman parfum yang segar itu kugumuli dengan bibir dan hidungku. Ika mendongakkan dagunya agar aku dapat menciumi segenap pori-pori kulit lehernya.
“Ahhh.. Mas Bob.. Ika sudah menginginkannya dan kemarin.. Gelutilah tubuh Ika.. puasin Ika ya Mas Bob..,” bisik Ika terpatah-patah.
Aku menyambutnya dengan penuh antusias. Kini wajahku bergerak ke arah payudaranya. Payudaranya begitu menggembung dan padat. namun berkulit lembut. Bau keharuman yang segar terpancar dan pori-porinya. Agaknya Ika tadi sengaja memakai parfum di sekujur payudaranya sebelum datang ke sini. Aku menghirup kuat-kuat lembah di antara kedua bukit payudaranya itu. Kemudian wajahku kugesek-gesekkan di kedua bukit payudara itu secara bergantian, sambil hidungku terus menghirup keharuman yang terpancar dan kulit payudara. Puncak bukit payudara kanannya pun kulahap dalam mulutku. Kusedot kuat-kuat payudara itu sehingga daging yang masuk ke dalam mulutku menjadi sebesar-besarnya. Ika menggelinjang.
“Mas Bob.. ngilu.. ngilu..,” rintih Ika.
Gelinjang dan rintihan Ika itu semakin membangkitkan hasratku. Kuremas bukit payudara sebelah kirinya dengan gemasnya, sementara puting payudara kanannya kumainkan dengan ujung lidahku. Puting itu kadang kugencet dengan tekanan ujung lidah dengan gigi. Kemudian secara mendadak kusedot kembali payudara kanan itu kuat-kuat. sementara jari tanganku menekan dan memelintir puting payudara kirinya. Ika semakin menggelinjang-gelinjang seperti ikan belut yang memburu makanan sambil mulutnya mendesah-desah.
“Aduh mas Booob.. ssshh.. ssshhh.. ngilu mas Booob.. ssshhh.. geli.. geli..,” cuma kata-kata itu yang berulang-ulang keluar dan mulutnya yang merangsang.
Aku tidak puas dengan hanya menggeluti payudara kanannya. Kini mulutku berganti menggeluti payudara kiri. sementara tanganku meremas-remas payudara kanannya kuat-kuat. Kalau payudara kirinya kusedot kuat-kuat. tanganku memijit-mijit dan memelintir-pelintir puting payudara kanannya. Sedang bila gigi dan ujung lidahku menekan-nekan puting payudara kiri, tanganku meremas sebesar-besarnya payudara kanannya dengan sekuat-kuatnya.
“Mas Booob.. kamu nakal… ssshhh.. ssshhh.. ngilu mas Booob.. geli..” Ika tidak henti-hentinya menggelinjang dan mendesah manja.
Setelah puas dengan payudara, aku meneruskan permainan lidah ke arah perut Ika yang rata dan berkulit amat mulus itu. Mulutku berhenti di daerah pusarnya. Aku pun berkonsentrasi mengecupi bagian pusarnya. Sementara kedua telapak tanganku menyusup ke belakang dan meremas-remas pantatnya yang melebar dan menggembung padat. Kedua tanganku menyelip ke dalam celana yang melindungi pantatnya itu. Perlahan¬-lahan celana dalamnya kupelorotkan ke bawah. Ika sedikit mengangkat pantatnya untuk memberi kemudahan celana dalamnya lepas. Dan dengan sekali sentakan kakinya, celana dalamnya sudah terlempar ke bawah.
Saat berikutnya, terhamparlah pemandangan yang luar biasa merangsangnya. Jembut Ika sungguh lebat dan subur sekali. Jembut itu mengitari bibir memiaw yang berwarna coklat tua. Sambil kembali menciumi kulit perut di sekitar pusarnya, tanganku mengelus-elus pahanya yang berkulit licin dan mulus. Elusanku pun ke arah dalam dan merangkak naik. Sampailah jari-jari tanganku di tepi kiri-kanan bibir luar memiawnya. Tanganku pun mengelus-elus memiawnya dengan dua jariku bergerak dan bawah ke atas. Dengan mata terpejam, Ika berinisiatif meremas-remas payudaranya sendiri. Tampak jelas kalau Ika sangat menikmati permainan ini.
Perlahan kusibak bibir memiaw Ika dengan ibu jari dan telunjukku mengarah ke atas sampai kelentitnya menongol keluar. Wajahku bergerak ke memiawnya, sementara tanganku kembali memegangi payudaranya. Kujilati kelentit Ika perlahan-lahan dengan jilatan-jilatan pendek dan terputus-putus sambil satu tanganku mempermainkan puting payudaranya.
“Au Mas Bob.. shhhhh.. betul.. betul di situ mas Bob.. di situ.. enak mas.. shhhh..,” Ika mendesah-desah sambil matanya merem-melek. Bulu alisnya yang tebal dan indah bergerak ke atas-bawah mengimbangi gerakan merem-meleknya mata. Keningnya pun berkerut pertanda dia sedang mengalami kenikmatan yang semakin meninggi.
Aku meneruskan permainan lidah dengan melakukan jilatan-jilatan panjang dan lubang anus sampai ke kelentitnya.
Karena gerakan ujung hidungku pun secara berkala menyentuh memiaw Ika. Terasa benar bahkan dinding vaginanya mulai basah. Bahkan sebagian cairan vaginanya mulai mengalir hingga mencapai lubang anusnya. Sesekali pinggulnya bergetar. Di saat bergetar itu pinggulnya yang padat dan amat mulus kuremas kuat-kuat sambil ujung hidungku kutusukkan ke lobang memiawnya.
“Mas Booob.. enak sekali mas Bob..,” Ika mengerang dengan kerasnya. Aku segera memfokuskan jilatan-jilatan lidah serta tusukan-tusukan ujung hidung di vaginanya. Semakin lama vagina itu semakin basah saja. Dua jari tanganku lalu kumasukkan ke lobang memiawnya. Setelah masuk hampir semuanya, jari kubengkokkan ke arah atas dengan tekanan yang cukup terasa agar kena “G-spot”-nya. Dan berhasil!
“Auwww.. mas Bob..!” jerit Ika sambil menyentakkan pantat ke atas. sampai-sampai jari tangan yang sudah terbenam di dalam memiaw terlepas. Perut bawahnya yang ditumbuhi bulu-bulu jembut hitam yang lebat itu pun menghantam ke wajahku. Bau harum dan bau khas cairan vaginanya merasuk ke sel-sel syaraf penciumanku.
Aku segera memasukkan kembali dua jariku ke dalam vagina Ika dan melakukan gerakan yang sama. Kali ini aku mengimbangi gerakan jariku dengan permainan lidah di kelentit Ika. Kelentit itu tampak semakin menonjol sehingga gampang bagiku untuk menjilat dan mengisapnya. Ketika kelentit itu aku gelitiki dengan lidah serta kuisap-isap perlahan, Ika semakin keras merintih-rintih bagaikan orang yang sedang mengalami sakit demam. Sementara pinggulnya yang amat aduhai itu menggial ke kiri-kanan dengan sangat merangsangnya.
“Mas Bob.. mas Bob.. mas Bob..,” hanya kata-kata itu yang dapat diucapkan Ika karena menahan kenikmatan yang semakin menjadi-jadi.
Permainan jari-jariku dan lidahku di memiawnya semakin bertambah ganas. Ika sambil mengerang¬-erang dan menggeliat-geliat meremas apa saja yang dapat dia raih. Meremas rambut kepalaku, meremas bahuku, dan meremas payudaranya sendiri.
“Mas Bob.. Ika sudah tidak tahan lagi.. Masukin konthol saja mas Bob.. Ohhh.. sekarang juga mas Bob..! Sshhh. . . ,” erangnya sambil menahan nafsu yang sudah menguasai segenap tubuhnya.
Namun aku tidak perduli. Kusengaja untuk mempermainkan Ika terlebih dahulu. Aku mau membuatnya orgasme, sementara aku masih segar bugar. Karena itu lidah dan wajahku kujauhkan dan memiawnya. Kemudian kocokan dua jari tanganku di dalam memiawnya semakin kupercepat. Gerakan jari tanganku yang di dalam memiawnya ke atas-bawah, sampai terasa ujung jariku menghentak-hentak dinding atasnya secara perlahan-lahan. Sementara ibu jariku mengusap-usap dan menghentak-hentak kelentitnya. Gerakan jari tanganku di memiawnya yang basah itu sampai menimbulkan suara crrk-crrrk-crrrk-crrk crrrk.. Sementara dan mulut Ika keluar pekikan-pekikan kecil yang terputus-putus:
“Ah-ah-ah-ah-ah..”
Sementara aku semakin memperdahsyat kocokan jari-jariku di memiawnya, sambil memandangi wajahnya. Mata Ika merem-melek, sementara keningnya berkerut-kerut.
Crrrk! Crrrk! Crrek! Crek! Crek! Crok! Crok! Suara yang keluar dan kocokan jariku di memiawnya semakin terdengar keras. Aku mempertahankan kocokan tersebut. Dua menit sudah si Ika mampu bertahan sambil mengeluarkan jeritan-jeritan yang membangkitkan nafsu. Payudaranya tampak semakin kencang dan licin, sedang putingnya tampak berdiri dengan tegangnya.
Sampai akhirnya tubuh Ika mengejang hebat. Pantatnya terangkat tinggi-tinggi. Matanya membeliak-¬beliak. Dan bibirnya yang sensual itu keluar jeritan hebat, “Mas Booo00oob..!” Dua jariku yang tertanam di dalam vagina Ika terasa dijepit oleh dindingnya dengan kuatnya. Seiring dengan keluar masuknya jariku dalam vaginanya, dan sela-sela celah antara tanganku dengan bibir memiawnya terpancarlah semprotan cairan vaginanya dengan kuatnya. Prut! Prut! Pruttt! Semprotan cairan tersebut sampai mencapai pergelangan tanganku.
Beberapa detik kemudian Ika terbaring lemas di atas karpet. Matanya memejam rapat. Tampaknya dia baru saja mengalami orgasme yang begitu hebat. Kocokan jari tanganku di vaginanya pun kuhentikan. Kubiarkan jari tertanam dalam vaginanya sampai jepitan dinding vaginanya terasa lemah. Setelah lemah. jari tangan kucabut dan memiawnya. Cairan vagina yang terkumpul di telapak tanganku pun kubersihkan dengan kertas tissue.
Ketegangan kontholku belum juga mau berkurang. Apalagi tubuh telanjang Ika yang terbaring diam di hadapanku itu benar-benar aduhai. seolah menantang diriku untuk membuktikan kejantananku pada tubuh mulusnya. Aku pun mulai menindih kembali tubuh Ika, sehingga kontholku yang masih di dalam celana dalam tergencet oleh perut bawahku dan perut bawahnya dengan enaknya. Sementara bibirku mengulum-kulum kembali bibir hangat Ika, sambil tanganku meremas-remas payudara dan mempermainkan putingnya. Ika kembali membuka mata dan mengimbangi serangan bibirku. Tubuhnya kembali menggelinjang-gelinjang karena menahan rasa geli dan ngilu di payudaranya.
Setelah puas melumat-lumat bibir. wajahku pun menyusuri leher Ika yang mulus dan harum hingga akhirnya mencapai belahan dadanya. Wajahku kemudian menggeluti belahan payudaranya yang berkulit lembut dan halus, sementara kedua tanganku meremas-remas kedua belah payudaranya. Segala kelembutan dan keharuman belahan dada itu kukecupi dengan bibirku. Segala keharuman yang terpancar dan belahan payudara itu kuhirup kuat-kuat dengan hidungku, seolah tidak rela apabila ada keharuman yang terlewatkan sedikitpun.
Kugesek-gesekkan memutar wajahku di belahan payudara itu. Kemudian bibirku bergerak ke atas bukit payudara sebelah kiri. Kuciumi bukit payudara yang membusung dengan gagahnya itu. Dan kumasukkan puting payudara di atasnya ke dalam mulutku. Kini aku menyedot-sedot puting payudara kiri Ika. Kumainkan puting di dalam mulutku itu dengan lidahku. Sedotan kadang kuperbesar ke puncak bukit payudara di sekitar puting yang berwarna coklat.
“Ah.. ah.. mas Bob.. geli.. geli ..,” mulut indah Ika mendesis-desis sambil menggeliatkan tubuh ke kiri-kanan. bagaikan desisan ular kelaparan yang sedang mencari mangsa.
Aku memperkuat sedotanku. Sementara tanganku meremas-remas payudara kanan Ika yang montok dan kenyal itu. Kadang remasan kuperkuat dan kuperkecil menuju puncak bukitnya, dan kuakhiri dengan tekanan-tekanan kecil jari telunjuk dan ibu jariku pada putingnya.
“Mas Bob.. hhh.. geli.. geli.. enak.. enak.. ngilu.. ngilu..”
Aku semakin gemas. Payudara aduhai Ika itu kumainkan secara bergantian, antara sebelah kiri dan sebelah kanan. Bukit payudara kadang kusedot besarnya-besarnya dengan tenaga isap sekuat-kuatnya, kadang yang kusedot hanya putingnya dan kucepit dengan gigi atas dan lidah. Belahan lain kadang kuremas dengan daerah tangkap sebesar-besarnya dengan remasan sekuat-kuatnya, kadang hanya kupijit-pijit dan kupelintir-pelintir kecil puting yang mencuat gagah di puncaknya.
“Ah.. mas Bob.. terus mas Bob.. terus.. hzzz.. ngilu.. ngilu..” Ika mendesis-desis keenakan. Hasratnya tampak sudah kembali tinggi. Matanya kadang terbeliak-beliak. Geliatan tubuhnya ke kanan-kini semakin sening fnekuensinya.
Sampai akhirnya Ika tidak kuat mehayani senangan-senangan keduaku. Dia dengan gerakan eepat memehorotkan celana dalamku hingga tunun ke paha. Aku memaklumi maksudnya, segera kulepas eelana dalamku. Jan-jari tangan kanan Ika yang mulus dan lembut kemudian menangkap kontholku yang sudah berdiri dengan gagahnya. Sejenak dia memperlihatkan rasa terkejut.
“Edan.. mas Bob, edan.. Kontholmu besar sekali.. Konthol pacar-pacarku dahulu dan juga konthol kak Dai tidak sampai sebesar ini Edan.. edan..,” ucapnya terkagum-kagum. Sambil membiankan mulut, wajah, dan tanganku terus memainkan dan menggeluti kedua belah payudaranya, jan-jari lentik tangan kanannya meremas¬ remas perlahan kontholku secara berirama, seolah berusaha mencari kehangatan dan kenikmatan di hatinya menahan kejantananku. Remasannya itu memperhebat vothase dan rasa nikmat pada batang kontholku.
“Mas Bob, kita main di atas kasur saja..,” ajak Ika dengan sinar mata yang sudah dikuasai nafsu birahi.
Aku pun membopong tubuh telanjang Ika ke ruang dalam, dan membaringkannya di atas tempat tidun pacarku. Ranjang pacarku ini amat pendek, dasan kasurnya hanya terangkat sekitar 6 centimeter dari lantai. Ketika kubopong. Ika tidak mau melepaskan tangannya dari leherku. Bahkan, begitu tubuhnya menyentuh kasur, tangannya menarik wajahku mendekat ke wajahnya. Tak ayal lagi, bibirnya yang pink menekan itu melumat bibirku dengan ganasnya. Aku pun tidak mau mengalah. Kulumat bibirnya dengan penuh nafsu yang menggelora, sementara tanganku mendekap tubuhnya dengan kuatnya. Kupeluk punggungnya yang halus mulus kuremas-remas dengan gemasnya.
Kemudian aku menindih tubuh Ika. Kontholku terjepit di antara pangkal pahanya yang mulus dan perut bawahku sendiri. Kehangatan kulit pahanya mengalir ke batang kontholku yang tegang dan keras. Bibirku kemudian melepaskan bibir sensual Ika. Kecupan bibirku pun turun. Kukecup dagu Ika yang bagus. Kukecup leher jenjang Ika yang memancarkan bau wangi dan segarnya parfum yang dia pakai. Kuciumi dan kugeluti leher indah itu dengan wajahku, sementara pantatku mulai bergerak aktif sehingga kontholku menekan dan menggesek-gesek paha Ika. Gesekan di kulit paha yang licin itu membuat batang kontholku bagai diplirit-plirit. Kepala kontholku merasa geli-geli enak oleh gesekan-gesekan paha Ika.
Puas menggeluti leher indah, wajahku pun turun ke buah dada montok Ika. Dengan gemas dan ganasnya aku membenamkan wajahku ke belahan dadanya, sementara kedua tanganku meraup kedua belah payudaranya dan menekannya ke arah wajahku. Keharuman payudaranya kuhirup sepuas-puasku. Belum puas dengan menyungsep ke belahan dadanya, wajahku kini menggesek-gesek memutar sehingga kedua gunung payudaranya tertekan-tekan oleh wajahku secara bergantian. Sungguh sedap sekali rasanya ketika hidungku menyentuh dan menghirup dalam-dalam daging payudara yang besar dan kenyal itu. Kemudian bibirku meraup puncak bukit payudara kiri Ika. Daerah payudara yang kecoklat-coklatan beserta putingnya yang pink kecoklat-coklatan itu pun masuk dalam mulutku. Kulahap ujung payudara dan putingnya itu dengan bernafsunya, tak ubahnya seperti bayi yang menetek susu setelah kelaparan selama seharian. Di dalam mulutku, puting itu kukulum-kulum dan kumainkan dengan lidahku.
“Mas Bob.. geli.. geli ..,” kata Ika kegelian.
Aku tidak perduli. Aku terus mengulum-kulum puncak bukit payudara Ika. Putingnya terasa di lidahku menjadi keras. Kemudian aku kembali melahap puncak bukit payudara itu sebesar-besarnya. Apa yang masuk dalam mulutku kusedot sekuat-kuatnya. Sementara payudara sebelah kanannya kuremas sekuat-kuatnya dengan tanganku. Hal tersebut kulakukan secara bergantian antara payudara kiri dan payudara kanan Ika. Sementara kontholku semakin menekan dan menggesek-gesek dengan beriramanya di kulit pahanya. Ika semakin menggelinjang-gelinjang dengan hebatnya.
“Mas Bob.. mas Bob.. ngilu.. ngilu.. hihhh.. nakal sekali tangan dan mulutmu.. Auw! Sssh.. ngilu.. ngilu..,” rintih Ika. Rintihannya itu justru semakin mengipasi api nafsuku. Api nafsuku semakin berkobar-kobar. Semakin ganas aku mengisap-isap dan meremas-remas payudara montoknya. Sementara kontholku berdenyut-denyut keenakan merasakan hangat dan licinnya paha Ika.
Akhirnya aku tidak sabar lagi. Kulepaskan payudara montok Ika dari gelutan mulut dan tanganku. Bibirku kini berpindah menciumi dagu dan lehernya, sementara tanganku membimbing kontholku untuk mencari liang memiawnya. Kuputar-putarkan dahulu kepala kontholku di kelebatan jembut di sekitar bibir memiaw Ika. Bulu-bulu jembut itu bagaikan menggelitiki kepala kontholku. Kepala kontholku pun kegelian. Geli tetapi enak.
“Mas Bob.. masukkan seluruhnya mas Bob.. masukkan seluruhnya.. Mas Bob belum pernah merasakan memiaw Mbak Dina kan? Mbak Dina orang kuno.. tidak mau merasakan konthol sebelum nikah. Padahal itu surga dunia.. bagai terhempas langit ke langit ketujuh. mas Bob..”
Jari-jari tangan Ika yang lentik meraih batang kontholku yang sudah amat tegang. Pahanya yang mulus itu dia buka agak lebar.
“Edan.. edan.. kontholmu besar dan keras sekali, mas Bob..,” katanya sambil mengarahkan kepala kontholku ke lobang memiawnya.
Sesaat kemudian kepala kontholku menyentuh bibir memiawnya yang sudah basah. Kemudian dengan perlahan-lahan dan sambil kugetarkan, konthol kutekankan masuk ke liang memiaw. Kini seluruh kepala kontholku pun terbenam di dalam memiaw. Daging hangat berlendir kini terasa mengulum kepala kontholku dengan enaknya.
Aku menghentikan gerak masuk kontholku.
“Mas Bob.. teruskan masuk, Bob.. Sssh.. enak.. jangan berhenti sampai situ saja..,” Ika protes atas tindakanku. Namun aku tidak perduli. Kubiarkan kontholku hanya masuk ke lobang memiawnya hanya sebatas kepalanya saja, namun kontholku kugetarkan dengan amplituda kecil. Sementara bibir dan hidungku dengan ganasnya menggeluti lehernya yang jenjang, lengan tangannya yang harum dan mulus, dari ketiaknya yang bersih dari bulu ketiak. Ika menggelinjang-gelinjang dengan tidak karuan.
“Sssh.. sssh.. enak.. enak.. geli.. geli, mas Bob. Geli.. Terus masuk, mas Bob..”
Bibirku mengulum kulit lengan tangannya dengan kuat-kuat. Sementara gerakan kukonsentrasikan pada pinggulku. Dan.. satu.. dua.. tiga! Kontholku kutusukkan sedalam-dalamnya ke dalam memiaw Ika dengan sangat cepat dan kuatnya. Plak! Pangkal pahaku beradu dengan pangkal pahanya yang mulus yang sedang dalam posisi agak membuka dengan kerasnya. Sementara kulit batang kontholku bagaikan diplirit oleh bibir dan daging lobang memiawnya yang sudah basah dengan kuatnya sampai menimbulkan bunyi: srrrt!
“Auwww!” pekik Ika.
Aku diam sesaat, membiarkan kontholku tertanam seluruhnya di dalam memiaw Ika tanpa bergerak sedikit pun.
“Sakit mas Bob.. Nakal sekali kamu.. nakal sekali kamu…” kata Ika sambil tangannya meremas punggungku dengan kerasnya.
Aku pun mulai menggerakkan kontholku keluar-masuk memiaw Ika. Aku tidak tahu, apakah kontholku yang berukuran panjang dan besar ataukah lubang memiaw Ika yang berukuran kecil. Yang saya tahu, seluruh bagian kontholku yang masuk memiawnya serasa dipijit-pijit dinding lobang memiawnya dengan agak kuatnya. Pijitan dinding memiaw itu memberi rasa hangat dan nikmat pada batang kontholku.
“Bagaimana Ika, sakit?” tanyaku
“Sssh.. enak sekali.. enak sekali.. Barangmu besar dan panjang sekali.. sampai-sampai menyumpal penuh seluruh penjuru lobang memiawku..,” jawab Ika.
Aku terus memompa memiaw Ika dengan kontholku perlahan-lahan. Payudara kenyalnya yang menempel di dadaku ikut terpilin-pilin oleh dadaku akibat gerakan memompa tadi. Kedua putingnya yang sudah mengeras seakan-akan mengkilik-kilik dadaku yang bidang. Kehangatan payudaranya yang montok itu mulai terasa mengalir ke dadaku. Kontholku serasa diremas-remas dengan berirama oleh otot-otot memiawnya sejalan dengan genjotanku tersebut. Terasa hangat dan enak sekali. Sementara setiap kali menusuk masuk kepala kontholku menyentuh suatu daging hangat di dalam memiaw Ika. Sentuhan tersebut serasa menggelitiki kepala konthol sehingga aku merasa sedikit kegelian. Geli-geli nikmat.
Kemudian aku mengambil kedua kakinya yang kuning langsat mulus dan mengangkatnya. Sambil menjaga agar kontholku tidak tercabut dari lobang memiawnya, aku mengambil posisi agak jongkok. Betis kanan Ika kutumpangkan di atas bahuku, sementara betis kirinya kudekatkan ke wajahku. Sambil terus mengocok memiawnya perlahan dengan kontholku, betis kirinya yang amat indah itu kuciumi dan kukecupi dengan gemasnya. Setelah puas dengan betis kiri, ganti betis kanannya yang kuciumi dan kugeluti, sementara betis kirinya kutumpangkan ke atas bahuku. Begitu hal tersebut kulakukan beberapa kali secara bergantian, sambil mempertahankan rasa nikmat di kontholku dengan mempertahankan gerakan maju-mundur perlahannya di memiaw Ika.
Setelah puas dengan cara tersebut, aku meletakkan kedua betisnya di bahuku, sementara kedua telapak tanganku meraup kedua belah payudaranya. Masih dengan kocokan konthol perlahan di memiawnya, tanganku meremas-remas payudara montok Ika. Kedua gumpalan daging kenyal itu kuremas kuat-kuat secara berirama. Kadang kedua putingnya kugencet dan kupelintir-pelintir secara perlahan. Puting itu semakin mengeras, dan bukit payudara itu semakin terasa kenyal di telapak tanganku. Ika pun merintih-rintih keenakan. Matanya merem-melek, dan alisnya mengimbanginya dengan sedikit gerakan tarikan ke atas dan ke bawah.
“Ah.. mas Bob, geli.. geli.. Tobat.. tobat.. Ngilu mas Bob, ngilu.. Sssh.. sssh.. terus mas Bob, terus.. Edan.. edan.. kontholmu membuat memiawku merasa enak sekali… Nanti jangan disemprotkan di luar memiaw, mas Bob. Nyemprot di dalam saja.. aku sedang tidak subur…”
Aku mulai mempercepat gerakan masuk-keluar kontholku di memiaw Ika.
“Ah-ah-ah.. benar, mas Bob. benar.. yang cepat.. Terus mas Bob, terus..”
Aku bagaikan diberi spirit oleh rintihan-rintihan Ika. tenagaku menjadi berlipat ganda. Kutingkatkan kecepatan keluar-masuk kontholku di memiaw Ika. Terus dan terus. Seluruh bagian kontholku serasa diremas¬-remas dengan cepatnya oleh daging-daging hangat di dalam memiaw Ika. Mata Ika menjadi merem-melek dengan cepat dan indahnya. Begitu juga diriku, mataku pun merem-melek dan mendesis-desis karena merasa keenakan yang luar biasa.
“Sssh.. sssh.. Ika.. enak sekali.. enak sekali memiawmu.. enak sekali memiawmu..”
“Ya mas Bob, aku juga merasa enak sekali.. terusss.. terus mas Bob, terusss..”
Aku meningkatkan lagi kecepatan keluar-masuk kontholku pada memiawnya. Kontholku terasa bagai diremas-remas dengan tidak karu-karuan.
“Mas Bob.. mas Bob.. edan mas Bob, edan.. sssh.. sssh.. Terus.. terus.. Saya hampir keluar nih mas Bob.. sedikit lagi.. kita keluar sama-sama ya Booob..,” Ika jadi mengoceh tanpa kendali.
Aku mengayuh terus. Aku belum merasa mau keluar. Namun aku harus membuatnya keluar duluan. Biar perempuan Sunda yang molek satu ini tahu bahwa lelaki Jawa itu perkasa. Biar dia mengakui kejantanan orang Jawa yang bernama mas Bobby. Sementara kontholku merasakan daging-daging hangat di dalam memiaw Ika bagaikan berdenyut dengan hebatnya.
“Mas Bob.. mas Bobby.. mas Bobby..,” rintih Ika. Telapak tangannya memegang kedua lengan tanganku seolah mencari pegangan di batang pohon karena takut jatuh ke bawah.
Ibarat pembalap, aku mengayuh sepeda balapku dengan semakin cepatnya. Bedanya, dibandingkan dengan pembalap aku lebih beruntung. Di dalam “mengayuh sepeda” aku merasakan keenakan yang luar biasa di sekujur kontholku. Sepedaku pun mempunyai daya tarik tersendiri karena mengeluarkan rintihan-rintihan keenakan yang tiada terkira.
“Mas Bob.. ah-ah-ah-ah-ah.. Enak mas Bob, enak.. Ah-ah-ah-ah-ah.. Mau keluar mas Bob.. mau keluar.. ah-ah-ah-ah-ah.. sekarang ke-ke-ke..”
Tiba-tiba kurasakan kontholku dijepit oleh dinding memiaw Ika dengan sangat kuatnya. Di dalam memiaw, kontholku merasa disemprot oleh cairan yang keluar dari memiaw Ika dengan cukup derasnya. Dan telapak tangan Ika meremas lengan tanganku dengan sangat kuatnya. Mulut sensual Ika pun berteriak tanpa kendali:
“..keluarrr..!”
Mata Ika membeliak-beliak. Sekejap tubuh Ika kurasakan mengejang.
Aku pun menghentikan genjotanku. Kontholku yang tegang luar biasa kubiarkan diam tertanam dalam memiaw Ika. Kontholku merasa hangat luar biasa karena terkena semprotan cairan memiaw Ika. Kulihat mata Ika kemudian memejam beberapa saat dalam menikmati puncak orgasmenya.
Setelah sekitar satu menit berlangsung, remasan tangannya pada lenganku perlahan-lahan mengendur. Kelopak matanya pun membuka, memandangi wajahku. Sementara jepitan dinding memiawnya pada kontholku berangsur-angsur melemah. walaupun kontholku masih tegang dan keras. Kedua kaki Ika lalu kuletakkan kembali di atas kasur dengan posisi agak membuka. Aku kembali menindih tubuh telanjang Ika dengan mempertahankan agar kontholku yang tertanam di dalam memiawnya tidak tercabut.
“Mas Bob.. kamu luar biasa.. kamu membawaku ke langit ke tujuh,” kata Ika dengan mimik wajah penuh kepuasan. “Kak Dai dan pacar-pacarku yang dulu tidak pernah membuat aku ke puncak orgasme seperti ml. Sejak Mbak Dina tinggal di sini, Ika suka membenarkan mas Bob saat berhubungan dengan Kak Dai.”
Aku senang mendengar pengakuan Ika itu. berarti selama aku tidak bertepuk sebelah tangan. Aku selalu membayangkan kemolekan tubuh Ika dalam masturbasiku, sementara dia juga membayangkan kugeluti dalam onaninya. Bagiku. Dina bagus dijadikan istri dan ibu anak-anakku kelak, namun tidak dapat dipungkiri bahwa tubuh aduhai Ika enak digeluti dan digenjot dengan penuh nafsu.
“Mas Bob… kamu seperti yang kubayangkan. Kamu jantan.. kamu perkasa.. dan kamu berhasil membawaku ke puncak orgasme. Luar biasa nikmatnya..”
Aku bangga mendengar ucapan Ika. Dadaku serasa mengembang. Dan bagai anak kecil yang suka pujian, aku ingin menunjukkan bahwa aku lebih perkasa dari dugaannya. Perempuan Sunda ini harus kewalahan menghadapi genjotanku. Perempuan Sunda ini harus mengakui kejantanan dan keperkasaanku. Kebetulan aku saat ini baru setengah perjalanan pendakianku di saat Ika sudah mencapai orgasmenya. Kontholku masih tegang di dalam memiawnya. Kontholku masih besar dan keras, yang harus menyemprotkan pelurunya agar kepalaku tidak pusing.
Aku kembali mendekap tubuh mulus Ika, yang di bawah sinar lampu kuning kulit tubuhnya tampak sangat mulus dan licin. Kontholku mulai bergerak keluar-masuk lagi di memiaw Ika, namun masih dengan gerakan perlahan. Dinding memiaw Ika secara berargsur-angsur terasa mulai meremas-remas kontholku. Terasa hangat dan enak. Namun sekarang gerakan kontholku lebih lancar dibandingkan dengan tadi. Pasti karena adanya cairan orgasme yang disemprotkan oleh memiaw Ika beberapa saat yang lalu.
“Ahhh.. mas Bob.. kau langsung memulainya lagi.. Sekarang giliranmu.. semprotkan air manimu ke dinding-dinding memiawku.. Sssh..,” Ika mulai mendesis-desis lagi.
Bibirku mulai memagut bibir merekah Ika yang amat sensual itu dan melumat-lumatnya dengan gemasnya. Sementara tangan kiriku ikut menyangga berat badanku, tangan kananku meremas-remas payudara montok Ika serta memijit-mijit putingnya, sesuai dengan mama gerak maju-mundur kontholku di memiawnya.
“Sssh.. sssh.. sssh.. enak mas Bob, enak.. Terus.. teruss.. terusss..,” desis bibir Ika di saat berhasil melepaskannya dari serbuan bibirku. Desisan itu bagaikan mengipasi gelora api birahiku.
Sambil kembali melumat bibir Ika dengan kuatnya, aku mempercepat genjotan kontholku di memiawnya. Pengaruh adanya cairan di dalam memiaw Ika, keluar-masuknya konthol pun diiringi oleh suara, “srrt-srret srrrt-srrret srrt-srret..” Mulut Ika di saat terbebas dari lumatan bibirku tidak henti-hentinya mengeluarkan rintih kenikmatan,
“Mas Bob.. ah.. mas Bob.. ah.. mas Bob.. hhb.. mas Bob.. ahh..”
Kontholku semakin tegang. Kulepaskan tangan kananku dari payudaranya. Kedua tanganku kini dari ketiak Ika menyusup ke bawah dan memeluk punggung mulusnya. Tangan Ika pun memeluk punggungku dan mengusap-usapnya. Aku pun memulai serangan dahsyatku. Keluar-masuknya kontholku ke dalam memiaw Ika sekarang berlangsung dengan cepat dan berirama. Setiap kali masuk, konthol kuhunjamkan keras-keras agar menusuk memiaw Ika sedalam-dalamnya. Dalam perjalanannya, batang kontholku bagai diremas dan dihentakkan kuat-kuat oleh dinding memiaw Ika. Sampai di langkah terdalam, mata Ika membeliak sambil bibirnya mengeluarkan seruan tertahan, “Ak..!” Sementara daging pangkal pahaku bagaikan menampar daging pangkal pahanya sampai berbunyi: plak! Di saat bergerak keluar memiaw, konthol kujaga agar kepalanya yang mengenakan helm tetap tertanam di lobang memiaw. Remasan dinding memiaw pada batang kontholku pada gerak keluar ini sedikit lebih lemah dibanding dengan gerak masuknya. Bibir memiaw yang mengulum batang kontholku pun sedikit ikut tertarik keluar, seolah tidak rela bila sampai ditinggal keluar oleh batang kontholku. Pada gerak keluar ini Bibir Ika mendesah, “Hhh..”
Aku terus menggenjot memiaw Ika dengan gerakan cepat dan menghentak-hentak. Remasan yang luar biasa kuat, hangat, dan enak sekali bekerja di kontholku. Tangan Ika meremas punggungku kuat-kuat di saat kontholku kuhunjam masuk sejauh-jauhnya ke lobang memiawnya. beradunya daging pangkal paha menimbulkan suara: Plak! Plak! Plak! Plak! Pergeseran antara kontholku dan memiaw Ika menimbulkan bunyi srottt-srrrt.. srottt-srrrt.. srottt-srrrtt.. Kedua nada tersebut diperdahsyat oleh pekikan-pekikan kecil yang merdu yang keluar dari bibir Ika:
“Ak! Uhh.. Ak! Hhh.. Ak! Hhh..”
Kontholku terasa empot-empotan luar biasa. Rasa hangat, geli, dan enak yang tiada tara membuatku tidak kuasa menahan pekikan-pekikan kecil:
“Ika.. Ika.. edan.. edan.. Enak sekali Ika.. memiawmu enak sekali.. memiawmu hangat sekali.. edan.. jepitan memiawmu enak sekali..”
“Mas Bob.. mas Bob.. terus mas Bob..” rintih Ika, “Enak mas Bob.. enaaak.. Ak! Ak! Ak! Hhh.. Ak! Hhh.. Ak! Hhh..”
Tiba-tiba rasa gatal menyelimuti segenap penjuru kontholku. Gatal yang enak sekali. Aku pun mengocokkan kontholku ke memiawnya dengan semakin cepat dan kerasnya. Setiap masuk ke dalam, kontholku berusaha menusuk lebih dalam lagi dan lebih cepat lagi dibandingkan langkah masuk sebelumnya. Rasa gatal dan rasa enak yang luar biasa di konthol pun semakin menghebat.
“Ika.. aku.. aku..” Karena menahan rasa nikmat dan gatal yang luar biasa aku tidak mampu menyelesaikan ucapanku yang memang sudah terbata-bata itu.
“Mas Bob.. mas Bob.. mas Bob! Ak-ak-ak.. Aku mau keluar lagi.. Ak-ak-ak.. aku ke-ke-ke..”
Tiba-tiba kontholku mengejang dan berdenyut dengan amat dahsyatnya. Aku tidak mampu lagi menahan rasa gatal yang sudah mencapai puncaknya. Namun pada saat itu juga tiba-tiba dinding memiaw Ika mencekik kuat sekali. Dengan cekikan yang kuat dan enak sekali itu. aku tidak mampu lagi menahan jebolnya bendungan dalam alat kelaminku.
Pruttt! Pruttt! Pruttt! Kepala kontholku terasa disemprot cairan memiaw Ika, bersamaan dengan pekikan Ika, “..keluarrrr..!” Tubuh Ika mengejang dengan mata membeliak-beliak.
“Ika..!” aku melenguh keras-keras sambil merengkuh tubuh Ika sekuat-kuatnya, seolah aku sedang berusaha rnenemukkan tulang-tulang punggungnya dalam kegemasan. Wajahku kubenamkan kuat-kuat di lehernya yang jenjang. Cairan spermaku pun tak terbendung lagi.
Crottt! Crott! Croat! Spermaku bersemburan dengan derasnya, menyemprot dinding memiaw Ika yang terdalam. Kontholku yang terbenam semua di dalam kehangatan memiaw Ika terasa berdenyut-denyut.
Beberapa saat lamanya aku dan Ika terdiam dalam keadaan berpelukan erat sekali, sampai-sampai dari alat kemaluan, perut, hingga ke payudaranya seolah terpateri erat dengan tubuh depanku. Aku menghabiskan sisa-sisa sperma dalam kontholku. Cret! Cret! Cret! Kontholku menyemprotkan lagi air mani yang masih tersisa ke dalam memiaw Ika. Kali ini semprotannya lebih lemah.
Perlahan-lahan tubuh Ika dan tubuhku pun mengendur kembali. Aku kemudian menciumi leher mulus Ika dengan lembutnya, sementara tangan Ika mengusap-usap punggungku dan mengelus-elus rambut kepalaku. Aku merasa puas sekali berhasil bermain seks dengan Ika. Pertama kali aku bermain seks, bidadari lawan mainku adalah perempuan Sunda yang bertubuh kenyal, berkulit kuning langsat mulus, berpayudara besar dan padat, berpinggang ramping, dan berpinggul besar serta aduhai. Tidak rugi air maniku diperas habis-habisan pada pengalaman pertama ini oleh orang semolek Ika.
“Mas Bob.. terima kasih mas Bob. Puas sekali saya. Indah sekali.. sungguh.. enak sekali,” kata Ika lirih.
Aku tidak memberi kata tanggapan. Sebagai jawaban, bibirnya yang indah itu kukecup mesra. Dalam keadaan tetap telanjang, kami berdekapan erat di atas tempat tidur pacarku. Dia meletakkan kepalanya di atas dadaku yang bidang, sedang tangannya melingkar ke badanku. Baru ketika jam dinding menunjukkan pukul 22:00, aku dan Ika berpakaian kembali. Ika sudah tahu kebiasaanku dalam mengapeli Dina, bahwa pukul 22:00 aku pulang ke tempat kost-ku sendiri.
Sebelum keluar kamar, aku mendekap erat tubuh Ika dan melumat-lumat bibirnya beberapa saat.
“Mas Bob.. kapan-kapan kita mengulangi lagi ya mas Bob.. Jangan khawatir, kita tanpa Ikatan. Ika akan selalu merahasiakan hal ini kepada siapapun, termasuk ke Kak Dai dan Mbak Dina. Ika puas sekali bercumbu dengan mas Bob,” begitu kata Ika.
Aku pun mengangguk tanda setuju. Siapa sih yang tidak mau diberi kenikmatan secara gratis dan tanpa ikatan? Akhirnya dia keluar dari kamar dan kembali masuk ke rumahnya lewat pintu samping. Lima menit kemudian aku baru pulang ke tempat kost-ku.