| PEMBUKUAN SG / HK MEI 2012 | ||||||
| NO | TANGGAL | URAIAN | DEBET | KREDIT | SALDO | KET |
| 1 | 08/06/2012 | Lemparan | 206.250 | HK | ||
| 2 | 08/06/2012 | Pemenang 5x | 322.500 | HK | ||
| 3 | 09/06/2012 | Lemparan | 249.000 | SG | ||
| 4 | 09/06/2012 | Lemparan | 249.000 | HK | ||
| 5 | 09/06/2012 | Pemenang 33x | 2.136.750 | HK | ||
| 6 | 10/06/2012 | Lemparan | 153.750 | SG | ||
| 7 | 10/06/2012 | Lemparan | 179.250 | HK | ||
| 8 | 11/06/2012 | Lemparan | 366.750 | SG | ||
| 9 | 11/06/2012 | Lemparan | 114.750 | HK | ||
| 10 | 11/06/2012 | Utang | 400.000 | modem | ||
| 11 | 12/06/2012 | Lemparan | 213.000 | HK | ||
| 12 | 13/06/2012 | Lemparan | 232.500 | SG | ||
| 13 | 13/06/2012 | Lemparan | 90.750 | HK | ||
| 14 | 14/06/2012 | Lemparan | 277.500 | SG | ||
| 15 | 14/06/2012 | Lemparan | 177.000 | HK | ||
| 16 | ||||||
| 17 | ||||||
| 18 | ||||||
| 19 | ||||||
| 20 | ||||||
| 21 | ||||||
| 22 | ||||||
| 23 | ||||||
| 24 | ||||||
| 25 | ||||||
| 26 | ||||||
| 27 | ||||||
| 28 | ||||||
| JUMLAH | 2.859.250 | 2.509.500 | 349.750 | |||
SG-HK
Jumat, 15 Juni 2012
Rabu, 13 Juli 2011
Cerita SEX Anak SMP
Sore itu, aku gerah sekali. Aku mengenakan kain sarung. Biasa itu aku lakukan untuk mengusir rasa gerah. Semua keluargatau itu. Kali ini seperti biasanya aku mengenakan kain sarung tanpa baju seperti biasanya, hanya saja kali ini aku tidak mengenakan CD.
“Wandy (nama samaran)…ibu pergi dulu ya. Temani Shindy, ya,” ibu kosku setengah berteriak dari ruang tamu.
“Ok…bu!”jawabku singkat. Aku duduk di tempat tidurku sembari membaca novel Pramoedya Ananta Toer. AKu mendengar suara pintu tertutup dan Shindy menguncinya. Tak lama Shindy datang ke kamarku. Dia hanya memakai minishirt. Mungkin karean gerah juga. Terlihat jelas olehku, teteknya yang mungil baru tumbuh membayang. Pentilnya yang aku rasa baru sebesar beras menyembul dari balik minishirt itu. Shindy baru saja mandi. Memakai celana hotpant. Entah kenapa, tiba-tiba burungku menggeliat. Saat Shindy mendekatiku, langsung dia kupeluk dan kucium pipinya. Mencium pipinya, sudah menjadi hal yang biasa. Di depan ibu dan ayahnya, aku sudah beberapa kali mencium pipinya, terkadang mencubit pipi montok putih mulus itu.
Shindy pun kupangku. Kupeluk dengannafsu. Dia diam saja, karen tak tau apa yang bakal tejadi. Setelah puas mencium kedua pipinya, kini kucium bibirnya. Biobir bagian bawah yang tipis itu kusedot perlahan sekali dengan lembut. Shindy menatapku dalam diam. Aku tersenyum dan Shindy membalas senyumku. Shindy berontak sat lidahku memasuki mulutnya. Tapi aku tetap mengelus-elus rambutnya.
“Ulurkan lidahmu, nanti kamu akan tau, betapa enaknya,” kataku berusaha menggunakan bahasa anak-anak.
“Ah…jijik,”katanya. Aku terus merayunya dengan lembut. Akhirnya Shindy menurutinya. Aku mengulum bibirnya dengan lembut. Sebaliknya kuajari dia mkenyedot-nyedot lidahku. Sebelumnya aku mengatakan, kalau aku sudah sikat gigi.
“Bagaimana, enak kan?” kataku. Shindy diam saja. Aku berjanji akan memberikan yang lebih nikmat lagi. Shindy mengangukkan kepalanya. Dia mau yang lebih nikmat lagi. Dengan pelan kubuka minishirt-nya.
“Malu dong kak?” katanya. Aku meyakinkannya, kalau kami hanya berdua di rumah dan tak akan ada yang melihat. Aku bujuk dia kalau kalau mau tau rasa enak dan nanti akan kubawa jajan. Bujukanku mengena. Perlahan kubuka minishirt-nya. Bul….buah dadanya yang baru tumbuh itu menyembul. Benar saja, pentilnya masih sebesar beras. Dengan lembut dan sangat hati-hati, kujilati teteknya itu. Lidahku bermain di pentil teteknya. Kiri dan kanan. Kulihat Shindy mulai kegelian.
“Bagaimana…enakkan? Mau diterusin atau stop aja?” tanyaku. Shindy hanya tersenyum saja.
Kuturunkan dia dari pangkuanku. Lalu kuminta dia bertelanjang. Mulanya dia menolak, tapi aku terus membujuknya dan akupun melepaskan kain sarungku, hingga aku lebih dulu telanjang. Perlahan kubuka celana pendeknya dan kolornya. Lalu dia kupangku lagi. Kini belahan vaginanya kurapatkan ke burungku yang sudah berdiri tegak bagai tiang bendera. Tubuhnya yang mungil menempel di tubuhku. Kami berpelukan dan bergantian menyedot bibir dan lidah. Dengan cepat sekali Shindy dapat mempelajari apa yang kusarankan. Dia benar-benar menikmati jilatanku pada teteknya yang mungil itu.
“Shindy mau lebih enak lagi enggak?” tanyaku. Lagi-lagi Shindy diam. Kutidurkan dia di atas tempat tidurku. Lalu kukangkangkan kedua pahanya. Vagina mulus tanpa bulu dan bibir itu, begitu indahnya. Mulai kujilati vaginanya. Dengan lidah secara lembut kuarahkan lidahku pada klitorisnya. Naik-turun, naik-turun. Kulihat Shindy memejamkan matanya.
“Bagaimana, nikmat?” tanyaku. Lagi-lagi Shindy yang suka grusah grusuh itu diam saja. Kulanjutkan menjilati vaginanya. Aku belum sampai hati merusak perawannya. Dia harus tetap perawan, pikirku. Shindy pun menggelinjang. Tiba-tiba dia minta berhenti. Saat aku memberhentikannya, dia dengan cepat berlari ke kamar mandi. Aku mendengar suara, Shindy sedang kencing. AKua mengerti, kalau Shindy masih kecil. Setelah dia cebok, dia kembali lagi ke kamarku.
Shindy meminta lagi, agar teteknya dijilati. Nanti kalau sudah tetek di jilati, ***** Shindy jilati lagi ya Kak? katanya. Aku tersenyum. Dia sudah dapat rasa nikmat pikirku. Aku mengangguk. Setelah dia kurebahkan kembali di tempat tidur, kukangkangkan kedua pahanya. Kini burungku kugesek-gesekkan ke vaginanya. Kucari klitorisnya. Pada klitoris itulah kepala burungku kugesek-gesekkan. Aku sengaja memegang burungku, agar tak sampai merusak Shindy. Sementara lidahku, terus menjilati puting teteknya. Aku merasa tak puas. Walaupun aku laki-laki, aku selalu menyediakan lotion di kamarku, kalau hari panas lotion itu mampu mengghilangkan kegerahan pada kulitku. Dengan cepat lotion itu kuolesi pada bvurungku. Lalu kuolesi pula pada vagina Shindy dan selangkangannya. Kini Shindy kembali kupangku.
Vaginanya yang sudah licin dan burungku yang sudah licin, berlaga. Kugesek-gesek. Pantatnya yang mungil kumaju-mundurkan. Tangan kananku berada di pantatnya agar mudah memaju-mundurkannya. Sebelah lagi tanganku memeluk tubuhnya. Dadanya yang ditumbuhi tetek munguil itu merapat ke perutku. Aku tertunduk untuk menjilati lehernya. Rasa licin akibat lotion membuat Shindy semakin kuat memeluk leherku. Aku juga memeluknya erat. Kini bungkahan lahar mau meletus dari burungku. Dengan cepat kuarahkan kepala burungku ke lubang vaginanya. Setelah menempel dengan cepat tanganku mengocok burung yang tegang itu. Dan crooot…crooot…crooot. Spermaku keluar. Aku yakin, dia sperma itu akan muncrat di lubang vagina Shindy. Kini tubuh Shindy kudekap kuat. Shindy membalas dekapanku. Nafasnya semakin tak teratur.
“Ah…kak, Shindy mau pipis nih,” katanya.
“Pipis saja,” kataku sembari memeluknya semakin erat. Shindy membalas pelukanku lebih erat lagi. Kedua kakinya menjepit pinggangku, kuat sekali. Aku membiarkannya memperlakukan aku demikian. Tak lama. Perlahan-lahan jepitan kedua aki Shindy melemas. Rangkulannya pada leherku, juga melemas. Dengan kasih sayang, aku mencium pipinya. Kugendong dia ke kamar mandi. Aku tak melihat ada sperma di selangkangannya. Mungkinkah spermaku memasuki vaginanya? Aku tak perduli, karean aku tau Shindy belum haid.
Kupakaikan pakaiannya, setelah di kamar. Aku makai kain sarungku. Mari kita bobo, kataku. Shindy menganguk.
“Besok lagi, ya Kak,” katanya.
“Ya..besok lagi atau nanti. Tapi ini rahasia kita berdua ya. Tak boleh diketahui oleh siapapun juga,” kataku. Shindy mengangguk. Kucium pipinya dan kami tertidur pulas di kamar.
Kami terbangun, setelah terdengar suara bell. Shindy kubangunkan untuk membuka pintu. Mamanya pulang dengan papanya. Sedang aku pura-pura tertidur. Jantungku berdetak keras. Apakah Shindy menceritakan kejadian itu kepada mamanya atau tidak. Ternyata tidak. Shindy hanya bercerita, kalau dia ketiduran di sampingku yang katanya masih tertidur pulas.
“Sudah buat PR, tanya papanya.
“Sudah siap, dibantu kakak tadi,” katanya. Ternyata Shindy secara refleks sudah pandai berbohong. Selamat, pikirku.
Setelah itu, setiap kali ada kesempatan, kami selalu bertelanjang. Jika kesempatan sempit, kami hanya cipokan saja. Aku menggendongnya lalu mencium bibirnya.
Hal itu kami lakukan 16 bulan lamanya, sampai aku jadi sarjana dan aku harus mencari pekerjaan.
Malam perpisahan, kami melakukannya. Karena terlalu sering melaga kepala burungku ke vaginanya, ketika kukuakkan vaginanya, aku melihat selaput daranya masioh utuh. Masa depannya pasti masih baik, pikirku. Aku tak merusak vagina mungil itu.
Sesekali aku merindukan Shindy, setelah lima tahun kejadian. AKu tak tahu sebesar apa teteknya sekarang, apakah dia ketagihan atau tidak. Kalau ketagihan, apakah perawannya sudah jebol atau tidak. Semoga saja tidak.
“Wandy (nama samaran)…ibu pergi dulu ya. Temani Shindy, ya,” ibu kosku setengah berteriak dari ruang tamu.
“Ok…bu!”jawabku singkat. Aku duduk di tempat tidurku sembari membaca novel Pramoedya Ananta Toer. AKu mendengar suara pintu tertutup dan Shindy menguncinya. Tak lama Shindy datang ke kamarku. Dia hanya memakai minishirt. Mungkin karean gerah juga. Terlihat jelas olehku, teteknya yang mungil baru tumbuh membayang. Pentilnya yang aku rasa baru sebesar beras menyembul dari balik minishirt itu. Shindy baru saja mandi. Memakai celana hotpant. Entah kenapa, tiba-tiba burungku menggeliat. Saat Shindy mendekatiku, langsung dia kupeluk dan kucium pipinya. Mencium pipinya, sudah menjadi hal yang biasa. Di depan ibu dan ayahnya, aku sudah beberapa kali mencium pipinya, terkadang mencubit pipi montok putih mulus itu.
Shindy pun kupangku. Kupeluk dengannafsu. Dia diam saja, karen tak tau apa yang bakal tejadi. Setelah puas mencium kedua pipinya, kini kucium bibirnya. Biobir bagian bawah yang tipis itu kusedot perlahan sekali dengan lembut. Shindy menatapku dalam diam. Aku tersenyum dan Shindy membalas senyumku. Shindy berontak sat lidahku memasuki mulutnya. Tapi aku tetap mengelus-elus rambutnya.
“Ulurkan lidahmu, nanti kamu akan tau, betapa enaknya,” kataku berusaha menggunakan bahasa anak-anak.
“Ah…jijik,”katanya. Aku terus merayunya dengan lembut. Akhirnya Shindy menurutinya. Aku mengulum bibirnya dengan lembut. Sebaliknya kuajari dia mkenyedot-nyedot lidahku. Sebelumnya aku mengatakan, kalau aku sudah sikat gigi.
“Bagaimana, enak kan?” kataku. Shindy diam saja. Aku berjanji akan memberikan yang lebih nikmat lagi. Shindy mengangukkan kepalanya. Dia mau yang lebih nikmat lagi. Dengan pelan kubuka minishirt-nya.
“Malu dong kak?” katanya. Aku meyakinkannya, kalau kami hanya berdua di rumah dan tak akan ada yang melihat. Aku bujuk dia kalau kalau mau tau rasa enak dan nanti akan kubawa jajan. Bujukanku mengena. Perlahan kubuka minishirt-nya. Bul….buah dadanya yang baru tumbuh itu menyembul. Benar saja, pentilnya masih sebesar beras. Dengan lembut dan sangat hati-hati, kujilati teteknya itu. Lidahku bermain di pentil teteknya. Kiri dan kanan. Kulihat Shindy mulai kegelian.
“Bagaimana…enakkan? Mau diterusin atau stop aja?” tanyaku. Shindy hanya tersenyum saja.
Kuturunkan dia dari pangkuanku. Lalu kuminta dia bertelanjang. Mulanya dia menolak, tapi aku terus membujuknya dan akupun melepaskan kain sarungku, hingga aku lebih dulu telanjang. Perlahan kubuka celana pendeknya dan kolornya. Lalu dia kupangku lagi. Kini belahan vaginanya kurapatkan ke burungku yang sudah berdiri tegak bagai tiang bendera. Tubuhnya yang mungil menempel di tubuhku. Kami berpelukan dan bergantian menyedot bibir dan lidah. Dengan cepat sekali Shindy dapat mempelajari apa yang kusarankan. Dia benar-benar menikmati jilatanku pada teteknya yang mungil itu.
“Shindy mau lebih enak lagi enggak?” tanyaku. Lagi-lagi Shindy diam. Kutidurkan dia di atas tempat tidurku. Lalu kukangkangkan kedua pahanya. Vagina mulus tanpa bulu dan bibir itu, begitu indahnya. Mulai kujilati vaginanya. Dengan lidah secara lembut kuarahkan lidahku pada klitorisnya. Naik-turun, naik-turun. Kulihat Shindy memejamkan matanya.
“Bagaimana, nikmat?” tanyaku. Lagi-lagi Shindy yang suka grusah grusuh itu diam saja. Kulanjutkan menjilati vaginanya. Aku belum sampai hati merusak perawannya. Dia harus tetap perawan, pikirku. Shindy pun menggelinjang. Tiba-tiba dia minta berhenti. Saat aku memberhentikannya, dia dengan cepat berlari ke kamar mandi. Aku mendengar suara, Shindy sedang kencing. AKua mengerti, kalau Shindy masih kecil. Setelah dia cebok, dia kembali lagi ke kamarku.
Shindy meminta lagi, agar teteknya dijilati. Nanti kalau sudah tetek di jilati, ***** Shindy jilati lagi ya Kak? katanya. Aku tersenyum. Dia sudah dapat rasa nikmat pikirku. Aku mengangguk. Setelah dia kurebahkan kembali di tempat tidur, kukangkangkan kedua pahanya. Kini burungku kugesek-gesekkan ke vaginanya. Kucari klitorisnya. Pada klitoris itulah kepala burungku kugesek-gesekkan. Aku sengaja memegang burungku, agar tak sampai merusak Shindy. Sementara lidahku, terus menjilati puting teteknya. Aku merasa tak puas. Walaupun aku laki-laki, aku selalu menyediakan lotion di kamarku, kalau hari panas lotion itu mampu mengghilangkan kegerahan pada kulitku. Dengan cepat lotion itu kuolesi pada bvurungku. Lalu kuolesi pula pada vagina Shindy dan selangkangannya. Kini Shindy kembali kupangku.
Vaginanya yang sudah licin dan burungku yang sudah licin, berlaga. Kugesek-gesek. Pantatnya yang mungil kumaju-mundurkan. Tangan kananku berada di pantatnya agar mudah memaju-mundurkannya. Sebelah lagi tanganku memeluk tubuhnya. Dadanya yang ditumbuhi tetek munguil itu merapat ke perutku. Aku tertunduk untuk menjilati lehernya. Rasa licin akibat lotion membuat Shindy semakin kuat memeluk leherku. Aku juga memeluknya erat. Kini bungkahan lahar mau meletus dari burungku. Dengan cepat kuarahkan kepala burungku ke lubang vaginanya. Setelah menempel dengan cepat tanganku mengocok burung yang tegang itu. Dan crooot…crooot…crooot. Spermaku keluar. Aku yakin, dia sperma itu akan muncrat di lubang vagina Shindy. Kini tubuh Shindy kudekap kuat. Shindy membalas dekapanku. Nafasnya semakin tak teratur.
“Ah…kak, Shindy mau pipis nih,” katanya.
“Pipis saja,” kataku sembari memeluknya semakin erat. Shindy membalas pelukanku lebih erat lagi. Kedua kakinya menjepit pinggangku, kuat sekali. Aku membiarkannya memperlakukan aku demikian. Tak lama. Perlahan-lahan jepitan kedua aki Shindy melemas. Rangkulannya pada leherku, juga melemas. Dengan kasih sayang, aku mencium pipinya. Kugendong dia ke kamar mandi. Aku tak melihat ada sperma di selangkangannya. Mungkinkah spermaku memasuki vaginanya? Aku tak perduli, karean aku tau Shindy belum haid.
Kupakaikan pakaiannya, setelah di kamar. Aku makai kain sarungku. Mari kita bobo, kataku. Shindy menganguk.
“Besok lagi, ya Kak,” katanya.
“Ya..besok lagi atau nanti. Tapi ini rahasia kita berdua ya. Tak boleh diketahui oleh siapapun juga,” kataku. Shindy mengangguk. Kucium pipinya dan kami tertidur pulas di kamar.
Kami terbangun, setelah terdengar suara bell. Shindy kubangunkan untuk membuka pintu. Mamanya pulang dengan papanya. Sedang aku pura-pura tertidur. Jantungku berdetak keras. Apakah Shindy menceritakan kejadian itu kepada mamanya atau tidak. Ternyata tidak. Shindy hanya bercerita, kalau dia ketiduran di sampingku yang katanya masih tertidur pulas.
“Sudah buat PR, tanya papanya.
“Sudah siap, dibantu kakak tadi,” katanya. Ternyata Shindy secara refleks sudah pandai berbohong. Selamat, pikirku.
Setelah itu, setiap kali ada kesempatan, kami selalu bertelanjang. Jika kesempatan sempit, kami hanya cipokan saja. Aku menggendongnya lalu mencium bibirnya.
Hal itu kami lakukan 16 bulan lamanya, sampai aku jadi sarjana dan aku harus mencari pekerjaan.
Malam perpisahan, kami melakukannya. Karena terlalu sering melaga kepala burungku ke vaginanya, ketika kukuakkan vaginanya, aku melihat selaput daranya masioh utuh. Masa depannya pasti masih baik, pikirku. Aku tak merusak vagina mungil itu.
Sesekali aku merindukan Shindy, setelah lima tahun kejadian. AKu tak tahu sebesar apa teteknya sekarang, apakah dia ketagihan atau tidak. Kalau ketagihan, apakah perawannya sudah jebol atau tidak. Semoga saja tidak.
Minggu, 12 Juni 2011
Pemuas Wanita
*****
Kata murid-muridku aku mengajar enak sekali, sehingga apa yang ku sampaikan mereka memahaminya, oleh karena itu banyak murid-muridku yang ngefan terhadapku. Salah seorang yang ngefan banget padaku namanya Merry, luar biasa anak ini. Inginnya selalu saja ingin dekat denganku, ada saja alasannya untuk bisa berkomunikasi denganku. Sebagai seorang guru aku selalu berusaha menghindar darinya.
Suatu saat, akau tak dapat lagi menghindar dari Merry, karena waktu itu aku mendapat tugas dari sekolah untuk mengajar bimbel bagi siswa/i kelas tiga. Aku selalu mengoreksi hasil post tes pada hari itu juga sebab jika aku mengoreksi di rumah pasti saja terganggu oleh anak-anakku. Ketika aku sedang asyik mengoreksi seorang diri di ruang guru, aku dikejutkan oleh kedatangan seorang murid wanitaku, Kiki namanya.
"Belum selesai Pak ngoreksinya?"
"Eh Kiki, kamu koq belum pulang?" kataku.
"Mendung Pak saya takut kehujanan di jalan, dan juga nemenin Merry, katanya ada perlu sama Bapak".
"O, ya! Mana Merrynya?".
"Itu Pak, sahut Kiki"
Kemudian aku persilakan masuk mereka berdua keruang guru yang sepi itu, karena hujanpun turun dengan lebatnya. Kami ngobrol-ngobrol bertiga, posisi duduk Merry disebelah kananku sedang Kiki didepanku.
Setelah cukup lama kami berbincang-bincang, Merry mengatakan, "Pak boleh engga saya lihat nilai saya?" seraya mendekat padaku dengan cepat.
Aku katakan, "Ee jangan", sambil aku ambil buku nilai di depanku dan ku angkat ke atas, tak disangka tak diduga Merry berusaha mengambil buku nilai itu sebisanya hingga badannya menempel ke badanku oh.. oh, aku merasakan harum tubuhnya dan kenyalnya payudara Merry yang baru tumbuh itu, wow dalam sekejap si iblis melupakanku bahwa aku seorang guru, aku mulai cari akal agar dapat dengan bebas melayani nafsu si Merry. Bagai pucuk dicinta ulam tiba. Tiba-tiba Kiki pamit keluar ruangan, karena mungkin sudah berhasil tugasnya mengantarkan Merry bertemu denganku.
Tinggallah kami berdua dalam ruang guru, Merry yang sedari tadi dekat denganku itu makin mendekat, tanpa kusadari penisku tegak tak terkendali. Di satu kesempatan kupeluklah Merry, dari belakang dan kukecup lehernya serta kuremas payudaranya yang baru tumbuh itu, dia menggelinjang kenikmatan, tak lama setelah itu terdengar langkah sepatu Kiki mendekat, kami pun saling melepas peluk dan menjauh, sambil kukatakan "Nanti aku telepon kamu". Merry hanya mengangguk.
Malam harinya sekitar pukul 20.00 aku telepon Merry, kami berbincang-bincang, yang berakhir dengan ku tembaknya Merry, dan ternyata itulah yang diharapkannya. Giillaa, Merry mendambakanku sebagai kekasihnya. Aku coba mengajaknya jalan pada hari minggu, karena kebetulan hari minggu itu aku mendapat tugas mencari villa disekitar puncak untuk acara organisasi sekolahku, dia pun menyetujuinya.
Sesuai janji minggu pagi-pagi sekali aku sudah berangkat, untuk bertemu Merry disetasiun yang telah ditentukan. Kami berangkat menggunakan KA Jabotabek, ternyata Merry begitu romantis sekali sepanjang perjalanan aku dipegangi, dan jika ada kesempatan ia memelukku, aduh! aku benar-benar tidak membayangkan sebelumnya punya pacar gelap seorang ABG cantik nan sensual (Seperti Nafa Urbach). Akhirnya sampailah kami ketempat yang dituju, setelah aku membooking villa yang kumaksud maka kami pun berniat pulang.
Namun kata Merry, "Pak aku capek nih, istirahat dulu dong."
"Wah dimana Mer?"
"Itu ada hotel" seraya menunjukan tangannya ke seberang jalan tempat kami berada.
Aku menjawab secepatnya, "OK, deh."
Di dalam kamar hotel, aku sangat kikuk, tapi aku pikir ah masa kalah sama anak yang bedanya 20 tahun lebih muda dariku, aku berusah menenangkan diri, kemudian bersih-bersih badan. Merry pun begitu. Setelah itu kami ngobrol diatas tempat tidur sambil menonton televisi, seraya mulai tatap menatap, yang kemudian saling mendekat, saling membelai dan akhirnya ku kecup kening mary, selanjutnya kulumat bibirnya yang sensual itu dia pun membalasnya, ketika kurujak bibirnya tanganku bergrilya masuk kedalam kaosnya kucari puting susunya yang kecil itu kupilin perlahan-lahan teranya olehku badannya merinding sambil melenguh-lenguh suaranya.
Akhirnya kubuka kaosnya serta branya yang baru bernomor 34, begitu kubuka wow, pemandangan yang sangat indah, payudara kecil nan menantang dipuncaknya berwarna coklat muda dengan puting yang kecil, segera saja aku kulum puting kecil itu, rasanya akan kutelan saja payudaranya, dia menggelinjang-gelinjang kenikmatan, sejurus kemudian kubuka juga rok nya, mulai aku bergrilya kedaerah yang jauh dibawah sana, kuterobos celana dalamnya kuusap-usap bukit venusnya dengan rambut-rambut halus yang menambah betah tanganku disana. beberapa saat kemudian kucoba menguak labium mayoranya, ternyata sudah basah, kucari clitorisnya setelah ketemu kusap-usap perlahan sekali. Erangan-erangan yang tadinya halus mulai terdengar liar menambah semangat jari-jariku menari disela-sela lembah kenikmatan.
"Bapak curang, buka juga dong bajunya." katanya memecah konsentrasi.
"OK, OK ." Kataku dengan semangat sambil membuka kaos dan celana panjangku.
Kami berpelukan erat sekali, berciuman, berguling kekanan dan kekiri luar biasa. Akhirnya aku tidak tahan lagi, kutawarkanlah padanya untuk coitus.
"Mer, kita senggama ya!"
"Jangan Pak!" katanya.
"Kamu engga mau? Enak lho Mer", rayuku sambil meraba-raba kemaluannya.
Cumbu rayu, isap menghisap, raba-meraba terus kami lakukan, yang jelas sebenarnya aku sudah nggak tahan tapi aku menahan diri. Sampailah akhirnya pada puncak cumbu rayu, ku arahkan kepalaku ke kemaluannya. Kubuka celana dalamku dan kubuka juga celana dalamnya ternyata Merry diam saja setelah itu kuisap-isap clitorisnya entah berapa kali dia orgasme, yang jelas perawan itu kenikmatan beberapa saat kemudian kuarahkan batang penisku pada liang vaginanya, ketika sudah pada sasarana yang tepat kutekan perlahan sekali, kemudian kudiamkan, vagina yang sudah basah itu seperti menarik batang kenikmatanku perlahan-lahan. Woow batangku masuk perlahan. Panas, licin dan terasa ada cengkraman yang kuat sekali didalam sana, aku terpejam nikmat, setelah Merry beradaptasi dengan batangku yang berada didalam baru kugerakan penisku perlahan-lahan, lagi-lagi ia mengerang hebat seraya memelukku erat sekali.
"Terus Pak, terus, teruus. eehh, eehh.. oo.. hh."
Rupanya ia orgasme kembali. Kuakui nikmat sekali bersenggama dengan Merry, akhirnya akupun ingin keluar hingga kucabut batangku dari liang surga kumuntahkan spermaku diluar agar tidak hamil. Setelah puas kami pulang ke Jakarta dengan keadaan yang berbeda. Aku merasa lebih memiliki Merry dan Merry pun demikian.
Sejak kejadian itu kami jadi kecanduan melakukannya, pernah suatu saat rupanya Merry ingin melepas "hajat"-nya, maka janjianlah kita untuk jalan setelah Merry pulang sekolah (saat itu ia telah SMU) akhirnya kami nonton di bioskop kelas kambing dengan film mesum pada jam pertunjukan siang, agar jarang yang nonton karena memang niatnya adalah senggama, kami pilih tempat duduk di belakang, begitu pertunjukan mulai mulai juga kami lakukan Foreplay kira-kira tiga puluh menit kemudian aku gelar jaketku dibawah kursi Merry, aku pindah duduk dibawah persis menghadap kemaluan Merry, kuisap klitorisnya sampai ia puas, setelah itu aku melakukan coitus dalam keadaan Merry duduk dan aku berdiri, nikmatnya luar biasa.
Disaat lain aku lakukan dirumah orangtuaku kebetulan kedua orang tua ku pulang kampung dan aku disuruh menunggui rumah orangtuaku itu. sebelumnya kusiapkan VCD porno sebanyak 4 CD. Rumah orangtaku yang luas itu hanya kami berdua yang menghuninya. Aku lakukan hubungan badan sepuas-puasnya, dengan Merry sayangku.
Pernah juga aku melakukan hubungan intim di berbagai hotel melati di Jakarta dan Bogor, semuanya kami lakukan dengan suka sama suka selama tiga tahun total hubungan yang kami lakukan krang lebih enam puluh kali. Akhirnya kami menyadari bahwa hal ini harus berakhir, karena saya sudah punya istri dengan empat orang anak, sedangkan Merry harus meniti karir sebagai seorang sarjana teknik, sampai saat ini hubungan kami tidak ada yang mengetahui dan kabarnya Merry sudah mempunyai calon suami.
Aku sendiri saat ini sudah tidak menjadi guru, saat ini aku berwiraswasta. Pengalamanku bersama Merry membuat aku menjadi pecandu coitus, jika aku hubungan badan kadang-kadang aku heran sendiri karena "penisku kaga ade matinye" karena sekarang aku jadi pecandu, sedangkan aku ngga ingin ngeluarin uang maka aku kini nyambi sebagai cowok panggilan, aku jadi cowok panggilan karena yang panggil aku biasanya yang buas-buas alias hiper sex, nah aku suka itu.
Pernah aku dipanggil oleh seorang ibu muda beranak satu, setelah dia bertemu denganku rupanya dia meragukan kemampuanku karena usiaku yang sudah tigapuluh sembilan tahun, akhirnya aku kasih dia garansi jika aku keluar duluan aku yang menservice dia tapi nyatanya ibu muda itu ketagihan terhadapku. Aku dalam hubungan tidak mencari uang tapi yang ku cari happy aja, happy yang gratis, begitulah kira-kira.
Minggu depan aku sudah diwanti-wanti untuk siap-siap menservice seorang wanita setengah baya (46 tahun) istri seorang pejabat di Kalimantan yang akan ke Jakarta, Ibu ini walau umurnya sudah cukup tapi masih sangat enerjik, badannya sintal, payudaranya padat, tatapannya penuh dengan kemesuman. Beberapa hari yang lalu HP ku bunyi.
Ternyata Tante S yang telepon, katanya, "Anton, minggu depan Tante mau ke Jakarta kamu harus puasin Tante, seperti yang lalu ya".
Aku jawab saja, "OK, Tante!"
Jumat, 18 Februari 2011
Cerita Seks - Ngentot Tante Seksi punya si Bos |
Namaku Eko ( kali ini nama asli). Aku tinggal di kota Mataram Lombok. Ceritaku ini terjadi pada tahun 2007 silam. Pada waktu itu aku kuliah di sebuah di salah satu Perguruan Tingi Swasta di Lombok. Aku ambil cuti kuliah untuk bekerja di sebuah radio swasta yang sudah terkenal di kota itu. Waktu itu aku bekerja sebagai kru produksi. Pekerjaannya sangat sederhana yaitu merekam lagu, membuat iklan radio, dan mempersiapkan segala hal yang sifatnya off-air. Pemilik radio itu namanya Bapak Wirata! Dia mempunyai istri yang sangat cantik. Aku biasa menyebutnya dengan Ibu Diah, .Ibu Diah tingginya kira-kira 175cm, bahkan lebih tinggi dari suaminya. Ibu Diah bekerja di sebuah perusahaan swasta di Lombok. Sejak pertama kali bekerja di radio itu, aku udah jatuh cinta ama Ibu Diah untuk pertama kalinya. Ibu Diah ini sangat cantik, mungkin sensual. Tinggi kira-kira 170cm, Payudaranya tidak besar, sama sekali tidak besar. Tapi justru payudaranya yang kecil itu yang membuatku sangat penasaran. Aku selalu terobsesi dengan payudara yang kecil!hihihii.. Suatu ketika ibu diah menyuruh aku ke rumahnya untuk memperbaiki komputernya yang rusak.Sesampai di dalam rumah aku tidak menemukan siapa pun. Dimana Mbak Diah, pikirku. Kulangkahkan kakiku ke ruang tengah. Kosong juga. Wah, di mana nih. Perlahan aku berjalan ke dapur sambil berharap ketemu dengan sang idola. Kalo udah pada tidur ya aku pulang aja. Sampai aku dikejuntukan oleh sepasang tangan yang melingkar dipinggangku dari belakang. "malam ini temenin Mbak ya", terdengar bisikan di telingaku. Tanpa basa-basi aku segera memutar tubuhku dan di depanku telah berdiri Mbak Diah dengan paras yang sangat cantik. Wajah Mbak Diah persis di depanku. Hidungku nyaris bersentuhan dengan hidung Mbak Diah. Terasa hangat di wajahku ketika Mbak Diah menghembuskan nafas. Aku benar-benar dibuat terpesona. Mbak Diah sudah berganti pakaian dengan kimono warna pink. Matanya sayu menatapku. Entah keberanian dari mana yang mendorong wajahku sehingga bibirku mengecup lembut bibir Mbak Diah. Tidak ada perlawanan dari Mbak Diah. Bibirku terus bermain di bibir Mbak Diah beberapa lama. Kurasakan tangan Mbak Diah membuka lembut kemejaku. Aku mencoba melingkarkan tanganku di punggung Mbak Diah. Kuusap perlahan punggungnya sambil terus memainkan bibirku. Lidahku mulai menerobos masuk ke dalam mulut Mbak Diah. Bibir Mbak Diah lembut sekali, wangi dan itu membuatku semakin bernapsu. Lidahku semakin liar bermain. Kuciumi lagi bibirnya, hidungnya, matanya, keningnya, pipinya, dagunya. Dan semuanya terasa lembut. Napas Mbak Diah semakin memburu. Tanganku bergerak ke bawah mencari2 tali kimono. Setelah ketemu, kubuka talinya pelan. Ketika berhasil kulepaskan, kimono tersebut merosot jatuh ke lantai, Kumundurkan tubuhku dan nampaklah pemandangan yang sangat indah yang sering kubayangkan selama ini. Mbak sudah tidak memakai bra dan cd. Payudara yang selama ini hanya ada dalam imajinasiku kini terpampang jelas di hadapanku. Tampak puting yang kecil berwarna coklat dan merah muda pada ujungnya. Bener-bener sesuai ama selera dan harapaku. Payudaranya kecil, mungkin ukuran 34a. Tapi aku suka banget ama yang segitu. "Eko Kenapa berhenti?", ucapnya lirih seraya matanya yang sayu memandangku. Tanpa pikir panjang kuhampiri Mbak Diah dan berlutut di depannya. Aku membungkuk dan mencium lembut jari kaki sebelah kirinya sementara tangan kananku membelai lembut betis kanan Mbak Diah. Yang kudengar saat itu hanya lenguhan nikmat dari Mbak Diah. Kudongakkan kepalaku menatap Mbak Diah. Mbak Diah hanya menatapku sayu dengan nafas yang memburu. Kuarahkan perhatianku lagi ke bawah. Kuciumi lagi kaki kiri dan kanan berganti sementara tanganku mengusap lembut betisnya. Mbak Diah terus mendesis sampai suatu saat Mbak Diah hampir terduduk karena menahan kenikmatan dari ciuman dan belaian di betisnya. Aku bangkit dan kusandarkan tubuh Mbak Diah di tembok dapur dengan posisi tubuh berdiri. Aku berlutut lagi dan kini yang menjadi sasaranku adalah pahanya. Kuciumi pelan paha kanan Mbak Diah. Tangan kanan Mbak Diah mencengkeram tembok. Kuciumi terus mulai dr atas lutut sampai mendekati pangkal pahanya. Tercium aroma yang membuatku semakin mabuk asmara ketika menciumi sekitar pangkal paha. Mbak Diah berusaha mengatupkan pahanya tapi aku menahannya dengan kedua tangan supaya tetap terbuka. Ciumanku pindah ke paha yang kiri sementara tangan kananku bergerak ke atas ke wilayah perut dan mengusap pelan dengan ujung jariku. Mbak Diah semakin mendesis tidak karuan. "Oh... Eko... Shh... sh..." Ciumanku terus naik mendekati pangkal pahanya. Dengan gerakan sedikit menyentak kurenggangkan lagi paha Mbak Diah. Oughhh... Mbak Diah melenguh panjang menerima perlakuanku yang tiba2. Kupandangi sejenak gundukan di depanku. Jembutnya lebat sekali dan baunya wangi. Sambil tetap memegangi kedua lutut Mbak Diah, kujulurkan hidungku menyapu jembutnya. Tubuh Mbak Diah bergetar menerima sapuan hidungku. Tampak samar belahan daging dan kucoba menjilat pelan membelah hutan jembut yang lebat itu. "Ouhh... Eko...", tangannya meraih rambuntuku dan menjambak pelan. Lidahku terus menjilat mencari-cari daging nikmat. Kurasakan ada cairan menempel dilidahku. Gurih terasa di muluntuku. Muluntuku pun mulai menghisap gundukan indah Mbak Diah. "oh... Sshh... Sshh... Eko... enak banget kooooo...", desah Mbak Diah. Desahan itu membuatku semakin ganas. Kontolku sudah tegang dari tadi tapi aku ingin bermain dengan Mbak Diah. Hisapanku di memek Mbak Diah semakin liar. Sementara Mbak Diah meliuk-liuk menerima serangan di memeknya. "Eko.. Kamu kok pinter banget sih...", kata Mbak Diah manja. Aku hanya tersenyum aja mendengarnya. Perlahan ciumanku naik ke perut Mbak Diah. Tidak lama di situ aku berniat untuk langsung menyerbu payudara Mbak Diah. Aku segera bangkit. Kupandangi sejenak payudara Mbak Diah yang sedari tadi belum kusentuh sama sekali. Lalu kupandangi wajah Mbak Diah, titik2 keringat bermunculan di keningnya. Kumajukan wajahku ke arah payudara Mbak Diah, tanpa mengalihkan pandangan dari matanya. Sampai di payudara yang sebelah kiri kukecup pelan putingnya. Mbak Diah mendongakkan wajahnya menerima sensasi kecil di putingnya. Kukulum puting payudara kiri Mbak Diah. Terasa hangat di dalam muluntuku. Mbak mulai mendesis lagi. "terusin kooooooo... terusin", Aku semakin gencar mengulum puting payudara Mbak Diah. Sesekali kusedot dengan keras. "Ahh.!" Mbak Diah berteriak kecil. Aku melirik ke payudara yang sebelah kanan. Segera kuarahkan bibirku ke puting kanan. Perlakuanku beda kali ini. Aku menyerbu payudara kanan Mbak Diah dengan sangat liar sementara tangan kananku memegang dengan kuat payudara yang kiri. Menerima perlakuanku yang berubah drastis, Mbak Diah berteriak keras dengan menggoyangkan kepalanya kiri kanan. Keliaranku itu bertahan selama 10 menitan sementara kontolku sengaja kugesek-gesekkan ke memek Mbak Diah. Mbak Diah terus menerus meracau. Tidak jelas apa yang diucapkan. Aku sudah tidak tahan lagi. Segera kubalik tubuh Mbak Diah kupaksa untuk menungging. Mbak Diah menahan tubuhnya dengan tangan di tembok. Kuarahkan kontolku ke memek Mbak Diah. Pelan aku coba menerobos liang memek Mbak Diah. Agak susah juga mencari posisi lubang vagini Mbak Diah. Setelah beberapa saat akhirnya kontolku sudah berada dalam jepitan memek Mbak Diah. "Mbak..." aku menahan sebentar kontolku. Mbak Diah melenguh panjang. "ouhh...hss...koooooooooo..." aku segera menarik kontolku pelan sampai tersisa kepalanya dalam memeknya. Lalu kutusuk lagi dengan gerakan cepat. Mbak Diah lagi-lagi melenguh panjang. Kulakukan berulang kali sampai 15 menit. Tanpa berganti posisi aku percepat gerakanku. Tanganku kubiarkan bebas menggantung. Kontolku terus kupacu di dalam memek Mbak Diah. Sampai suatu ketika tubuh Mbak Diah mengejang hebat dan Mbak Diah melolong hebat merasakan orgasme pertamanya. Tubuh Mbak Diah bergetar beberapa saat. Aku harus menahan tubuhnya karena seperti mau terjatuh ke lantai. Sebenarnya aku juga sudah hampir sampai tapi sekuat tenaga aku bertahan. Aku tidak mau permainan ini cepat selesai. Kudiamkan sebentar kontolku di dalam memek Mbak Diah dan membiarkan Mbak Diah mengatur napasnya, menikmati orgasmenya. Beberapa saat kemudian, aku melanjuntukan lagi serbuanku ke memek Mbak Diah. "Oh...uh...oh...uh", suara Mbak Diah keenakan. "Ko, enak banget", tambahnya lagi. Tangan kirinya meraih tangan kiriku dan meletakkannya di payudaranya. Sensasi di dua wilayah sensitifnya membuatnya buk diah ga semakin ga karuan. Sodokanku di memeknya kupercepat sementara tanganku semakin kuat di payudaranya. Akhirnya, aku mengeluarkan senjataku yang terakhir. Tangan kananku yang bebas kuarahkan ke lubang anusnya. Kuludahi anusnya dan kuusap keras bagian anus Mbak Diah. Sekarang 3 bagian sensitifnya habis aku garap. Mbak Diah semakin menikmati permainanku. Kepalanya terayun-ayun menambah keseksiannya. Badannya terus terguncang-guncang menerima sodokan kontolku. Aku pun mulai kacau merasakan sensasi di kontolku. "Mbak, enak banget Mbak", kataku? "heh...uh... terusin ko. Ahh..." Jariku mencoba menerobos ke liang anus Mbak Diah. Aku tidak berani terlalu dalam. Takut menyakiti Mbak Diah. Kontolku terus menghunjam di memek Mbak Diah. Sampai akhirnya aku merasakan gelombang sangat kuat yang siap menerobos keluar dari kontolku. "Mbak... Aku dah mo keluar Mbak... Mphhh..." Iiiiyyaaaa ko... mbak juga... aaayooo koooo..." Kupercepat gerakanku. Kontolku terus menerobos memek sampai akau tidak kuat lagi menahan gejolakku... Croot...croot...croot... Ah... Ah... Ah... Gerakan kontolku kuhentikan di dalam memek Mbak Diah. Dan tubuh Mbak Diah pun bergetar sangat hebat. Tangan kirinya mencengkeram tangan kiriku yang bermain di payudaranya dengan sangat kuat. "AHHH...ekooooo", teriaknya memenuhi ruangan dapur. Kujatuhkan kepalaku ke punggung Mbak Diah. Kutarik kontolku pelan-pelan, dan kuhunjamkan lagi ke dalam memek Mbak Diah tapi dengan gerakan yang sangat pelan. kedua tanganku memegang lembut payudara Mbak Diah. Nikmat banget. Sumpah nikmat banget. Kuciumi pelan punggung Mbak Diah sementara Mbak Diah ga tahan menerima orgasmenya. Setelah beberapa saat, aku tetap membiarkan kontolku bertahan di dalam memek Mbak Diah. Lalu, pelan-pelan kutarik kontolku. Mbak Diah melenguh merasakan gesekan pelan di memeknya. "Mbak... Nikmat banget. Mbak cantik sekali", bisikku pelan. "Eko... Kamu hebat. Hhh...mbak nggak ngira kamu mau ama mbak", katanya sambil membalikkan tubuhnya dan kini duduk terkulai lemas di lantai. Aku tersenyum aja mendengarnya. "Kapan-kapan, kalo mbak pengen, Eko mau ya nemenin Mbak lagi?" "Mmmmm... Siap Mbak! Apapun buat Mbak!", jawabku sambil tersenyum manis. this is the fisrt my sex story with Tante Diah, istri bosku. Setelah hari itu, selama empat hari aku nemenin Mbak Diah tiap malam. Ga jadi nyesel deh, Pak Wir banyak ijinnya. Ijin terus aja Pak wirrrrr... Setiap bosku keluar kota aku selalu menemani Mbak Diah dan memberinya kepuasan. Demikian juga Mbak Diah memberiku pengalaman, dan sensasi sex luar biasa kepadaku! @ pak wirata sorry ya bos saya sudah mengentot istri sexy anda!hihihihii……… |
Kamis, 03 Februari 2011
Jumat, 26 November 2010
Nani, Gadisku dari Kampung Pemuasku
Pada awalnya aku memandang gadis itu Nani namanya, biasa-biasa saja, maklum aku walaupun sudah cukup dibilang dewasa (27) tetapi sekalipun belum pernah mengenal wanita secara khusus apalagi namanya pacaran, maklum orang tuaku menekankan menuntut ilmu lebih utama untuk masa depan. Apalagi setelah aku selesai kuliah dan langsung bekerja, aku merasa berhasil menikmati hasilku selama ini. Itu sekedar background kenapa gadis itu aku pandang biasa saja, karena dia hanya lulus SD sehingga aku kurang peduli bila aku menyadari tingkat pendidikanku sendiri. Namun dari hari kehari Nani si gadis itu selalu melayaniku menyediakan makan, menjaga kebersihan kamarku, dan bahkan mencuci bajuku yang terkadang tanpa aku minta walaupun aku sebenarnya biasa mencuci sendiri, namun adakalanya aku cukup sibuk kerja, sehingga waktuku terkadang serasa di buru-buru.
Rupanya gadis itu sedikit menaruh hati, tapi aku tidak tanggap sekali. Terlihat dari cara memandangku, sehingga aku terkadang pura-pura memperhatikan ke arah lain. Sampai pada suatu saat, dimana temanku beserta anak istrinya pulang kampung untuk suatu keperluan selama seminggu, sedangkan adik perempuannya karena harus menyediakan makan setiap kali untukku, tidak diikutkan pulang, sehingga tinggal aku dan si gadis Nina itu di rumah.
Rupanya kesendirian kami berdua menimbulkan suasana lain di rumah, dan hingga pada suatu pagi ketika gadis itu sedang menyapu kamarku yang kebetulan aku sedang bersiap berangkat kerja, masuklah gadis itu untuk menyapu lantai. Sebagai mana posisi orang menyapu, maka saat gadis itu membungkuk, aduhh..., rupanya perh yang sedang bercermin tersapu juga oleh pemandangan yang menakjubkanku. Dua buah melon yang subur segar terhidang di depanku oleh gadis itu, dengan sedikit basa basi gadis itu menyapaku entah sadar atau tidak dia telah menarik perhatianku karena payudaranya yang tidak terbungkus BH, kecuali dibalut baju yang berpotongan dada rendah. Dengan tidak membuang kesempatan aku nikmati keindahan payudara itu dengan leluasa melalui cermin selama menyapu dikamarku.
Menjelang dia selesai menyapu kamarku, tiba-tiba dia dekap perutnya sambil merintih kesakitan dan muka yang menampakkan rasa sakit yang melilit. Dengan gerak refleks, aku pegang lengannya sambil aku tanya apa yang dia rasakan. Sambil tetap merintih dia jawab bahwa rasa mules perut tiba-tiba, maka aku bimbing dia ke kamarnya dengan tetap merintih memegangi perutnya sampai ditempat tidurnya. Kusuruh dia rebahan dan memintaku untuk diberikan obat gosok untuk perutnya. Segera aku ambilkan dan sambil berjaga dia gosok perutnya dari balik blousenya.
Tetapi tiba-tiba saat menggosok lagi-lagi dia mengerang dan mengaduh, sehingga membuatku sedikit panik dan membuatku segera ikut memegangi perutnya dan sambil ikut mengurut juga. Dan nampak sedikit agak berkurang rintihannya, sambil masih tetap kuurut perutnya. Kepanikanku mulai hilang dan aku mulai sadar lagi akan keindahan payudara gadis itu bersamaan dengan bangkitnya perasaan gadis itu selama aku urut tadi mulai menelusuk ke tubuhnya merasakan kenikmatannya juga dan dengan tiba-tiba tanganku dipegangnya dan dibimbingnya tanganku ke taman berhiaskan buah melonnya yang subur segar dan aku turuti saja kenikmatan bersama ini untuk mengusap buah melon yang tidak terbungkus itu, dan tanganku terus menelusup diantara buah-buah itu sambil memetik-metik putingnya.
Gadis itu mulai merintih nikmat, dan erangan halus dan memberi isyarat tanganku untuk terus dan terus memilin puting buahnya yang semakin menegang. Baru aku sadari bahwa untuk kali pertama aku merasakan puting gadis yang menegang bila sedang terangsang dengan erangannya yang membuat penisku yang dari tadi ikut mengeras tambah menekan di dalam celanaku yang sebenarnya sudah siap untuk berangkat kerja, namun untuk sementara tertunda. "Eehh... Mas.. gelii.. tapi nikmat, aahh.. eehmm aduuhh nikmat mass.." Posisi dia saat itu sambil duduk membelakangiku, dan tiba-tiba dia menyandar ke dadaku sambil menengadahkan mukanya dan mulutnya mengendus-endus leherku.
Tanpa buang waktu, mulutku pun kuenduskan ke lehernya dan selanjutnya mulut kami saling berpautan, saling mengulum dan saling menjulurkan lidah dengan penuh nafsu, sementara tanganku terus menyusuri buah-buah yang subur itu untuk meningkatkan kegairahannya, sedang tangan gadis itu mulai hilang kesadarannya oleh kenikmatan itu dengan ditandai kegairahannya untuk melepas kaitan rok bawahannya dan dilanjutkan ke kancing-kancing blousenya.
Kembali kesadaranku tertegun untuk pertama kali aku menikmati keutuhan tubuh seorang gadis yang hanya mengenakan CD-nya. Namun untuk saat itu juga aku terperanjat, "Eiitt, Nina ini sudah jam delapan, aku harus berangkat kerja wahh, aku terlambat", kataku. Kami saling tertegun pandang dan saling senyum tertahan dan kemudian kami berpeluk cium, sambil aku berkata, "Entar aku berangkat dan aku segera kembali, hanya untuk minta ijin kalau aku ada keperluan yahh, gimana?".
"He.. eh, Mas entar kita terusin lagi ya Mas, tapi janji lho, ehh tapi Mas?".
"Kenapa Nan..." tanyaku.
"Mas kemot dulu dong buah dadaku, ntar baru boleh berangkat".
Achh lagi-lagi kenikmatan yang tak bisa ditunda pikirku, dengan "terpaksa" aku kemot putingnya dan dengan penuh gairah aku kemot buah dadanya sampai hampir merata bekas kemotan di kedua buah dadanya, sampai-sampai si Nani tak percaya keganasanku. Kami saling melepas pelukan yang seolah adalah kerinduan yang selama ini lama terpendam.
Kebetulan kantorku hanya beberapa ratus meter dari rumah kost yang aku tempati. Selesai aku menyampaikan alasan yang dapat diterima atasanku, segera aku bergegas pulang lagi. Ketika aku sampai dirumah, yang memang setiap harinya sepi pada jam-jam kerja, maka menambah kegairahanku waktu aku membuka pintu depan yang tidak terkunci, dan langsung kukunci saat aku masuk. Tetapi pintu-pintu kamar tertutup. Maka yang pertama aku tuju adalah kamarku. Aku buka kamarku untuk ganti baju kerjaku dengan maksud akan ganti baju kaos dengan celana pendek saja.
Aku buka baju dan celanaku satu persatu, dan saat aku hanya kenakan celana dalamku, tiba-tiba dari belakang, Nina si gadis itu sudah di belakang mendekapku dan ohh, menakjubkan..., rupanya sedari tadi dia aku tinggalkan, dia tidak lagi kenakan bajunya sambil terus menunggu di kamarku. Maka kembali kenikmatan pagi itu aku teruskan lagi, dengan saling meraba dan dengan ciuman yang penuh nafsu dan kami masing hanya mengenakan celana dalam saja, sehingga kulit kami bisa saling bergesekan merasakan dekapan secara penuh, sementara kami berpelukan dan mulut berciuman, penisku merasakan keempukan tonjolan daging di selangkangan Nani yang seolah terbelah dua memberikan sarang ke batang penisku. Sedangkan dadaku merasakan tonjolan buah dadanya yang lembut dan torehan puting susunya di dadaku. Tanganku bergerak dari punggungnya beralih ke pantatnya yang bulat untuk aku remas-remas, sedang tangannya tetap memegang leher dan kepalaku dengan mulut, bibir dan lidah saling mengulum. Lama kami pada posisi berdiri "Eeehh... mmaas eehh eegh enaak sayang ngg..., teruss, teruss... gelii... egghh eenaak" erangnya yang setiap saat keluar dari mulutnya.
Kegairahan pagi itu kami lanjutkan di lantai kamarku untuk saling berguling dan tetap saling peluk menaikkan gairah petting kami yang pertama kali di lantai kamarku. Maklum kamar indekost dengan tempat tidurku yang seadanya dan pas-pasan yang pasti kurang pas untuk kegairahan petting yang memuncak di pagi itu.
Dengan leluasa tangan kami saling bergerak ke buah dada, penis, puting dan satu hal selama ini yang jadi obsesiku adalah keinginan yang terpendam untuk mengemot puting bila melihat buah dada wanita yang sedemikian montok dan menggairahkan, maka aku tumpahkan obsesiku pada kenikmatan pagi itu untuk pertama kalinya. "Mass sayang terruss kemot pentilku.. mmaass gelii, geelii,... eehm Mas nikmat.. terus jilatin pentilku teruss aku peengin di jilatin terus pentilku..". Dengan penuh gairah pertama aku puaskan menjilati putingnya yang aku rasakan semakin menegang dan demikian juga dengan penisku, sambil aku gesek-gesekkan ke tonjolan daging di selangkangannya.
Aku kembali agak kaget ketika batang penisku merasa basah saat aku gesekkan di tonjolan daging selangkangan Nina yang masih memakai CD, yang bahkan penisku sendiri belum mengeluarkan cairan sperma. Maka sambil mulutku mengemot dan menjilati puting susunya, tanganku mencoba meraba selangkangan Nina diantara belahan daging, namun tiba-tiba dia memekik "A'aa ehh jangan dulu Mas nggak tahan gelinya".
Maka sementara aku lepaskan kembali dan tangan ku kembali meremas buah dadanya sambil memilin-milin putingnya "Mass... he'eh begitu kemotin pentilku teruss.., susuku diremass-re'eemas... e'eenak eeh... ehghhm... yangg geli...". Penisku terus aku gesek-gesekkan dicelah selangkangan Nina, "eeh,,eehh... eehh... eehh... eeheh... eh". Demikian lenguhannya setiap aku gesek selangkangannya. "Mas... tarik CD-ku dan lepaskan celanamu...", sampai pada ucapan Nina tersebut maka sementara kami lepas pergumulan itu sambil aku dengan ragu dan deg-degan menarik pelan-pelan CD-nya yang masih dalam keadaan telentang sementara aku duduk dan dia mulai angkat kakinya ke atas saat CD-nya mulai bergeser meninggalkan pantatnya, sambil terus kutarik perlahan-lahan dengan saling berpandangan mata serta senyum-senyumnya yang nakal, maka aku dihadapkan dengan sembulan apa yang disebut clitoris yang ditumbuhi rambut-rambut halus sedikit keriting dan bllaass, lepas sudah CD-nya tinggalah celah rapat-rapat menganga semu pink dan semu basah dengan sedikit leleran lendir dari lubang kenikmatan itu.
"Nin.. kenapa sih" tanyaku nakal, "Apanya... Mas" sahutnya sambil senyum, "Kalau dikemot-kemot payudaranya sama pentilnya tadi". "Aduh rasanya geli banget, rasanya kaya mau mati saja tapi nikmat iih geli". "Enggak sakit dikemot dipentilnya tadi" tanyaku, "Enak.. Mas, rasanya pingin terus, kalau sudah yang kiri, terus pingin yang kanan, rasanya pingin dikemot bareng-bareng sama mulut Mas. Terus di liang kewanitaanku jadi ikut-ikutan geli nyut-nyutan sampai aku eeghh.. hemm gimana yach bergidik. hhmm" akunya. "Terus pingin lagi nggak dikemot-kemot?" tanyaku penasaran. "Iiih... Mas nakal, ya.. Pingin lagi dong", sambil tangannya merayap ke selangkanganku yang masih pakai CD, memencet penisku yang menonjol dan juga meremas. "Kalau adik Mas rasanya gimana tuh kalau kupegang-pegang gini?, geli nggak?" keingin-tahuannya besar juga. "Sama nikmat rasanya, pengin terus dielus-elus sama Nina terus, geli eh-eh... eh" dengan penasaran dia mengesek-gesek pas lubang penisku, jadi geli rasanya.
"Kalau ininya dipegang-pegang gini gimana Mas?" sambil dia pegang dan raba-raba buah pelirku." Yah nikmat juga" tegasku sambil aku elus-elus pahanya yang tidak begitu putih tapi mulus. "Eh.., Mas tadi kutipu, pura-pura sakit, habis Mas kelihatannya cuek saja", sambil dia senyum nakal menggoda. Brengsek juga nih anak batinku, nekat juga ngerjain aku. "Mas.. selama seminggu ini kita hanya berdua saja dirumah, terus gimana enaknya Mas?" tanyanya sambil iseng meremas-remas penisku yang tetap tegak sedang aku memilin-milin puting susunya yang juga tetap tegang, "Kita kelonan terus saja seminggu ini siang ataupun malam".
Kebetulan kerjaku selama ini hanya sampai jam 14.00 sudah pulang. Dia menggoda "Terus nanti kalau kelonan terus Mas nanti nggak ada yang nyediain makan gimana dong". "Yah nggak usah makan asal kelonan terus sama Nina entar kenyang". Dia bangkit dan memelukku erat-erat dan diciuminya bibirku sambil lidahnya dijulurkan ke kerongkonganku. Sambil melepas dia berkata "Mas kita kelonan lagi yuk sampai sore, terus nanti mandi bareng". Tanganku mulai mengelus clitorisnya dan mulutku terus mengulum bibirnya dan kembali dia telentang di lantai dan aku mulai menindihnya "Mas.. kalau gini terus aku rasanya mau pingsan kenikmatan eehh... M eghhmm... aduuh... nikmat Mas di memekku.. geli rasanya teruuss eeghh... eghh". Dan aku rasakan clitorisnya semakin basah, dan dengan lahapnya jari tengahku aku cabut dari clitnya untuk kujilati jariku dan aku rasakan nikmat gurihnya lendir seorang perempuan pertama kalinya. "Eeehh.. eennak... aahh.. aahh uuhhgg uughhg uuhh... ehhehh" saat jariku kembali menelusup kedalam lubang clitorisnya.
Lenguhan mulutnya dan dengus napasnya menaikkan gairahku yang kian meningkat tapi aku ragu untuk menuruti naluriku mencoba memasukkan penisku ke lubang senggamanya. Maka sementara aku tahan walupun penisku pun juga sudah semakin basah oleh lendirku juga. Aku mulai merayap kebawah selangkangannya dan mulutku berhadapan dengan clitorisnya tanpa dia sadari karena matanya terpejam menikmati gairah yang dirasakan, saat lidahku mulai menjilatlubang clitorisnya, kembali dia terpekik "aahhuughh huu... hu... egghh aduh... eggh nikmat, aduhh aku gimana nih Mass aahh aku nggak kuat, Mass... Mas.. eghh.. egh hhgeehh... Mas." sambil dia aku perhatikan pantat, paha, perut dan kakinya seolah kejang seperti kesakitan tetapi aku sangsi kalau dia sakit, dan malahan kepalaku dia tekan kuat ke selangkangannya sambil terus berteriak "hehehggheh ahh... ehhehh... huhh... mass... aku.. akuu rasanya... eghh" dan dia bangkit sambil menarik CD-ku yang masih aku kenakan, dan blarr, penisku menantang tegak "Mas masukkan Mas.. eeghheghh" dan dia angkat kakinya sambil telentang dia bentangkan lebar selangkangannya sambil tangannya membimbing penisku memasuki clitorisnya. "Mas.. kocok Mas eghh Mas yang dalam... kocok terus selangkanganku aduhh eghh Mas enakk.".
Sambil menekuk kaki, sementara tanganku sebagai tumpuan dan dengan berat tubuhku aku tindihkan dan kuamblaskan penisku ke lubang yang sedari tadi sudah menunggu, dan aku rasakan sedotan lubang yang sangat kuat pada batang penisku yang rasanya dikemot-kemot. "Eehhgehhg... teruss. teruss Mas... maass nikmat kocok terus aduuh rasanya aku nggak kuat mass ada yang keluar eghh.. eeghh. eehhgg aduuhh.. mass..." "ahhgg-agh... Nani aku aduh egghh, Nani rasanya memekmu ngemot eghh eehhmm... nikmat... terus sedot" "Mass nikmat... sekali nikmat... dalam sekali. Aahh aduh... hhaghhah Mass.., aku mau keluarrr". "Aku juga Nan... ahhgh aku sudah mau keluar.. ahgghhah". Dan aku cabut penisku saat dia demikian bergetar dan menyedot sedot penisku sehingga aku tak tahan lagi untuk menyemburkan spermaku dan saat itu aku merasa dia terlepas dari penisku, dia bangkit dan menyongsong batang penisku dengan mulutnya menyambut semburan spermaku sambil tangannya menggosok lubang clitorisnya, ditimpali dengan lenguhannya yang tidak beraturan dimulutnya "Cppokklep.. plekk.. clepk... clkek.. cslckek" bunyi mulutnya mengemot dan menyedot penisku sementara aku terasa bergetar dan tenagaku berangsur-angsur lemas, sampai dia menjilati sisa sperma pada penisku dengan bersih..
Sesaat kemudian aku tidur ditempat tidurku siang itu kelonan berdua yang tidak terasa telah jam 3 sore, dan baru kemudian bangun dengan badan terasa agak pegal. Kami kembali berpagut lama dengan saling rabaan dan remasan masih dalam keadaan tanpa busana. Akhirnya kami mandi bersama dengan air yang sebelumnya kami. Itulah pengalaman pertama kaliku menikmati hubungan seks dengan seorang gadis kampung bernama Nani.
Selasa, 23 November 2010
barangku didalam kemaluan Vina
Aku adalah seorang "Computer Engineer" yang selalu dinas keliling Indonesia guna melayani customer perusahaan tempatku bekerja. Satu saat tepatnya bulan Juni 1994, aku ditugaskan ke kota Y. Sesampai di stasiun kereta api jam 8 pagi aku langsung naik becak dan melintas jalan M yang cukup terkenal lalu meminta kepada tukang becak untuk segera diantar ke hotel yang mempunyai cukup fasilitas. Aku menurunkan tas koperku di depan hotel M. Setelah cukup istirahat aku berniat ingin sarapan, karena semalam di kereta api aku tidak makan. Namun ketika keluar dan akan mengunci pintu kamar, aku terkejut melihat beberapa wanita memakai pakaian swimsuit melintas dibelakangku. "Ada apa gerangan?", dalam hati aku bertanya.
Rasa ingin tahuku begitu besar, sehingga membuat perutku rasanya menjadi kenyang. Aku coba mengikuti para wanita tersebut dari belakang dan..., woww..., betapa bahenolnya pantat mereka. Sesaat aku berhenti dan..., ternyata mereka adalah pengujung biasa yang hanya ingin latihan fitness.
Beberapa saat aku memperhatikan mereka, dan ketika itu juga terdengar suara wanita menggoda menyapaku "Mau fitness juga Mas?", aku mencoba berbalik badan..., ya ampun!, seorang wanita memakai swimsuit warna pink dengan body yang aduhai dan mempunyai rambut lurus terurai hingga pundak menghampiriku sambil tersenyum.
"Wah senyumnya begitu menggoda pikirku dalam hati", hingga aku sejenak terdiam bagai patung tapi biji mataku berjalan dari atas ke bawah memperhatikan wanita tersebut yang mempunyai kaki begitu panjang dan indah. "Ohh..., tidak!, hanya lihat-lihat saja", jawabku.
"Mas..., dari Jakarta?" wanita tersebut kembali bertanya.
"Iya..., saya sedang tugas ke sini, dan kebetulan saya menginap di hotel ini, anda sendiri sedang apa disini?" aku memberanikan diri balik bertanya.
"Sebenarnya aku ke sini mau fitness, tapi sudah full..., jadi aku mengubah rencana ingin berenang saja, kebetulan kolam renangnya bersebelahan dengan ruangan fitness".
Kesunyian memecahkan pembicaraan kami sejenak..., dan "Oh, ya.., Bambang namaku.., kamu siapa?", aku mencoba berkenalan.
"Namaku Vina..., aku juga orang Jakarta, aku kuliah di sini, aku sering ke hotel ini hanya untuk fitness dan berenang" jawab Vina.
"Kalau begitu kita sama-sama saja ke kolam renang," aku coba mengajak.
"Emang Mas Bambang mau berenang juga", tanya Vina. Aku terkejut sambil menelan ludah..., gawat! aku kan nggak bisa berenang yachh..., ",pikirku dalam hati. "Oh, tidak..., tidak! kamu saja yang berenang, aku pesan makanan dan minuman, kebetulan aku belum sarapan", jawabku sambil memanggil pelayan.
"Oke dech kalau begitu..., Vina sekalian minta minuman berenergi boleh nggak..?".
Langsung aku jawab, "Boleh-boleh..., mau berapa botol?", Byuurr Vina menjatuhkan badannya ke kolam", aku pesan satu botol saja yach...", jawab Vina manja dari dalam kolam.
Setelah 30 menit Vina baru beranjak dari kolam renang dan langsung glek.., glek.., glek.., satu botol kecil minuman berenergi langsung kering diteguk Vina. "Pantas Vina mempunyai body begitu aduhai, dan pasti mempunyai gairah seks yang tinggi", aku mengira-ngira.
"Mas Bambang berapa lama di sini?", tanya Vina sambil mengusap-usap rambutnya dan menjatuhkan pantatnya di kursi malas di sampingku.
"Enggak lama kok, hanya 2 hari" jawabku berbohong, padahal aku harus 1 bulan menetap di kota Y, karena tugas yang akan aku lakukan cukup berat.
Angin sepoi-sepoi mengusap pembicaraan kami berdua, rasanya kami sudah cukup akrab meskipun perkenalan kami baru berlangsung beberapa jam dan tak terasa waktu menunjukan pukul 10 pagi.
"Kamu mandi dan ganti pakaian di kamarku saja", aku memberanikan diri memberi tawaran pada Vina yang sejak tadi melonjorkan badannya dengan tangan ke atas sehingga dengan bebas bulu ketiaknya menari-nari tertiup angin.
"Boleh dech...", jawab Vina singkat. Sampai di kamar, timbul rasa birahiku karena tergoda bentuk tubuh Vina yang menggigit seluruh persendianku.
"Mas..., nanti malam aku boleh ke sini nggak?, karena sekarang aku mau kuliah dulu, Mas juga kan mau tugas dulu kan..?", tanya Vina ketika keluar dari kamar mandi dengan pakaian sudah rapi. Pertanyaan Vina itu sekaligus mengundang ribuan setan mempengaruhi pikiranku mencari akal untuk merayu Vina agar dapat aku setubuhi. "Boleh..., datang saja", jawabku sambil memegang pundak Vina yang mempunyai umur 21 tahun tinggi badan 163 cm. Vina diam saja saat aku pegang pundaknya, malah dia menatapku tajam. Aku tak berdaya akan tatapan matanya yang begitu indah. Suasana hening..., dan perlahan aku goyangkan kepalaku untuk mencoba menyentuh bibirnya.
"Jangan Mas..., aku sudah pakai lipstik, nanti berantakan lagi" jawab Vina menolak dengan halus. Aku jadi penasaran, tapi aku yakin dari tatapan matanya tersembunyi ada kesan frustasi dalam diri Vina, tapi aku tidak mau mencoba berusaha tau ada apa sebenarnya yang terjadi tehadap diri Vina. Karena pikiranku sudah kacau termakan keindahan lekuk tubuh Vina yang begitu menggoda.
"Ting tong..., ting tong..., ting tong...", tepat pukul 7 malam suara bell kamar berbunyi 3 kali, aku segera menghampiri pintu dan saat kubuka..., wuuaahh kulihat Vina berdiri manis dengan mengenakan gaun tipis panjang warna biru muda dengan tali kecil di pundak hingga terlihat anggun. Terlihat bercak dua bulatan BH di dadanya dan celana dalam mungil yang tembus pandang tersorot lampu utama saat aku nyalakan.
"Mau mengajak jalan ke mana yach...? Kalau ke disco tidak mungkin, pasti makan malam, sebab Vina mengenakan pakaian resmi untuk pesta", dalam hati aku bertanya-tanya.
"Silakan masuk..., aku masih pakai handuk dan mau ganti pakaian dulu, aku baru selesai mandi", jawabku sambil menarik tangan Vina yang mulus putih bersih.
"Blaakk!" pintu kamar kututup dan..., terkejut aku tiba-tiba jemari lentik nan lembut memegang jemariku yang kasar yang setiap hari memegang obeng dan solder ketika aku mengunci pintu. Aku berbalik badan dan sambil berdiri langsung aku belai rambut Vina yang halus lurus terurai..., aku teruskan belaianku ke wajah Vina yang berbentuk oval dan terlihat ada rasa penyesalan bercampur keputus-asaan juga keinginan untuk melakukan persetubuhan yang paling melekat..., kulanjutkan belaianku menyusuri pundak..., "Ohh Mas...", jawab Vina lirih sambil memejamkan matanya isyarat meminta untuk dicium. Aku tatap bibirnya tidak berwarna merah muda lagi saat Vina pakai di siang hari tadi, mungkin ini menandakan aku boleh menciumnya. Aku dekap Vina dengan mesra seperti layaknya seorang istri di malam pertama. Dengan lembut aku hunjamkan ciuman dengan deras ke bibir Vina yang tipis menggoda. Tak disangka..., Vina membalas dengan menjulurkan lidahnya kedalam mulutku dan memainkannya dengan lihai. Aku segera membelai dan menciumi tengkuk leher panjang Vina sampai pundak dan..., ting..!, aku lepas tali gaunnya, hingga gaun terusan sampai kaki itu terjatuh ke lantai.
Kini hanya BH ukuran 36B tanpa tali ke pundak yang ada di hadapanku siap aku mangsa. "Ahh..., ouuhh..., Mass..., beri aku kepuasan.." terdengar suara Vina meminta dengan pasrah yang saat itu juga terdengar degupan jantung Vina yang berdetak keras dengan nafas terengah-engah apalagi disaat aku mencoba membuka BH-nya yang yang tipis berwarna putih. Wooww..., indah sekali buah dada Vina yang menonjol ke depan dengan puting kecil dan dikelilingi aurora yang kecil pula dan penuh kehangatan itu.
"oouuhh..., Mass..., isap..., isap dong Mass..." pinta Vina memelas.
Aku langsung melahap dua buah gunung kembar itu dengan hisapan dan jilatan yang liar sehingga membangunkan kemaluanku yang bersembunyi di balik handuk, sepertinya kemaluankupun sudah tidak sabar menggedor-gedor dan menjatuhkan handuk hingga aku kini telanjang bulat. Aku semakin gencar melancarkan serangan ke seluruh tubuh Vina yang wangi khas parfum true love, aku meremas buah dada kiri Vina dan menjilati buah dada kanan Vina sambil memeluk dan mengelus-eluskan tanganku di punggung Vina sampai ke pantat. Vina mendengus keenakan dan membuang kepalanya ke belakang dengan otomatis dadanya membusung ke depan dan makin tampak pula keindahan buah dadanya yang menonjol membesar. "Terus Mass..., ouugghh..., yang keras isapnya Mass...", Vina memaksa.
Perlahan aku pelorotkan celana dalam Vina yang tipis berwarna putih dan berbunga di tengahnya hingga dengkul dan tanpa dikomando aku telah benamkan kepalaku di hadapan liang kewanitaan Vina yang tersembunyi dibalik bulu-bulu halus yang lebat tak terkira. Ohh..., honey..., please go on..., ouuhh..., sepertinya Vina kurang bebas, akhirnya dia pelorotkan sendiri celana dalamnya sampai kini dia benar-benar bugil tanpa sehelai benangpun menempel di tubuh indahnya itu. Sambil berdiri Vina membuka kakinya lebar-lebar untuk menyerahkan lubang kenikmatannya yang menganga agar segera dijilat.
"sstt..., sluupp..., eehhmm..., ohh... Vina betapa sempitnya memekmu", pikirku yang terus membungkuk dan menjilati clitoris Vina yang nangkring di pintu gua yang penuh misterius namun penuh kenikmatan itu.
"uugghh..., oouuhh..., eehhmm..." Vina mendesah dan..., sseerr..., cairan madzi membanjiri liang kewanitaan yang membuatku semakin mudah meluncurkan kemaluanku untuk menembus liang kewanitaan Vina. Kebangkitan birahi Vina makin membara dan mulai memutar-mutarkan pantatnya yang gempal dan bulat seirama dengan jilatan lidahku yang lincah menari-nari di sekitara clitoris dengan sekali-sekali memasukan lidahku ke dalam gua yang gelap gulita. Vina menggelinjang keenakan. Aku begitu merasakan kenikmatan begitupun Vina yang menarik-narik rambutku dengan ganas..., bagai seorang wanita yang sudah lama haus menantikan kenikmatan yang tiada tara itu. "Oohh..., honey masukin cepat kemaluannya", pinta Vina tak sabar sambil menjatuhkan kedua tangannya ke sofa dan menjulurkan pantatnya ke belakang dengan kaki mengangkang.
Kini Vina dalam posisi berdiri menungging kebelakang siap menerima kemaluanku dari belakang. Sleebb..., kemaluanku menembus lorong gelap menuju singgasananya dengan perlahan.
"oouuhh..., nikmat sekali Maass..., terus perlahan Maass..., acchhkk..., jangan berhenti Maass..." Vina memohon lirih, diputar-putarkan pantatnya dari kiri ke kanan dan sebaliknya, sehingga rasa geli menyelimuti kemaluanku yang keluar masuk di liang senggama Vina yang sempit tapi lembut. Aku semakin mengganas tatkala aku dengar desahan Vina yang tiada hentinya.
"Oouugghh..., acchhkk..., yang cepat..., yang keras..., Mass..., Mass..., oouugghh..., Maass...!". Seerr..., terasa basah mengguyur kemaluanku yang masih berdiri tegak dengan panjang 14 Cm dan diameter 3.5 cm itu. Sehingga terdengar bunyi clep..., clep..., liang surga Vina mulai becek, Vina mengeluarkan kemaluanku dan..., slupp..., sluupp..., sstt..., Vina langsung melahap kemaluanku dan mengisap dengan rakusnya, sesekali dia julurkan lidahnya untuk menjilati dua buah biji kemaluanku hingga lubang anus yang membuatku mengelinjang kegelian.
Setelah puas memainkan kemaluanku, sepertinya Vina meminta kembali untuk diserang dan dia menarikku ke kamar mandi hingga ke bath tab dengan memegang kemaluanku.. Aku seperti kerbau dungu yang mau menuruti perintah tuannya, namun jika kerbau yang ditarik hidungnya, tapi aku yang ditarik kemaluanku yang sedang menegang. Vina membuka kran air dingin tanpa air panasnya, jadi terasa dingin sekali tatkala kami berdua menjatuhkan diri kedalam bath tab tersebut..., namun tidak mengecilkan semangat kemaluankku yang masih terus menjulang tegang. Vina menutup air kran setelah bath tab terisi sedikit sekedar membasahi alas bath tab. Vina kembali menjilati kemaluanku..., selangkanganku. Aku tidak mau kalah, akhirnya aku bangkit dan aku tidur kembali membalikkan tubuhku sehingga kepalaku kini berada tepat di depan liang kewanitaan Vina yang telah dari tadi menganga minta dijilat. Dalam keadaan posisi 69, Vina berada di bawah dengan kaki merenggang diangkat ke sisi-sisi bath tab, Vina mengangkat pantatnya sambil digoyang-goyang dengan dengan cepat karena semakin geli oleh jilatan lidahku yang menusuk-nusuk hingga dalam.
"oouuhh...., Maass..., masukin sayang..., aku sudah nggak tahan nich...", Vina mengeluh minta dimasukin.
Akhirnya kami merubah posisi, giliran Vina yang berada di atas, sedang aku di bawah. Dengan posisi berjongkok Vina langsung menangkap kemaluanku dan menuntunnya masuk kedalam lubangnya yang sudah basah dengan campuran madzi dan air kran juga air ludahku. Sleebb..., sleebb..., perlahan Vina menaik-turunkan tubuhnya sambil memegang dadaku yang plontos tanpa bulu sedikitpun. Aku lihat mata Vina merem-melek keenakan sambil mengigit-gigitkan bibirnya yang mungil itu dengan sesekali mendesah. "Aahh..., acchh..., oouucchh..., Mass..., nikmat sekali, kamu hebat mass..., bisa bikin aku puas..., oouuhh! acchh...! uuhh..., baru kali ini aku merasakan kepuasan..., oouugghh...!", Vina mengerang merasakan kenikmatan yang tiada tara. Vina semakin mempercepat gerakannya dan terdengar suara bleb.., bleb.., yang begitu keras antara pantat Vina yang besar dengan pahaku, berpadu dengan suara teriakan Vina yang meminta ampun merasakan ngilu atas gesekan kemaluanku dengan liang kewanitaan Vina.
"Mass..., aku mau keluar lagi..., kita keluarin sama-sama yach say..?", pinta Vina lagi memelas dengan suara sedikit gemetaran menahan rasa nikmat yang segunung.
"uugghh..., honey..., aku mau keluar..., ayo sayang.., lebih cepat, lebih cepat lagi sayang..., ouugghh...!", aku mendengus. "oouuhh..,. aacckkhh...!!", Vina berteriak keras sambil menggaruk dadaku kuat-kuat merasakan kenikmatan dunia yang hebat itu. Cret.., cret.., cret..., cret..., cairan maniku membasahi lubang kenikmatan Vina dan terasa becek sekali, tapi rasa itu menghilang dengan secara mendadak kemaluanku yang masih mendarat di lubang kemaluan Vina dipijit dengan keras oleh liang senggama Vina yang kembang kempis. "Terima kasih ya Mas...., sudah memberi kepuasan kepada Vina" ucapan Vina membisik di telingaku dan Vina langsung terkulai lemas di atas tubuhku dan tanpa sadar dia terbaring lelap dengan keadaan telanjang bulat, indah dan mulus sekali tubuhnya walau sudah 3 kali orgasme, bau aroma True Love-nyapun tetap melekat di tubuhnya. Aku peluk tubuhnya dengan mesra dan akupun mulai tertidur, sebelumnya aku buka penyumbat air bath tab supaya airnya mengalir keluar dan tidak menggenang di dalam bath tub. "Kalau airnya nggak dibuang bisa masuk angin aku..., apalagi dalam keadaan capek begini", pikirku dalam hati
Kamipun tertidur lelap sampai pagi di dalam bath tab. Ternyata Vina wanita yang kawin diusia muda dan melanjutkan kuliah di kota "Y", tapi tidak pernah mendapatkan kepuasan seks dari suaminya, karena kemaluan suaminya lama sekali untuk bangun, sehingga kadang-kadang Vina sudah mencapai 3 kali orgasme sebelum rudal scud suaminya bangun dan masuk ke liang kewanitaan Vina. Jadi masih bisa dihitung baru 5 kali kemaluan suami Vina menyelam ke dalam liang senggama Vina. "Pantes..., memek Vina sempit seperti perawan", pikirku dalam hati. Dan semenjak itu setiap ada tugas ke kota "Y" aku selalu mengambilnya, dan sebelum berangkat aku telepon Vina dahulu.
Rasa ingin tahuku begitu besar, sehingga membuat perutku rasanya menjadi kenyang. Aku coba mengikuti para wanita tersebut dari belakang dan..., woww..., betapa bahenolnya pantat mereka. Sesaat aku berhenti dan..., ternyata mereka adalah pengujung biasa yang hanya ingin latihan fitness.
Beberapa saat aku memperhatikan mereka, dan ketika itu juga terdengar suara wanita menggoda menyapaku "Mau fitness juga Mas?", aku mencoba berbalik badan..., ya ampun!, seorang wanita memakai swimsuit warna pink dengan body yang aduhai dan mempunyai rambut lurus terurai hingga pundak menghampiriku sambil tersenyum.
"Wah senyumnya begitu menggoda pikirku dalam hati", hingga aku sejenak terdiam bagai patung tapi biji mataku berjalan dari atas ke bawah memperhatikan wanita tersebut yang mempunyai kaki begitu panjang dan indah. "Ohh..., tidak!, hanya lihat-lihat saja", jawabku.
"Mas..., dari Jakarta?" wanita tersebut kembali bertanya.
"Iya..., saya sedang tugas ke sini, dan kebetulan saya menginap di hotel ini, anda sendiri sedang apa disini?" aku memberanikan diri balik bertanya.
"Sebenarnya aku ke sini mau fitness, tapi sudah full..., jadi aku mengubah rencana ingin berenang saja, kebetulan kolam renangnya bersebelahan dengan ruangan fitness".
Kesunyian memecahkan pembicaraan kami sejenak..., dan "Oh, ya.., Bambang namaku.., kamu siapa?", aku mencoba berkenalan.
"Namaku Vina..., aku juga orang Jakarta, aku kuliah di sini, aku sering ke hotel ini hanya untuk fitness dan berenang" jawab Vina.
"Kalau begitu kita sama-sama saja ke kolam renang," aku coba mengajak.
"Emang Mas Bambang mau berenang juga", tanya Vina. Aku terkejut sambil menelan ludah..., gawat! aku kan nggak bisa berenang yachh..., ",pikirku dalam hati. "Oh, tidak..., tidak! kamu saja yang berenang, aku pesan makanan dan minuman, kebetulan aku belum sarapan", jawabku sambil memanggil pelayan.
"Oke dech kalau begitu..., Vina sekalian minta minuman berenergi boleh nggak..?".
Langsung aku jawab, "Boleh-boleh..., mau berapa botol?", Byuurr Vina menjatuhkan badannya ke kolam", aku pesan satu botol saja yach...", jawab Vina manja dari dalam kolam.
Setelah 30 menit Vina baru beranjak dari kolam renang dan langsung glek.., glek.., glek.., satu botol kecil minuman berenergi langsung kering diteguk Vina. "Pantas Vina mempunyai body begitu aduhai, dan pasti mempunyai gairah seks yang tinggi", aku mengira-ngira.
"Mas Bambang berapa lama di sini?", tanya Vina sambil mengusap-usap rambutnya dan menjatuhkan pantatnya di kursi malas di sampingku.
"Enggak lama kok, hanya 2 hari" jawabku berbohong, padahal aku harus 1 bulan menetap di kota Y, karena tugas yang akan aku lakukan cukup berat.
Angin sepoi-sepoi mengusap pembicaraan kami berdua, rasanya kami sudah cukup akrab meskipun perkenalan kami baru berlangsung beberapa jam dan tak terasa waktu menunjukan pukul 10 pagi.
"Kamu mandi dan ganti pakaian di kamarku saja", aku memberanikan diri memberi tawaran pada Vina yang sejak tadi melonjorkan badannya dengan tangan ke atas sehingga dengan bebas bulu ketiaknya menari-nari tertiup angin.
"Boleh dech...", jawab Vina singkat. Sampai di kamar, timbul rasa birahiku karena tergoda bentuk tubuh Vina yang menggigit seluruh persendianku.
"Mas..., nanti malam aku boleh ke sini nggak?, karena sekarang aku mau kuliah dulu, Mas juga kan mau tugas dulu kan..?", tanya Vina ketika keluar dari kamar mandi dengan pakaian sudah rapi. Pertanyaan Vina itu sekaligus mengundang ribuan setan mempengaruhi pikiranku mencari akal untuk merayu Vina agar dapat aku setubuhi. "Boleh..., datang saja", jawabku sambil memegang pundak Vina yang mempunyai umur 21 tahun tinggi badan 163 cm. Vina diam saja saat aku pegang pundaknya, malah dia menatapku tajam. Aku tak berdaya akan tatapan matanya yang begitu indah. Suasana hening..., dan perlahan aku goyangkan kepalaku untuk mencoba menyentuh bibirnya.
"Jangan Mas..., aku sudah pakai lipstik, nanti berantakan lagi" jawab Vina menolak dengan halus. Aku jadi penasaran, tapi aku yakin dari tatapan matanya tersembunyi ada kesan frustasi dalam diri Vina, tapi aku tidak mau mencoba berusaha tau ada apa sebenarnya yang terjadi tehadap diri Vina. Karena pikiranku sudah kacau termakan keindahan lekuk tubuh Vina yang begitu menggoda.
"Ting tong..., ting tong..., ting tong...", tepat pukul 7 malam suara bell kamar berbunyi 3 kali, aku segera menghampiri pintu dan saat kubuka..., wuuaahh kulihat Vina berdiri manis dengan mengenakan gaun tipis panjang warna biru muda dengan tali kecil di pundak hingga terlihat anggun. Terlihat bercak dua bulatan BH di dadanya dan celana dalam mungil yang tembus pandang tersorot lampu utama saat aku nyalakan.
"Mau mengajak jalan ke mana yach...? Kalau ke disco tidak mungkin, pasti makan malam, sebab Vina mengenakan pakaian resmi untuk pesta", dalam hati aku bertanya-tanya.
"Silakan masuk..., aku masih pakai handuk dan mau ganti pakaian dulu, aku baru selesai mandi", jawabku sambil menarik tangan Vina yang mulus putih bersih.
"Blaakk!" pintu kamar kututup dan..., terkejut aku tiba-tiba jemari lentik nan lembut memegang jemariku yang kasar yang setiap hari memegang obeng dan solder ketika aku mengunci pintu. Aku berbalik badan dan sambil berdiri langsung aku belai rambut Vina yang halus lurus terurai..., aku teruskan belaianku ke wajah Vina yang berbentuk oval dan terlihat ada rasa penyesalan bercampur keputus-asaan juga keinginan untuk melakukan persetubuhan yang paling melekat..., kulanjutkan belaianku menyusuri pundak..., "Ohh Mas...", jawab Vina lirih sambil memejamkan matanya isyarat meminta untuk dicium. Aku tatap bibirnya tidak berwarna merah muda lagi saat Vina pakai di siang hari tadi, mungkin ini menandakan aku boleh menciumnya. Aku dekap Vina dengan mesra seperti layaknya seorang istri di malam pertama. Dengan lembut aku hunjamkan ciuman dengan deras ke bibir Vina yang tipis menggoda. Tak disangka..., Vina membalas dengan menjulurkan lidahnya kedalam mulutku dan memainkannya dengan lihai. Aku segera membelai dan menciumi tengkuk leher panjang Vina sampai pundak dan..., ting..!, aku lepas tali gaunnya, hingga gaun terusan sampai kaki itu terjatuh ke lantai.
Kini hanya BH ukuran 36B tanpa tali ke pundak yang ada di hadapanku siap aku mangsa. "Ahh..., ouuhh..., Mass..., beri aku kepuasan.." terdengar suara Vina meminta dengan pasrah yang saat itu juga terdengar degupan jantung Vina yang berdetak keras dengan nafas terengah-engah apalagi disaat aku mencoba membuka BH-nya yang yang tipis berwarna putih. Wooww..., indah sekali buah dada Vina yang menonjol ke depan dengan puting kecil dan dikelilingi aurora yang kecil pula dan penuh kehangatan itu.
"oouuhh..., Mass..., isap..., isap dong Mass..." pinta Vina memelas.
Aku langsung melahap dua buah gunung kembar itu dengan hisapan dan jilatan yang liar sehingga membangunkan kemaluanku yang bersembunyi di balik handuk, sepertinya kemaluankupun sudah tidak sabar menggedor-gedor dan menjatuhkan handuk hingga aku kini telanjang bulat. Aku semakin gencar melancarkan serangan ke seluruh tubuh Vina yang wangi khas parfum true love, aku meremas buah dada kiri Vina dan menjilati buah dada kanan Vina sambil memeluk dan mengelus-eluskan tanganku di punggung Vina sampai ke pantat. Vina mendengus keenakan dan membuang kepalanya ke belakang dengan otomatis dadanya membusung ke depan dan makin tampak pula keindahan buah dadanya yang menonjol membesar. "Terus Mass..., ouugghh..., yang keras isapnya Mass...", Vina memaksa.
Perlahan aku pelorotkan celana dalam Vina yang tipis berwarna putih dan berbunga di tengahnya hingga dengkul dan tanpa dikomando aku telah benamkan kepalaku di hadapan liang kewanitaan Vina yang tersembunyi dibalik bulu-bulu halus yang lebat tak terkira. Ohh..., honey..., please go on..., ouuhh..., sepertinya Vina kurang bebas, akhirnya dia pelorotkan sendiri celana dalamnya sampai kini dia benar-benar bugil tanpa sehelai benangpun menempel di tubuh indahnya itu. Sambil berdiri Vina membuka kakinya lebar-lebar untuk menyerahkan lubang kenikmatannya yang menganga agar segera dijilat.
"sstt..., sluupp..., eehhmm..., ohh... Vina betapa sempitnya memekmu", pikirku yang terus membungkuk dan menjilati clitoris Vina yang nangkring di pintu gua yang penuh misterius namun penuh kenikmatan itu.
"uugghh..., oouuhh..., eehhmm..." Vina mendesah dan..., sseerr..., cairan madzi membanjiri liang kewanitaan yang membuatku semakin mudah meluncurkan kemaluanku untuk menembus liang kewanitaan Vina. Kebangkitan birahi Vina makin membara dan mulai memutar-mutarkan pantatnya yang gempal dan bulat seirama dengan jilatan lidahku yang lincah menari-nari di sekitara clitoris dengan sekali-sekali memasukan lidahku ke dalam gua yang gelap gulita. Vina menggelinjang keenakan. Aku begitu merasakan kenikmatan begitupun Vina yang menarik-narik rambutku dengan ganas..., bagai seorang wanita yang sudah lama haus menantikan kenikmatan yang tiada tara itu. "Oohh..., honey masukin cepat kemaluannya", pinta Vina tak sabar sambil menjatuhkan kedua tangannya ke sofa dan menjulurkan pantatnya ke belakang dengan kaki mengangkang.
Kini Vina dalam posisi berdiri menungging kebelakang siap menerima kemaluanku dari belakang. Sleebb..., kemaluanku menembus lorong gelap menuju singgasananya dengan perlahan.
"oouuhh..., nikmat sekali Maass..., terus perlahan Maass..., acchhkk..., jangan berhenti Maass..." Vina memohon lirih, diputar-putarkan pantatnya dari kiri ke kanan dan sebaliknya, sehingga rasa geli menyelimuti kemaluanku yang keluar masuk di liang senggama Vina yang sempit tapi lembut. Aku semakin mengganas tatkala aku dengar desahan Vina yang tiada hentinya.
"Oouugghh..., acchhkk..., yang cepat..., yang keras..., Mass..., Mass..., oouugghh..., Maass...!". Seerr..., terasa basah mengguyur kemaluanku yang masih berdiri tegak dengan panjang 14 Cm dan diameter 3.5 cm itu. Sehingga terdengar bunyi clep..., clep..., liang surga Vina mulai becek, Vina mengeluarkan kemaluanku dan..., slupp..., sluupp..., sstt..., Vina langsung melahap kemaluanku dan mengisap dengan rakusnya, sesekali dia julurkan lidahnya untuk menjilati dua buah biji kemaluanku hingga lubang anus yang membuatku mengelinjang kegelian.
Setelah puas memainkan kemaluanku, sepertinya Vina meminta kembali untuk diserang dan dia menarikku ke kamar mandi hingga ke bath tab dengan memegang kemaluanku.. Aku seperti kerbau dungu yang mau menuruti perintah tuannya, namun jika kerbau yang ditarik hidungnya, tapi aku yang ditarik kemaluanku yang sedang menegang. Vina membuka kran air dingin tanpa air panasnya, jadi terasa dingin sekali tatkala kami berdua menjatuhkan diri kedalam bath tab tersebut..., namun tidak mengecilkan semangat kemaluankku yang masih terus menjulang tegang. Vina menutup air kran setelah bath tab terisi sedikit sekedar membasahi alas bath tab. Vina kembali menjilati kemaluanku..., selangkanganku. Aku tidak mau kalah, akhirnya aku bangkit dan aku tidur kembali membalikkan tubuhku sehingga kepalaku kini berada tepat di depan liang kewanitaan Vina yang telah dari tadi menganga minta dijilat. Dalam keadaan posisi 69, Vina berada di bawah dengan kaki merenggang diangkat ke sisi-sisi bath tab, Vina mengangkat pantatnya sambil digoyang-goyang dengan dengan cepat karena semakin geli oleh jilatan lidahku yang menusuk-nusuk hingga dalam.
"oouuhh...., Maass..., masukin sayang..., aku sudah nggak tahan nich...", Vina mengeluh minta dimasukin.
Akhirnya kami merubah posisi, giliran Vina yang berada di atas, sedang aku di bawah. Dengan posisi berjongkok Vina langsung menangkap kemaluanku dan menuntunnya masuk kedalam lubangnya yang sudah basah dengan campuran madzi dan air kran juga air ludahku. Sleebb..., sleebb..., perlahan Vina menaik-turunkan tubuhnya sambil memegang dadaku yang plontos tanpa bulu sedikitpun. Aku lihat mata Vina merem-melek keenakan sambil mengigit-gigitkan bibirnya yang mungil itu dengan sesekali mendesah. "Aahh..., acchh..., oouucchh..., Mass..., nikmat sekali, kamu hebat mass..., bisa bikin aku puas..., oouuhh! acchh...! uuhh..., baru kali ini aku merasakan kepuasan..., oouugghh...!", Vina mengerang merasakan kenikmatan yang tiada tara. Vina semakin mempercepat gerakannya dan terdengar suara bleb.., bleb.., yang begitu keras antara pantat Vina yang besar dengan pahaku, berpadu dengan suara teriakan Vina yang meminta ampun merasakan ngilu atas gesekan kemaluanku dengan liang kewanitaan Vina.
"Mass..., aku mau keluar lagi..., kita keluarin sama-sama yach say..?", pinta Vina lagi memelas dengan suara sedikit gemetaran menahan rasa nikmat yang segunung.
"uugghh..., honey..., aku mau keluar..., ayo sayang.., lebih cepat, lebih cepat lagi sayang..., ouugghh...!", aku mendengus. "oouuhh..,. aacckkhh...!!", Vina berteriak keras sambil menggaruk dadaku kuat-kuat merasakan kenikmatan dunia yang hebat itu. Cret.., cret.., cret..., cret..., cairan maniku membasahi lubang kenikmatan Vina dan terasa becek sekali, tapi rasa itu menghilang dengan secara mendadak kemaluanku yang masih mendarat di lubang kemaluan Vina dipijit dengan keras oleh liang senggama Vina yang kembang kempis. "Terima kasih ya Mas...., sudah memberi kepuasan kepada Vina" ucapan Vina membisik di telingaku dan Vina langsung terkulai lemas di atas tubuhku dan tanpa sadar dia terbaring lelap dengan keadaan telanjang bulat, indah dan mulus sekali tubuhnya walau sudah 3 kali orgasme, bau aroma True Love-nyapun tetap melekat di tubuhnya. Aku peluk tubuhnya dengan mesra dan akupun mulai tertidur, sebelumnya aku buka penyumbat air bath tab supaya airnya mengalir keluar dan tidak menggenang di dalam bath tub. "Kalau airnya nggak dibuang bisa masuk angin aku..., apalagi dalam keadaan capek begini", pikirku dalam hati
Kamipun tertidur lelap sampai pagi di dalam bath tab. Ternyata Vina wanita yang kawin diusia muda dan melanjutkan kuliah di kota "Y", tapi tidak pernah mendapatkan kepuasan seks dari suaminya, karena kemaluan suaminya lama sekali untuk bangun, sehingga kadang-kadang Vina sudah mencapai 3 kali orgasme sebelum rudal scud suaminya bangun dan masuk ke liang kewanitaan Vina. Jadi masih bisa dihitung baru 5 kali kemaluan suami Vina menyelam ke dalam liang senggama Vina. "Pantes..., memek Vina sempit seperti perawan", pikirku dalam hati. Dan semenjak itu setiap ada tugas ke kota "Y" aku selalu mengambilnya, dan sebelum berangkat aku telepon Vina dahulu.
Kisah ni berawal dari kesukaanku yang suka chatting. Pada waktu itu aku elihat nama yaitu Lina. tanpa basa-basi aku berkenalan dengan dia. kita ngbrol2 panjang lebar sampai2 perkataan kita tidak terkontrol. Lalu aku bertanya apakah kamu pernah phone sex? dan dya pun menjawab “ngpain phonesex gak enak ya kan lebih enak langsung ML gtu..”. Wah anak ini ternyata hebat juga ya dalam hatiku. Lalu kita saling bertukaran No.tlp. dan kita pun saling bercerita2. lalu aku rayu2 dya agar mau aku ajak ML. Pertamanya dya gak mw tp aku rayu2 ternyata mau dan kita janjian bertemu di salah satu Monumen di tengah Kota Surabaya. Wah ternyata chattingQ gak sia2 cz dia anknya cantik, manis, dan yang pasti toketnya pas untuk tangan yang pengen remes toketnya yang imut itu. Lalu akhirnya qta berdua mencari hotel dan ketemulah hotel tersebut yang berada disamping salah satu tempat Mall yang terbesar di Surabaya. Lalu kita check in langsung dan masuk kamar. Pertama dia menelpon seorang cowok dan ternyata itu cowoknya. Alamak aku akan ML dengan cewek yang sudah pnya cowok tapi gpplah yang penting aku bisa ML ma dia. Dhit Knp kok bengong gtu ayo lepas bjumu itu kita mandy bareng gtu”ujar Lina yang udah ga sbar itu. Tanpa basa-basi dya copot semua pakainQ dan q pun bgil lalu q pun juga ikut mncopoti semua pkaian dia tanpa tersisa satupun. dan WAWW. . .toketnya yang imut itu mengundang nafsu birahiQ yang sudah mulai naik. Lalu tangan nakalQ nie ga bsa di ajak kompromi dan q pun lgsg meremas toketnya dan dia langsung kaget. “adhit kan kita mau mandi ntar az ya qta maennya”ujar Lina. yawdah qt lgsg az mandi berdua. aku ambilkan sabun lalu aku gsok2kan di toketnya yang putingnya itu uwdah tegang bgd yang berwarna coklat itu.”ahhhh sssstttt Geli aDhitQ sayang…..aaaaahhhhhhhhh …..ooogghhh…sssssttt…”erangan Lina semakin menjadi ketika sabun itu q usap2 ke memek lina yang ckup chubby tersebut aaaahhhh….enK bgd nie dit…apalgi klo tgkatmu masuk pzty enak bgd dhit….aaahhhhh….ssssssssttttttt….Lalu dia juga gak sabar dia pun lgsg menyabuni tgkatQ yang uwdah tegang nie…aaahhh…..eeennnkk bgd sayang…aaaahhhh”erangan desahanQ. Setelah qta selesai mdy qta sma2 mngeringkan bdan qta yg bsah abiz ndy itu…
Lalu qta sama2 ke tmpt tdur dalam keadaan bugil terus dia rayu2 q dengan tgnnya yang mengelus2 badanQ. Tanpa byk bicara lgsg q daratkan kecupan dibibirnya dan qt saling bercumbu. Lalu q ciumin kelehernya lalu kebawah terus mnuju toketnya yang imut itu. aaaauuuu,,,,……..ssssslllluuupppzzzz….ssssllllluuupppzzzz….q sedot2 putingnya itu. aaahhhhh adhit nakal tpi enk bgd kok aaaaaaaaahhhhhhhhhh…..sssssssttttttt desahannya yang begitu menggoda. Adhit sayang emut2 terus ya n remes2 juga toket lina ni. lalu q pun meremas kedua toket tersebut yang sangat kencang. Lalu kita merubah gaya menjadi 69. Dia pun lgsg mengulum tgkatQ dengan nafsunya..aaaauuuummmm….ssslllluupppzzz.. gmn enk ga sayang?? Q pun jawab enk bgd say. Lalu q pun tidak mw kalah q emut2 juga memeknya itu yang uwdah bsah dengan cairan yg kluar dari vagina lina..ssssssllllluuuuuuuppppppppzzzzzzzz…….ssslllouuuppzzzz….aaahhhhhh geLi yank desahan Lina. Lalu qt uwdah puas saling emut. Lgsg deh dia terbaring dan lgsg az tgkatQ nie Q tancapkan ke memeknya. Pelan-peLan ya sayank” tanya Lia. Iya LinaQ sayank Q pelan2 kok.SSSlleeppzzz…..ssllleepppzzz aaahhh ckit sayyy…erangan Lina. Wah ternyata memeknya smpit bgd jd q harus pelan2 mskin tgkatQ nie…aaaahhhhhh….ooooggghhhh… tpi enk kok say agak cepat ya yank…”ujar Lina. lalu q percepat sdokanQ dan dia pun mengerang2 tapi nikmat bgd…aaaahhhhh…tttrrruuussss yyyaannkk enkk bgd kkokk yyaannkk….aaahhhhhhhh….yyeeeesss…..aaahhhhh…ooowwwwgggghhh…”desahan Lina yang uwdah mengebu-gebu. Yank kita gani gaya yank Q diatas chayank dibwah ya??”ujar Lina. q jwab iya. Q sebenarnya pengen dia az yang kreatif gitu. Lalu dia naik diatasQ dan TgkatQ dia gsek2kin ke memeknya yg bsah itu…aaaaaahhhhhh….oooowwwgggghhhh….Q genjot ya sayank…..aaaahhhhhh….yyeeesss. . . yyeeesssss…..aahhhhhh gmn yank genjotan Lina enk kan?”tanya Lina. Iya enk bgd terus az ssaayyyy…smbil goyang ya..”tanyaQ. aaaaahhhhhh……..oooowwwwhhhh…ooooooooooooooooggggggghhhhh……….yyeeeessssssssssssss………mpok….pok…..pok bunyi pantat Lina bertabrakan dengan tubuhQ aaaahhhhhh….ooooooowwwwgggghhhhh…..Lina ssaayyyaannkk q mw KKlluuaarr nniieee…. .Kluarin didalam jga gpp kok yank…Tanpa bisa q bendung spermaQ yang panas itu akhirnya kluar seiring orgasme Lina aaaaaaaaahhhhhhh….kluar yaannkk… iya Q jg kluar aaaaahhhhhhh………ooooooooooowwwwwwwwwgggggghhhhhhhh…. Dia beranjak dari gaya qta itu dan dia lgsg mengulum batang TgkatQ yang masih ad spermanya itu….aaauuuuuuummmmmmm……..sssssssssllllluuuuuupppppppppppppppzzzzz…..ssssllluuuppzzzz…sssslllluuuppppzzz… dan Akhirnya pun kita lemas. Adhit ternyata hebat ya daripada co.Q. Q puas banged Ml ma adhit”ujar Lina.Q juga enk bgd ML ma Lina. Lalu qt tertidur dalam keadaan masih btlanjang bulat. Lalu wktu sudah menunjukkan jam 7 Mlm dan q harus cpt2 ke kampus soalnya ada kuliah. dan Lina pun terbangun dan qt sama2 berpaikain lalu mngglkan hotel tersebut dengsn perasaan seng. Adhit kpn2 Qt maen Lgy ya?”tanya Lina padaQ. Oh tentu saja qt kpn2 maen lagi kok. Dan sampe skg pun qt sering bgd ML gtu hehehe. . .
Lalu qta sama2 ke tmpt tdur dalam keadaan bugil terus dia rayu2 q dengan tgnnya yang mengelus2 badanQ. Tanpa byk bicara lgsg q daratkan kecupan dibibirnya dan qt saling bercumbu. Lalu q ciumin kelehernya lalu kebawah terus mnuju toketnya yang imut itu. aaaauuuu,,,,……..ssssslllluuupppzzzz….ssssllllluuupppzzzz….q sedot2 putingnya itu. aaahhhhh adhit nakal tpi enk bgd kok aaaaaaaaahhhhhhhhhh…..sssssssttttttt desahannya yang begitu menggoda. Adhit sayang emut2 terus ya n remes2 juga toket lina ni. lalu q pun meremas kedua toket tersebut yang sangat kencang. Lalu kita merubah gaya menjadi 69. Dia pun lgsg mengulum tgkatQ dengan nafsunya..aaaauuuummmm….ssslllluupppzzz.. gmn enk ga sayang?? Q pun jawab enk bgd say. Lalu q pun tidak mw kalah q emut2 juga memeknya itu yang uwdah bsah dengan cairan yg kluar dari vagina lina..ssssssllllluuuuuuuppppppppzzzzzzzz…….ssslllouuuppzzzz….aaahhhhhh geLi yank desahan Lina. Lalu qt uwdah puas saling emut. Lgsg deh dia terbaring dan lgsg az tgkatQ nie Q tancapkan ke memeknya. Pelan-peLan ya sayank” tanya Lia. Iya LinaQ sayank Q pelan2 kok.SSSlleeppzzz…..ssllleepppzzz aaahhh ckit sayyy…erangan Lina. Wah ternyata memeknya smpit bgd jd q harus pelan2 mskin tgkatQ nie…aaaahhhhhh….ooooggghhhh… tpi enk kok say agak cepat ya yank…”ujar Lina. lalu q percepat sdokanQ dan dia pun mengerang2 tapi nikmat bgd…aaaahhhhh…tttrrruuussss yyyaannkk enkk bgd kkokk yyaannkk….aaahhhhhhhh….yyeeeesss…..aaahhhhh…ooowwwwgggghhh…”desahan Lina yang uwdah mengebu-gebu. Yank kita gani gaya yank Q diatas chayank dibwah ya??”ujar Lina. q jwab iya. Q sebenarnya pengen dia az yang kreatif gitu. Lalu dia naik diatasQ dan TgkatQ dia gsek2kin ke memeknya yg bsah itu…aaaaaahhhhhh….oooowwwgggghhhh….Q genjot ya sayank…..aaaahhhhhh….yyeeesss. . . yyeeesssss…..aahhhhhh gmn yank genjotan Lina enk kan?”tanya Lina. Iya enk bgd terus az ssaayyyy…smbil goyang ya..”tanyaQ. aaaaahhhhhh……..oooowwwwhhhh…ooooooooooooooooggggggghhhhh……….yyeeeessssssssssssss………mpok….pok…..pok bunyi pantat Lina bertabrakan dengan tubuhQ aaaahhhhhh….ooooooowwwwgggghhhhh…..Lina ssaayyyaannkk q mw KKlluuaarr nniieee…. .Kluarin didalam jga gpp kok yank…Tanpa bisa q bendung spermaQ yang panas itu akhirnya kluar seiring orgasme Lina aaaaaaaaahhhhhhh….kluar yaannkk… iya Q jg kluar aaaaahhhhhhh………ooooooooooowwwwwwwwwgggggghhhhhhhh…. Dia beranjak dari gaya qta itu dan dia lgsg mengulum batang TgkatQ yang masih ad spermanya itu….aaauuuuuuummmmmmm……..sssssssssllllluuuuuupppppppppppppppzzzzz…..ssssllluuuppzzzz…sssslllluuuppppzzz… dan Akhirnya pun kita lemas. Adhit ternyata hebat ya daripada co.Q. Q puas banged Ml ma adhit”ujar Lina.Q juga enk bgd ML ma Lina. Lalu qt tertidur dalam keadaan masih btlanjang bulat. Lalu wktu sudah menunjukkan jam 7 Mlm dan q harus cpt2 ke kampus soalnya ada kuliah. dan Lina pun terbangun dan qt sama2 berpaikain lalu mngglkan hotel tersebut dengsn perasaan seng. Adhit kpn2 Qt maen Lgy ya?”tanya Lina padaQ. Oh tentu saja qt kpn2 maen lagi kok. Dan sampe skg pun qt sering bgd ML gtu hehehe. . .
Nama saya James. Sekarang saya kuliah di US. Kejadian ini waktu saya masih SMA di Jakarta. Waktu itu saya sudah punya pacar namanya Sisti. Kita sudah pacaran kurang lebih 2 tahun semenjak awal masuk SMA di Bandung. Gara-gara saya berantem sama kepala sekolah akhirnya saya pindah ke Jakarta. Hubungan kita masih lancar-lancar saja waktu itu. Kalau nggak saya yang telepon kadang dia. Dan kalau saya kangen, pulang sekolah langsung cabut ke Bandung untuk menengok dia, pagi-pagi jam 2 langsung dari Bandung ke sekolah lagi. Soal menginap, biasanya saya sering tidur di kamarnya kalau di rumah sepi banget. Ibunya sih sudah liberal banget, maklum blasteran bule. Masih muda banget tuh ibunya. Waktu itu masih 35 tahun, kadang malah kalau jalan sama saya berdua menemani dia belanja disangka teman-teman.. "Eh James, siapa tuh cewek loe, tua amat?" Hahahahhaha.. dia punya anak dua, kembar, Sisti dan Siska. Kembar, putih, tinggi, lucu, soal body nggak usah saya ceritakan deh, tahu Jeniffer Lopez? nah kayak gitu tuh si kembar. Siska juga sudah punya pacar kebetulan sobat saya juga.
Hubungan kita sudah dekat banget. Sejak awal memang saya sudah "ngeseks" sama dia. Dan orang tuanya sama saya sudah nggak ada masalah kalau misalnya salah satu datang terus menginap (soal "ngeseks" nggak tahu tentu saja). Ceritanya nich kembar berdua datang ke Jakarta mau belanja. Jadi minta ditemani oleh saya untuk jalan-jalan keliling Jakarta. Kebetulan di Jakarta rumah mereka lagi direnovasi. Saya suruh saja menginap di rumah saya. Lagian orang tua saya lagi pergi, jadi kosong. "Ok deh", kata mereka. Malamnya terus kita jalan-jalan ke Zanzibar, janjian sama teman. Saya nggak berani minum banyak-banyak soalnya pulangnya nyetir. Tapi tuh si kembar dicekokin sama teman-teman banyak banget sampai nggak kepalang maboknya. Akhirnya jam 4 kita pulang dan setelah berusaha keras merayu Siska buat turun joget-joget dari meja, terus menggotong Sisti ke mobil bla.. bla.. bla.. sampai deh di rumah. Sampai di kamar akhirnya tanpa ba bi Bu lagi kita langsung tidur bertiga, biarpun AC jalan tapi gara-gara mabok tetap saja kepanasan. Akhirnya saya buka celana panjang saya hingga tinggal CD saja, terus saya menggeletak di tengah-tengah mereka. Tapi berhubung kepala saya pusing dan tahu dong, kalau mabok bawaannya tegang mulu. Saya mulai meraba-raba Sisti (biar mabok tapi saya bisa bedain pacar saya yang mana).
Pertama-tama saya selipkan tangan saya kedalam kemejanya. Terus jemari saya menjelajah kemana-mana di dalam BH-nya. Lama banget saya memainkan putingnya, dipelintir-pelintir terus dielus-elus lagi. "James.. buka saja belakangnya biar lega", kata Sisti tiba-tiba. "Tapi jangan ribut ya, nggak enak sama Siska, lagian kamu gila ya.. sodaraku disebelah!" bisiknya. "Ah biar saja, kamu juga mau khan.." kata saya nggak sabar sambil melepaskan tali BH-nya sama buka kemejanya, habis itu saya cium-ciumi payudaranya, kadang-kadang saya jilat-jilat pentilnya pakai lidah membuat lingkaran di buah dadanya. Kemudian naik lagi ke lehernya, saya cium-ciumi belakang kupingnya sampai si Sisti menggelinjang-gelinjang. Lalu turun lagi ke bawah mencium-ciumi ujung dadanya yang merah kecil sambil saya cubit-cubit kecil ujung satunya dengan tangan kanan saya. "Sudah James.. cepet donk.. buka celanaku sudah nggak kuat nih, ahh James.. tega ih kamu! jangan lama-lama dong say..!" Karena saya juga nggak tahan, saya buka juga celana hipster hitamnya sekalian sama celana dalamnya. Terus terang saya paling suka memainkan kelentit wanita, bukan karena nikmat tapi saya suka banget lihat tampang mereka kalau dimainin pakai lidah terus bibir vaginanya digigit-gigit, sepertinya kejatuhan surga, nikmat banget.
Sekitar sepuluh menit saya memainkan vaginanya sampai kepala saya didekap sama kakinya, keras banget. Tangannya mendorong-dorong kepala saya buat menjilat lebih dalam lagi. "Jamess, masukiin dongg! cepet!" katanya. "Mm.. tapi basahin dulu punyaku.. mau nggak?" kata saya. "Iya.. sini Sisti isepp!" Akhirnya kita tukar posisi, saya di bawah dan dia mulai menghisap penis saya. Biarpun saya sering senggama sama wanita lain, kalau soal menghisap kayaknya cewek saya masih paling jago. Penis saya sih nggak panjang-panjang amat hanya 15 cm tapi gede dan berhubung bibir cewek saya kecil jadi dia rada-rada kesusahan buat menghisapnya. Ujungnya sama dia dijilat-jilat dulu terus dimasukan sebagian. di dalamnya sama Sisti dimainkan pakai lidah, dikeluarkan lagi, dihisap lagi sampai ke ujungnya terus didiamkan di mulutnya. Yang membuat saya paling nggak kuat kalau sama dia penis saya dikenyot-kenyot kayak menghisap jolly. Serasa isinya mau keluar semua. Saking saya keenakan sampai nggak sadar tangan saya pegang kepalanya buat menahan agar penis saya nggak dikeluarkan dari mulutnya. "Aahh mm.. teruss sayangg!" desah saya sambil masih menahan kepalanya, kayaknya dia sudah mulai kesusahan napas.
Tiba-tiba bibir saya dicium dan begitu buka mata ternyata Siska. Dia ternyata kebangun mendengar erangan kita tapi diam saja, tapi nggak kuat juga akhirnya. Saya cium juga dia. "James, jahat ih kamu berdua.. nggak mikir apa aku lagi bobo?" katanya. "Sis.. sorry habis sudah konak neh.." "Tahu nggak James jadinya.. Siska khan jadinya horny banget!" "Ok deh Sis.. ma'ap.. jadi mesti gimana dong?" "mm.. kamu cium-cium punyaku kayak ke Sisti lagi dong? mau nggak?" "Ok.. buka gih celananya aku isepin sini.." Siska buka celana sama kaosnya, terus naik ke atas mukaku. Sisti ternyata nggak keberatan, sama-sama sudah horny berat sih berdua. Akhirnya kita main threesome, saya hisap vagina Siska terus Sisti naik ke penis saya. "Aahh Jamess.. emang kamu top banget deh.. teruss jilat itunya sayang..!"
Enggak lama kita tukar posisi, saya suruh Sisti tiduran, terus Siska saya minta telungkup. Jadi saya masukin penis saya lewat belakang (doggy style), ahh ternyata nggak kalah sama vagina kembarannya, sama-sama masih rapat! Sambil saya mensetubuhi si Siska, tangan saya menjelajah vagina Sisti, saya masukan jari tengah saya kedalam sambil jari saya yang lain mulai berusaha memegang analnya, saya nggak pernah senggama lewat anal cuma kalau sekarang pegang-pegang doang sih sering, nambah sensasi. Ternyata saking keenakan, mereka berdua ciuman, sambil tangannya memegang payudara kembarannya, saya jadi tambah napsu sekali melihatnya. Akhirnya saya pindah ke Sisti, saya angkat salah satu kakinya terus saya masukan penis saya dari samping. Huwii, ini salah satu favorit saya juga. Enggak kebayang rasanya paha saya kegesek-gesek sama pahanya, terus penis saya masuk lewat pinggirnya, rasanya lain banget daripada saya di atas. Siska kemudian mulai memainkan lidahnya di payudara Sisti sambil memegang vaginanya. "Ahh Jammess bentar lagi sayangg.. aahh.." ternyata Sisti sudah sampai klimaks, saya pindah untuk melakukan hal yang sama-sama Siska cuma kali ini saya minta dia membalikkan badan sambil tiduran, terus saya masukan dari belakang. "Aahh Jamess tegaa ih kamu.. nikmat banget tuhh truss truss!" "Siska.. rapetin kaki kamu donk.. iya gitu sayang..!" Ini posisi yang buat saya cepat keluar. Kakinya dirapatkan terus saya kocok-kocok dari belakangnya. "Siska aku mau keluar nich.. di dalem yaa.." kata saya. "Jangan Jamess!" kata Siska. "Sini aku isep saja ya.. dikeluarin di mulut Siska!" saya masukan ke mulutnya, ternyata Sisti juga nggak mau kalah, yang ada kayak rebutan. Gila juga ternyata Siska menghisapnya. Sambil menghisap tangannya mengocok-ngocok penis saya. Sisti lagi menciumi biji saya. "Ahh Siss.. Jamess keluarr nichh!" Akhirnya saya keluarkan sperma saya di mulutnya sambil saya tahan kepalanya dia agar menghisap terus..
Selesai itu kita bertiga langsung tidur kecapaian. Pagi-paginya bangun, yang ada malah cekikikan. "Eh Siska bandel ya! ngapain saja sama si Aryo kalau berdua yo hahahah", goda saya sama Sisti. "Ah kalian juga sama hihihihhih", katanya.
Lain kali saya ceritakan pengalaman saya sama pacar saya yang lain, juga sama ibuya. Sorry kalau saya ceritanya rada-rada ngelantur kemana-mana, tapi ini kejadian benar.
Hubungan kita sudah dekat banget. Sejak awal memang saya sudah "ngeseks" sama dia. Dan orang tuanya sama saya sudah nggak ada masalah kalau misalnya salah satu datang terus menginap (soal "ngeseks" nggak tahu tentu saja). Ceritanya nich kembar berdua datang ke Jakarta mau belanja. Jadi minta ditemani oleh saya untuk jalan-jalan keliling Jakarta. Kebetulan di Jakarta rumah mereka lagi direnovasi. Saya suruh saja menginap di rumah saya. Lagian orang tua saya lagi pergi, jadi kosong. "Ok deh", kata mereka. Malamnya terus kita jalan-jalan ke Zanzibar, janjian sama teman. Saya nggak berani minum banyak-banyak soalnya pulangnya nyetir. Tapi tuh si kembar dicekokin sama teman-teman banyak banget sampai nggak kepalang maboknya. Akhirnya jam 4 kita pulang dan setelah berusaha keras merayu Siska buat turun joget-joget dari meja, terus menggotong Sisti ke mobil bla.. bla.. bla.. sampai deh di rumah. Sampai di kamar akhirnya tanpa ba bi Bu lagi kita langsung tidur bertiga, biarpun AC jalan tapi gara-gara mabok tetap saja kepanasan. Akhirnya saya buka celana panjang saya hingga tinggal CD saja, terus saya menggeletak di tengah-tengah mereka. Tapi berhubung kepala saya pusing dan tahu dong, kalau mabok bawaannya tegang mulu. Saya mulai meraba-raba Sisti (biar mabok tapi saya bisa bedain pacar saya yang mana).
Pertama-tama saya selipkan tangan saya kedalam kemejanya. Terus jemari saya menjelajah kemana-mana di dalam BH-nya. Lama banget saya memainkan putingnya, dipelintir-pelintir terus dielus-elus lagi. "James.. buka saja belakangnya biar lega", kata Sisti tiba-tiba. "Tapi jangan ribut ya, nggak enak sama Siska, lagian kamu gila ya.. sodaraku disebelah!" bisiknya. "Ah biar saja, kamu juga mau khan.." kata saya nggak sabar sambil melepaskan tali BH-nya sama buka kemejanya, habis itu saya cium-ciumi payudaranya, kadang-kadang saya jilat-jilat pentilnya pakai lidah membuat lingkaran di buah dadanya. Kemudian naik lagi ke lehernya, saya cium-ciumi belakang kupingnya sampai si Sisti menggelinjang-gelinjang. Lalu turun lagi ke bawah mencium-ciumi ujung dadanya yang merah kecil sambil saya cubit-cubit kecil ujung satunya dengan tangan kanan saya. "Sudah James.. cepet donk.. buka celanaku sudah nggak kuat nih, ahh James.. tega ih kamu! jangan lama-lama dong say..!" Karena saya juga nggak tahan, saya buka juga celana hipster hitamnya sekalian sama celana dalamnya. Terus terang saya paling suka memainkan kelentit wanita, bukan karena nikmat tapi saya suka banget lihat tampang mereka kalau dimainin pakai lidah terus bibir vaginanya digigit-gigit, sepertinya kejatuhan surga, nikmat banget.
Sekitar sepuluh menit saya memainkan vaginanya sampai kepala saya didekap sama kakinya, keras banget. Tangannya mendorong-dorong kepala saya buat menjilat lebih dalam lagi. "Jamess, masukiin dongg! cepet!" katanya. "Mm.. tapi basahin dulu punyaku.. mau nggak?" kata saya. "Iya.. sini Sisti isepp!" Akhirnya kita tukar posisi, saya di bawah dan dia mulai menghisap penis saya. Biarpun saya sering senggama sama wanita lain, kalau soal menghisap kayaknya cewek saya masih paling jago. Penis saya sih nggak panjang-panjang amat hanya 15 cm tapi gede dan berhubung bibir cewek saya kecil jadi dia rada-rada kesusahan buat menghisapnya. Ujungnya sama dia dijilat-jilat dulu terus dimasukan sebagian. di dalamnya sama Sisti dimainkan pakai lidah, dikeluarkan lagi, dihisap lagi sampai ke ujungnya terus didiamkan di mulutnya. Yang membuat saya paling nggak kuat kalau sama dia penis saya dikenyot-kenyot kayak menghisap jolly. Serasa isinya mau keluar semua. Saking saya keenakan sampai nggak sadar tangan saya pegang kepalanya buat menahan agar penis saya nggak dikeluarkan dari mulutnya. "Aahh mm.. teruss sayangg!" desah saya sambil masih menahan kepalanya, kayaknya dia sudah mulai kesusahan napas.
Tiba-tiba bibir saya dicium dan begitu buka mata ternyata Siska. Dia ternyata kebangun mendengar erangan kita tapi diam saja, tapi nggak kuat juga akhirnya. Saya cium juga dia. "James, jahat ih kamu berdua.. nggak mikir apa aku lagi bobo?" katanya. "Sis.. sorry habis sudah konak neh.." "Tahu nggak James jadinya.. Siska khan jadinya horny banget!" "Ok deh Sis.. ma'ap.. jadi mesti gimana dong?" "mm.. kamu cium-cium punyaku kayak ke Sisti lagi dong? mau nggak?" "Ok.. buka gih celananya aku isepin sini.." Siska buka celana sama kaosnya, terus naik ke atas mukaku. Sisti ternyata nggak keberatan, sama-sama sudah horny berat sih berdua. Akhirnya kita main threesome, saya hisap vagina Siska terus Sisti naik ke penis saya. "Aahh Jamess.. emang kamu top banget deh.. teruss jilat itunya sayang..!"
Enggak lama kita tukar posisi, saya suruh Sisti tiduran, terus Siska saya minta telungkup. Jadi saya masukin penis saya lewat belakang (doggy style), ahh ternyata nggak kalah sama vagina kembarannya, sama-sama masih rapat! Sambil saya mensetubuhi si Siska, tangan saya menjelajah vagina Sisti, saya masukan jari tengah saya kedalam sambil jari saya yang lain mulai berusaha memegang analnya, saya nggak pernah senggama lewat anal cuma kalau sekarang pegang-pegang doang sih sering, nambah sensasi. Ternyata saking keenakan, mereka berdua ciuman, sambil tangannya memegang payudara kembarannya, saya jadi tambah napsu sekali melihatnya. Akhirnya saya pindah ke Sisti, saya angkat salah satu kakinya terus saya masukan penis saya dari samping. Huwii, ini salah satu favorit saya juga. Enggak kebayang rasanya paha saya kegesek-gesek sama pahanya, terus penis saya masuk lewat pinggirnya, rasanya lain banget daripada saya di atas. Siska kemudian mulai memainkan lidahnya di payudara Sisti sambil memegang vaginanya. "Ahh Jammess bentar lagi sayangg.. aahh.." ternyata Sisti sudah sampai klimaks, saya pindah untuk melakukan hal yang sama-sama Siska cuma kali ini saya minta dia membalikkan badan sambil tiduran, terus saya masukan dari belakang. "Aahh Jamess tegaa ih kamu.. nikmat banget tuhh truss truss!" "Siska.. rapetin kaki kamu donk.. iya gitu sayang..!" Ini posisi yang buat saya cepat keluar. Kakinya dirapatkan terus saya kocok-kocok dari belakangnya. "Siska aku mau keluar nich.. di dalem yaa.." kata saya. "Jangan Jamess!" kata Siska. "Sini aku isep saja ya.. dikeluarin di mulut Siska!" saya masukan ke mulutnya, ternyata Sisti juga nggak mau kalah, yang ada kayak rebutan. Gila juga ternyata Siska menghisapnya. Sambil menghisap tangannya mengocok-ngocok penis saya. Sisti lagi menciumi biji saya. "Ahh Siss.. Jamess keluarr nichh!" Akhirnya saya keluarkan sperma saya di mulutnya sambil saya tahan kepalanya dia agar menghisap terus..
Selesai itu kita bertiga langsung tidur kecapaian. Pagi-paginya bangun, yang ada malah cekikikan. "Eh Siska bandel ya! ngapain saja sama si Aryo kalau berdua yo hahahah", goda saya sama Sisti. "Ah kalian juga sama hihihihhih", katanya.
Lain kali saya ceritakan pengalaman saya sama pacar saya yang lain, juga sama ibuya. Sorry kalau saya ceritanya rada-rada ngelantur kemana-mana, tapi ini kejadian benar.
Langganan:
Komentar (Atom)



